Senin, 18 Mei 2015

Bagaimana Cara Public Relations Merespon Tuduhan?

Pekan lalu, mantan ketua Tim Antimafia Migas, Faisal Basri melemparkan tuduhan yang tidak main-main. Ini terkait dengan kebijakan Pertamina yang membatalkan kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang sedianya berlaku Jumat lalu (15/5) pukul 00.00. Keputusan pembatalan pun sangat mendadak karena diumumkan pada Kamis (14/5) malam atau hanya 1,5 jam jelang waktu pemberlakuan harga baru sesuai surat edaran Pertamina ke para pemilik SPBU.

Pengamat ekonomi yang juga mantan ketua Tim Antimafia Migas, Faisal Basri menyebut keputusan Pertamina menaikkan harga BBM nonsubsidi yang akhirnya dibatalkan itu dilakukan tanpa pemikiran secara matang sehingga membuat pemerintah kena imbasnya.  Menurutnya, orang yang paling bertanggung jawab atas kekacauan itu adalah Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang.

"Ini keputusan yang bodoh, harganya terlampau jauh dengan SPBU lain (asing, red). Ini nggak hanya terjadi sekali saja, karena dia (Ahmad Bambang) sudah berkali-kali melakukan banyak kesalahan yang fatal. Nggak mungkin kebijakannya sekacau ini. Saya minta satu saja, Ahmad Bambang itu diganti saja karena ini sudah keterlaluan," pinta Faisal dalam diskusi 'Energi Kita' di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Minggu (17/5).

Kritikan terhadap Pertamina tidak hanya soal Ahmad Bambang, dia juga menyebut perusahaan pimpinan Dwi Soetjipto itu terlambat memagari diri dari mafia. Faisal menyebut ada bekas orang Pertamina Energy Service (PES) yang merupakan anak perusahaan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) sudah menginfiltrasi.

Bayangkan bila Anda berada dalam posisi sebagai Ahmad Bambang, bagaimana reaksi Anda? Dalam teori pengelolaan kesan (impression management), ada beberapa cara yang bisa dilakukan bila seseorang, kelompok atau lembaga dituding bertanggungjawa atas suatu peristiwa. Berikut beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengelola kesan.

1. Menyembunyikan
Tipikal strategi ini adalah menyembunyikan situasi yang sebenarnya terjadi dari audience. Situasi krisis misalnya, di-treatment sedemikian rupa agar tidak diketahui audience. Esensi dari strategi ini adalah menciptakan kesan seolah-olah tidak terjadi apa-apa di perusahaan. Implementasi dari strategi ini bisa berupa pasif dan aktif. Tindakan pasif seperti tidak bertindak apa-apa untuk mengubah pendapat audience. Sedangkan yang aktif adalah tindakan menutupi fakta melalui statement dari pihak berwenang, tulisan di media massa atau mengundang audience datang langsung ke lokasi yang telah di-adjustment sebelumnya. Strategi ini bertujuan menciptakan anggapan di benak audience bahwa asumsi tentang situasi krisis adalah tidak benar.

2. Penyangkalan (Denial)
Strategi penyangkalan berusaha untuk meyakinkan audience bahwa suatu negatif sesungguhnya tidak terjadi. Melalui pendekatan eksplisit maupun implicit, ketidaktahuan audience mengenai sesuatu yang sesungguhnya terjadi, disangkal oleh pihak berwenang.
Pejabat berwenang akan membantah soal situasi krisis yang terjadi. Selain itu, pihak berwenang akan melakukan erosi fakta dalam menyampaikan kondisi yang sesungguhnya kepada audience. Dalam banyak kasus, pendekatan ini memanfaatkan kekuatan pejabat      berwenang untuk menciptakan kepercayaan di benak audience.

3. Penegasan yang keliru (Disconfirmation)
Hampir serupa dengan penyangkalan, strategi ini memberikan penegasan yang keliru kepada audience tentang kondisi yang sebenarnya terjadi. Melalui statement dari pejabat berwenang – lewat information hotlines, press briefings maupun temuan ‘’rekayasa’’ di lapangan – pesan bermuatan disconfirmation yang merusak keyakinan audiences.
Pesan bisa juga bernada agitasi yang bertujuan mengubah kesan negatif audience menjadi positif tentang suatu fenomena. Serangkaian promo seperti iklan, seminar, tour perjalanan hingga aktivitas promo lain kerap dilancarkan untuk menyebarkan disconfirmation kepada audiences sehingga muncul anggapan positif.

4. Pengakuan (Acknowledgement)
Strategi ini merupakan pengakuan dari pejabat berwenang tentang situasi yang sesungguhnya, tapi dibarengi dengan penjelasan untuk meredam image negatif audiences. Pejabat berwenang, misalnya, mengklaim bahwa krisis disebabkan oleh kekuatan alam atau gejolak politik di negara lain.
Melalui pengakuan ini -  meski efeknya sangat diminimalisir – diharapkan muncul persepsi pada diri audiences bahwa pejabat berwenang tidak memiliki daya untuk menangkal sebab terjadinya krisis.

5. Jaminan (Assurance)
Strategi ini berusaha meraih kepercayaan dan keyakinan dengan memberikan jaminan kepada audiences bahwa krisis telah diisolasi sehingga tidak membahayakan bagi audiences. Pejabat berwenang menggunakan berbagai cara untuk meyakinkan audiences bahwa krisis yang terjadi tidak mempengaruhi keamanan dirinya.
Di bidang pariwisata misalnya, cara ini diwujudkan dengan mengerahkan patroli polisi untuk menjaga keamanan areal destination. Atau menerjunkan pasukan tentara di sepanjang lokasi yang menjadi jalur transportasi audiences menuju destination guna mencegah aksi teroris yang mengancam keamanan audiences . Atau, bisa juga menyiapkan tenaga medis lengkap dengan fasilitas ambulan di lokasi bandara untuk mengantisipasi ancaman situasi buruk yang mungkin menimpa audiences.
Dampak yang muncul dari strategi ini adalah audiences mencoba memperbaiki kesannya terhadap destination yang dianggap krisis.

6. Penarikan (Withdrawal)
Tipikal dari strategi ini adalah penjelasan tentang situasi krisis bukan keluar dari pejabat berwenang, melainkan datang dari statement audiences. Seorang atau sekelompok audiences sengaja diundang datang untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri tentang kondisi sesungguhnya yang terjadi.

Selasa kemarin, menanggapi pernyataan Faisal Basri, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, tidak menanggapi tudingan Faisal ke Bambang. Wianda hanya menjawab pertanyaan soal tudingan Pertamina sudah disusupi mafia migas.

Menurut Wianda, dia tidak mau terprovokasi untuk menyerang balik. "Harus bisa dijawab secara clear. Kami tidak bekerja berbasis kepada dugaan atau rumor," tegasnya. Dia memastikan Pertamian bekerja secara professional untuk membuktikan benar tidaknya tuduhan Faisal. Caranya, harus melewati proses audit. Itu cara paling valid supaya tahu apa saja perbaikan yang bisa dilakukan kalau ada kesalahan. "Lebih kepada pembuktian yang sifatnya produktif seperti itu," tegasnya.
     
Untuk proses audit, mengikuti instruksi Kementerian BUMN selaku pemegang saham yang memberi waktu selama satu tahun. Soal lama tidaknya proses dan bisa membuat mafia makin mengakar, diyakini audit bisa menangkal itu. Wianda juga menyebut usai audit dilakukan, ada beberapa hal yang bisa dishare ke publik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar