Jumat, 09 Desember 2011

KRISIS - KENAPA KITA DISARANKAN TIDAK MENGHINDARI WARTAWAN



Fenomena pemberitaan media atas kasus “hubungan” antara anggota DPR-RI - Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Angelina Sondakh dan penyidik KPK makin membuktikan bahwa ketika  seseorang menghadapi masalah, sebaiknya tidak menghindari atau menolak wartawan. Coba simak perkembangan pemberitaan baik melalui media konvensional maupun media internet, termasuk social media.

Bila seseorang menghindari wartawan yang tengah mencari informasi, dann wartawan tidak mendapatkan informasi dari yang bersangkutan, wartawan akan mencari sumber lain. Yang jadi masalah adalah, bila sang wartawan mencari infomasi dari lawan atau competitor merek yang bermasalah. Persoalannya bukan menjadi jernih malah semakin keruh.

Cerita tentang hubungan Angie – panggilan akrab Angelina Sondakh -- dan penyidik KPK itu bermula dari pertanyaan wartawan yang kemudian dibenarkan oleh Ketua KPK Busyro Muqoddas. "Ada indikasi kedekatan pribadi," ujarnya di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (9/12/2011). Busyro juga tidak secara langusng menyebut nama perwira polisi yang dekat dengan Angie itu.

Hangatnya pemberitaan itu bukan karena kecantikannya, melainkan Angelina juga menjadi pihak yang tengah berperkara dalam kasus Wisma Atlet di KPK. Angie banyak disebut dalam kasus-kasus korupsi sejak April lalu, setelah KPK menangkap Mindo Rosalina Manulang dan kawan-kawan. Muhammad Nazaruddin, tersangka kasus Wisma Atlet, menyebutkan, melalui Angie duit suap mengalir ke sejumlah politikus Senayan. Itulah sebabnya, Angie dua kali diperiksa KPK, pada September dan Oktober lalu. Namun, hal itu langsung dibantah KPK dan dinyatakan BS tidak menangani kasus Wisma Atlet tersebut.

Busyro sendiri enggan mengungkap identitas penyidik tersebut. Dia juga enggan menggambarkan lebih rinci perihal hubungan si penyidik dengan Angelina. "Ya itu. Ya hubungan anak-anak muda," imbuhnya. (http://bangka.tribunnews.com/2011/12/09/angie-jalin-hubungan-dengan-penyidik-kpk). Namun, wartawan kemudian mengembangkan informasi itu dengan mencari informasi tentang siapa penyidik yang mempunyai kedekatan dengan Angie tersebut. Sampai pukul 11.00, belum ada pemberitaan tentang lelaki tersebut. Baru pukul 13.00 beberapa media dotcom mengungkap identitasnya.

Berbeda dengan situasi tahun 1980an atau awal 1990an saat teknologi internet belum seperti sekarang, pencarian informasi saat itu begitu repot dan memakan waktu. sekarang dengan berkembangnya sosial media, semua orang bisa mencari dan mengakses informasi, termasuk dalam kasus "hubungan" Angie dan penyidik itu.

Sebuah foto yang diperoleh dari akun facebooknya, menunjukkan kegagahan polisis yang disebut-sebut bernama Brotoseno berbalut seragam kepolisian.( id-id.facebook.com/people/Raden-Brotoseno-Als-Bugie/1597328951). Dari akun tersebut wartawan mengetahui bahwa belum lama ini, Brotoseno  juga berulang tahun, yakni pada 11 Oktober lalu.



Sejak itu, satu persatu identitas Brotoseno terkuak termasuk soal hubungannya dengan Angie. Ini karena kemudian wartawan mencari informasi lewat teman-teman atau sahabat Brotoseno. Disini informasi yang diperoleh beracam-macam. “Hubungan asmara antara Angelina Sondakh dengan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kompol BS  ternyata sudah menjadi konsumsi di kalangan alumnus Akpol 1999 satu bulan lalu. BS memang jebolan Akpol di tahun itu.”

Melalui tweeter, beberapa orang yang kemudian merasa pernah dekat dengan Brotoseno juga mulai bersuara. Simak beberapa tweep berikut….. 






Informasi seperti itu tentu sangat berharga pemburu berita, terutama untuk mengembangkan informasi yang telah mereka peroleh dan mencari informasi yang selama ini belum terungkap. Sementara itu Jawa Pos menggali informasi tentang Brotoseno ke teman-teman perwira yang akrab dipanggil Bugie oleh rekan-rekannya. 

"Sejak di Akpol panggilannya Bugie," kata perwira yang wanti wanti tak ditulis namanya itu.  Brotoseno alumnus Akpol angkatan 1999 itu dikenal sebagai pribadi yang santun dan ramah. "Dia lebih dibilang flamboyan lah, suka musik Jazz, musik klasik," katanya. Penampilan sehari-hari Brotoseno juga chic (rapi) dan elegan. "Parfumnya mahal dan suka jam tangan mewah," tambahnya.

Dari kasus ini ada beberapa hal yang bisa dipetik. Pertama, membungkam wartawan adalah hal yang mustahil (kecuali jika wartawan tersebut memang ingin dibungkam). Kedua, menolak kehadiran wartawan juga bukan solusi. Dan ketiga, ketika pintu ditutup, orang akan melompat lewat jendela. Selanjutnya, berita akan menjadi sepihak. Apalagi bila yang dikutip suara sumbang pihak yang berseberangan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar