Rabu, 25 November 2015

Mengelola Isu dan Krisis di Era Media Sosial

                 Judul Buku : Crisis, Issues and Reputation Management
Penulis  : Andrew Griffin
Penerbit : Kogan Page Limited, 2014
Tebal Buku : 282 Halaman

Dalam 20 tahun terakhir berlangsung perubahan yang cepat dalam industri media dan berita. Sebagian besar perubahan didorong oleh kemajuan teknologi. Di seluruh dunia, samai beberapa tahun lalu, rumah tangga dapat mengakses lebih banyak saluran televisi, termasuk saluran berita 24 jam. Sekarang mereka dapat melakukan itu melalui laptop, tablet dan smartphone.
Di luar itu, perubahan yang paling penting dalam media tradisional adalah berkaitan dengan waktu. Siklus lama tenggat waktu dan edisi pertama telah secara bertahap dibongkar oleh munculnya berita 24 jam, edisi secara online dan media sosial. Memang ada berita yang melanggar tradisi baru itu seperti berita yang muncul dalam edisi cetak surat kabar, tapi itu sedikit demi sedikit tergerogoti.
Perubahan radikal ini mempengaruhi konsep tenggat waktu. Wartawan sekarang harus mengubah cerita mereka lebih cepat dan lebih banyak karena harus mengisi ruang 24 jam sehari, tujuh hari sepekan, dan 365 hari dalam setahun. Jadi pola berta yang bisa diprediksi kini tidak ada lagi, sementara kalau dulu jumlah berita yang dibutuhkan untuk mengisi semua ruang ini terbatas, kini berkembang pesat.
20 tahun yang lalu, wartawan menulis tentang insiden perusahaan misalnya, selalu terkendala oleh batas waktu (deadline), biasanya sore. Jika semula sebuah cerita cakupannya hanya terdiri dari tiga atau empat menit per paket dalam malam buletin setengah jam pada saluran terestrial. Kini semakin luas. Jika sebuah organisasi mengalami krisis, tuntutan mereka pada perusahaan juga masih terbatas. Itu karena dahulu tidak tidak ada blogger, tidak ada surat kabar online dan tidak ada Twitter. Kebanyakan anggota masyarakat juga belum memiliki ponsel, dan mereka pasti tidak memiliki smartphone yang bisa membuat rekaman video.
Kini situasinya berubah. Hari ini, sebuah cerita bisa beredar dengan sangat cepat dan gambar-gambar fisik awal dari sebuah insiden mungkin diambil dan disebarkan oleh anggota masyarakat. Dengan kata lain, dengan smartphone, sekarang siapapun bisa menjadi 'wartawan warga'.
Kehidupan seorang jurnalis juga berubah. Pemangkasan anggaran iklan atau karena media semakin beragam sehingga perusahaan terpaksa menyebarkan iklannya, membuat media terkena imbasnya. Media sekarang berusaha untuk memiliki wartawan yang jumlahnya lebih sedikit, tapi memaksa wartawan untuk melakukan lebih banyak. Mereka tidak hanya harus mengubah cara menangani media, juga diharapkan untuk meliput beragam tema berita. Tak jarang dijumpai seorang wartawan politik juga meliput peristiwa selebriti.
Bagi beberapa penerbit, ini berarti akhir dari keberadaan koresponden spesialis dan ahli di ruang berita. Perubahan yang paling luar biasa, tentu saja, adalah pertumbuhan media sosial. Media ini telah mengubah secara dramatis pola pemberitaan dan konteks sosial di mana reputasi dikelola. Saat ini terjadi pergeseran dari lingkungan manajemen reputasi yang didasarkan pada komunuikasi dari 'satu – ke -banyak' yang terstruktur ke 'banyak-ke-banyak' atau percakapan non-hirarkis. 
Media sosial telah memperkenalkan dimensi baru dalam pengelolaan risiko reputasi. Bergerak dari hal-hal khusus ke umum, pertumbuhan media sosial telah mengubah konteks pengelolaan risiko reputasi dengan cara berikut: pertama, makin banyak orang berkontribusi secara langsung ada pembentukan reputasi organisasi. Kedua, reputasi dapat berubah secara lebih lebih cepat daripada sebelumnya. Ketiga, pendekatan komunikasi tradisional kini sudah tidak memadai lagi.
Sosial media kini sudah merasuk dalam kehiduan. Kini lebih dari 70 persen penduduk internet menggunakan berbagai bentuk jaringan social. Pada tahun 2011, jejaring sosial menyumbang satu dari setiap enam menit waktu yang dihabiskan melalui online. Sosial media kini juga tidak lagi menjadi ranah remaja. Demografis terbesar Facebook kini berusia antara 35 dan 54 tahun dan rata-rata usia profil di Twitter adalah 37 tahun 24, sebuah struktur demografis yang bisa memberikan goyangan politik dan daya beli yang lebih besar. Dunia online cepat menyerupai satu offline, dengan semua variasi dan kompleksitas.
Seperti dijelaskan penulis buku ini, Andrew Griffin di Bab 1, reputasi organisasi kini sangat bergantung ada apa saja yang diinformasikan oleh individu, keluarga dan kelompok sebaya yang mempunyai pengalaman berinterksi dengan suatu merek atau perusahaan. Itu jauh lebih menarik dari apapun yang dikatakan oleh organisasi tentang dirinya melalui pemasaran atau PR.
Salah satu kontribusi media sosial yang paling penting adalah penciptaan ratusan ribu forum bagi pengguna untuk berbagi pendapat tentang produk, layanan dan merek. Menurut polling terbaru, 43 persen dari konsumen yang menggunakan media sosial memanfaatkannya untuk berkeluh tentang produk; 43 persen menggunakannya untuk meminta rekomendasi rekan dan 47 persen menggunakannya untuk berbagi pengalaman mereka tentang suatu produk atau jasa dengan yang lain. Semua yang dibagikan itu dapat berdampak reputasi organisasi dan, yang lebih penting, situasi di akar rumput.
Dalam buku laris ini, Andrew Griffin menawarkan pendekatan yang komprehensif dalam mengelola situasi yang penuh dengan risiko dan yang dapat berubah menjadi krisis. Namun dia juga menekan bahwa tidak semua krisis dapat diperkirakan dan tidak semua masalah dapat dicegah untuk berubah menjadi krisis, sehingga pengelolaan krisis harus mencakup rincian tentang bagaimana mengelola krisis ketika terjadi.
Proposisi dasarnya adalah bahwa reputasi tidak dapat dikelola, tapi perilaku bisa. Menurut dia, reputasi yang baik berasal dari 'nilai-nilai hidup Anda, memberikan bagi pelanggan, membuat keputusan yang baik, memenuhi dan melampaui standar kinerja dan menunjukkan perilaku yang baik ... di seluruh organisasi.
Hal ini menunjukkan bahwa reputasi adalah hasil. Itu berarti reputasi adalah sebuah pandangan orang lain tentang Anda berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan dari Anda dari waktu ke waktu. Jadi sebenarnya, pertama, manajemen reputasi haruslah dimulai dari dalam, bukan dari departemen komunikasi perusahaan.
Kedua, ketika terjadi krisis, tantangan pertama adalah kecepatan respon. Sesuatu yang telah terjadi di internal sangatlah mungkin diketahui dan dibicarakan di media tradisional atau di jaringan sosial online. Dalam situasi tersebut dibutuhkan berkomunikasi sesegera mungkin, meskipun fakta bahwa rincian dari apa yang telah terjadi - apalagi mengapa hal tersebut terjadi - untuk beberapa waktu ke depan cenderung masih belum diketahui.
Sebuah respon perusahaan besar untuk insiden besar kemungkinan melibatkan ratusan karyawan di bisnis, fungsi dan geografi yang berbeda. Ini semua membutuhkan koordinasi sehingga perusahaan bertindak bersama-sama dan berbicara dengan satu suara. Disini termasuk menjangkau stakeholder. Sebab dalam krisis apapun, Anda perlu teman. Dalam kebanyakan situasi, para pemangku kepentingan tertarik untuk membantu dan memberikan dukungan.
Tapi teman-teman dapat sulit didapat jika tahap awal respon tidak berjalan dengan baik. Organisasi mengelola insiden besar harus memastikan bahwa para pemangku kepentingan diinformasikan, mengerti kebutuhan mereka dan menawarkan serta mendengarkan suara mereka. Daftar pemangku kepentingan mulai panjang dan tumbuh lagi, dan mengabaikan mereka berarti mengundang bahaya yang lebih besar bagi organisasi.
Banyak organisasi yang belum berubah. Mereka masih melihat reputasi sebagai sesuatu yang negatif. Pandangan ini sering muncul pada pengelola perusahaan karena mereka pernah merasakan rusaknya reputasi karena krisis, atau setelah melihat pesaing atau koleganya perusahaannya yang berjuang mempertahankan reputasi saat ditimpa krisis. Itu sebabnya reputasi sering dilihat, pertama dan terutama, sebagai sesuatu yang harus dilindungi. Padahal, reputasi juga harus dilihat secara positif karena reutasi merupakan aset jangka panjang, yang secara strategis berharga dan karenanya perusahaan atau oganisasi harus memikirkan langkah-langkah proaktif.
Itulah sebabnya, peran departemen komunikasi perusuhaan juga penting. Departemen ini bertanggung jawab membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan dan secara regular berdialog dengan mereka. Mereka adalah pembawa narasi perusahaan, tetapi yang lebih penting adalah deartemen komunikasi perusahaan merupakan antena organisasi, ada dan terlibat dalam dialog, mendengarkan dan peka terhadap tanda-tanda bahaya. Departemen komunikasi perusahaan juga bereran dalam membangun kepercayaan, level perlindungan ketika perusahaan menghadapi masalah. Bila dipercaya, perusahaan memiliki elemen pihak ketiga yang berbicara membela atau mempertahankan perusahaan.
Itu sebabnya departemen komunikasi perusahaan harus siap dan siap. Jadi kapan suatu masalah berkembang menjadi krisis? Apa siklus hidupnya? Siapa yang harus bertanggung jawab untuk manajemen isu? Semua pertanyaan ini dijawab dalam buku ini. Bagaimana krisis? Itu juga tergantung pada krisis sendiri dan jenisnya. Semua dijelaskan Griffin dalam bukuini lengkap dengan implikasinya dengan secara hati-hati dieksplorasi dalam berbagai contoh.
Griffin hati-hati menjelaskan hal-hal yang perlu dan yang harus dilakukan dalam persiapan perencanaan menghadapi krisis dan bagaimana menjalankannya secara rinci praktis, termasuk implikasi hukum, berurusan dengan kerabat dan layanan darurat dan tentu saja 24/7 on-dan off-line media. Sayangnya, krisis tidak selalu terselesaikan bahkan ketika pers pulang sekalipun. Jadi bagaimana menangani akibat krisis dan bagaimana Anda membangun kembali bahwa aset yang paling berharga, reputasi, jika yang rusak?
Bagian pertama buku ini membahas reputasi sebagai aset strategis yang membutuhkan perawatan dan perhatian yang aktif (Bab 1). Buku ini juga melihat lingkungan eksternal yang semakin menantang di mana reputasi perusahaan dikelola (Bab 2). Dari lingkungan eksternal tersebut data dilihat kemungkinan sumber risiko, dan menawarkan sistem kategorisasi baru untuk membantu organisasi memahami berbagai risiko yang bakal dihadapi (Bab 3). Ada empat kategori risiko reputasi kemudian dibahas secara rinci dalam Bab 4-7, dan cara untuk meminimalkan masalah yang mungin muncul dibahas di Bab 8.
Pada bagian kedua buku ini ditunjukkan enam fase dari siklus hidup risiko reputasi yang diperkenalkan pada Bab 9. Bab 10 dan 11 melihat bagaimana organisasi dapat memprediksi dan mencegah risiko jatuhnya reputasi, serta memeriksa bagaimana mempersiapkan risiko reputasi yang akut (kesiapan krisis) pada Bab 12. Sementara itu, bab 13 membahas tentang manajemen isu, yang berfokus pada bagaimana organisasi dapat mengatasi risiko yang teridentifikasi (masalah) sebelum mereka berkembang menjadi krisis.
Buku ini juga menjelaskan bahwa meskipun semua strategi pencegahan dan resolusi organisasi dirancang dan dilaksanakan, krisis bisa saja terjadi. Dalam situasi seperti, organisasi perlu meresponnya. Bab 14 menjelaskan tentang manajemen krisis secara luas, dan buku ini diakhiri dengan bab tentang pemulihan (Bab 15), yang melihat bagaimana organisasi dapat belajar dan meningkatkan, membangun kembali reputasi dan membuat perubahan mendasar setelah dilanda krisis.

Buku ini enak dibaca, menjabarkan bebeberapa pendekatan krisis yang cuku kompleks namun disampaikan dengan cara yang sederhana. Karena itu buku ini layak dibaca praktisi public relations dan pemasaran, terutama terkait dengan reputasi perusahaan atau merek.     

Alternatif Pemasaran di Era Krisis



Empat tahun silam, Tipp-Ex - merek cairan koreksi terlaris dari Eropa --- memposting serangkaian video The Tipp-Ex(perience) dengan fitur beruang dan pemburu di Youtube. Di salah satu videonya,  ditampilkan seorang pemburu meminta pengunjung untuk memilih apakah dia harus menembak beruang tersebut atau  tidak. Jika pemirsa memilih "menembak beruang itu," pemburu menolak. Pemburu kemudian mengambil Tipp-Ex dan menghapus kata "menembak."
Pemirsa kemudian diberi kesempatan menuliskan kata kerja apapun untuk mengganti kata "menembak" tersebut. Jika pemirsa menulis "tarian" misalnya, pada video tersebut pemirsa akan melihat sang pemburu menari dengan beruang. Menarik. Untuk memberikan keleluasaan kepada pemirsa memilih kata kerja, Tipp-Ex memproduksi empat puluh skenario video yang berbeda dengan empat puluh pilihan kata kerja.
Dalam kampanye lain, pemburu dan beruang berada dalam sebuah pesta ulang tahun. Tiba-tiba sebuah rudal masuk dan mengancam mengganggu pesta. Lagi-lagi dalam video itu pemirsa diberi alternative untuk memilih frasa "mengakhiri pesta" atau "tidak mengakhiri pesta." Video tersebut merupakan video kampanye yang banyak diperbincangkan selama 2011. Video tersebut menghasilkan lebih dari 20 juta hits di YouTube dalam waktu kurang dari dua tahun.
Itulah yang disebut dengan Marcel Saucet, penulis buku Street Marketing sebagai kamanye pemasaran alternative. Pemasaran alternatif merupakan respon langsung terhadap perubahan harapan baik konsumen dan perubahan sosial. Tapi seperti halnya dengan pendekatan konvensional, bagi merek,  kampanye alternative ada kondisi seperti sekarang menjadi suatu keharusan.
Pendekatan kampanye seperti ini memiliki dua keuntungan. Pertama, operasionalisasi dan biaya pengembangannya, pada  umumnya jauh lebih rendah daripada kampanye berbasis media tradisional. Juga, karena mereka begitu asli, mereka juga memberi merek kesempatan untuk menghasilkan banyak buzz tentang strategi komunikasi mereka.
Kelesuan ekonomi yang dihadapi dunia saat ini telah memaksa perusahaan untuk menjadi sangat kreatif dalam hal mencari tahu bagaimana mempertahankan afeksi pelanggannya. Sebab seperti diketahui, konsumen modern cenderung kurang mengkonsumsi suatu merek atau produk tanpa berpikir tentang apa yang mereka lakukan. Mereka juga cenderung memiliki keahlian dan pengetahuan yang lebih tinggi tentang produk. Bahkan mereka mengetahui  bisa jadi mengetahui lebih rinci dari atribut yang membedakan antara suatu produk dengan produk lainnya.
Pertanyaannya adalah mengapa konsumen kurang enggan meninggalkan produk dari satu merek ke merek lain yang memenuhi harapan mereka lebih baik. Buku ini mencoba memberikan jawabannya sehingga ketika pemasar menghadapi persoalan yang sama, alternative yang disosorkan penulis bisa menjadi pertimbangan.  
Pemasaran alternative juga makin penting karena saat kelesuan ekonomi atau pada situasi normal perusahaan juga harus bersaing dengan makin meningkatnya multi-kompetisi, sesuatu yang telah menjadi masalah bagi banyak bisnis. Dalam upaya mereka untuk meningkatkan pangsa pasar, mereka harus beradaptasi dengan semua hal-hal baru, termasuk ketika mereka mencoba untuk meningkatkan penjualannya.
Sebuah kampanye komunikasi selalu berusaha untuk mengejar salah satu dari dua gol: meningkatkan pengakuan dari konsumen atau mempromosikan produk, layanan, atau merek. Kampanye pemasaran konvensional dapat menawarkan respon terhadap beberapa kendala kontekstual yang dibahas di atas karena beberapa alasan.
Pertama, operasi baru tersebut - baik yang baru karena mereka menggunakan teknologi digital atau karena mereka melakukannya di tempat di luar point of sales – membantu merek untuk membuat kontak langsung dengan konsumen, yang saat ini cenderung mengharapkan transparansi yang lebih besar dari perusahaan. Kedua, kampanye tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang signifikan atas investasi jika perusahaan mampu menghasilkan buzz besar. Hal ini karena mereka umumnya biaya kamanye tersebut lebih rendah dari biaya kampanye tradisional. Tapi jika berhasil, mereka bisa sama-sama efektif.
Ketiga, operasi ini tidak hanya optimal secara finansial tetapi juga meningkatkan citra merek perusahaan. Orisinalitas adalah sesuatu yang perusahaan dapat gunakan untuk menunjukkan kepada  konsumen bahwa mereka bersedia untuk memberikan sesuatu yang mengejutkan buat mereka. Mereka juga bersedia untuk bekerjasama, bahkan saat mereka menekankan inovasi dan kreativitasnya. Konsumen dengan cepat menjadi sadar - dan berterima kasih atas upaya yang – telah dilakukan perusahaan.
Tujuan utama dari penulisan  buku ini adalah untuk memperlihatkan kepada para praktisi pemasaran/komunikasi pemasaran  dan mahasiswa bahwa dalam beberapa waktu belakangan ini banyak sekali perubahan. Salah satu efek dari perubahan tersebut adalah munculnya pendekatan komunikasi pemasaran baru, yang dimulai pemasaran jalanan dan buzz lainnya yang berhubungan itu.
Setelah menuntaskan buku ini, pembaca diharapkan memperoleh pemahaman tentang berbagai macam pendekatan baru dalam pemasaran dan komunikasi pemasaran antara lain pendekatan pemasaran jalanan dan pembicaraan dari mulut ke mulut yang dihasilkannya. Dengan demikian, bila Anda seorang manajer pemasaran, Anda akan melihat pendekatan ini meruakan suatu peluang nyata untuk meningkatkan keakraban perusahaan dengan masyarakat. Ini menjadi semakin penting karena di era seperti sekarang ini mempromosikan produk atau jasa secara langsung kepada pelanggan yang kini semakin menuntut cukup sulit.
Bagian pertama buku ini menjelaskan berbagai teknik marketing konvensional seperti viral, stealth, ambush, dan sebagainya. Bagian kedua, berkonsentrasi pada munculnya budaya jalanan di mana sejumlah isyarat-isyarat atau kode tertentu bermunculan. Kode-kode itu secara tidak langsung dapat secara luas mereplikasi komunikasi mereka. Yang ketiga menunjukkan kepada pembaca organisasi kampanye pemasaran jalanan, yang selalu disebarkan melalui pendekatan pemasaran buzz. Bagian keempat dan terakhir menawarkan panorama dari daerah di mana teknik-teknik seperti itu  diterapkan

Tiga ide kunci yang dikembangkan dalam kaitannya dengan teknik pemasaran yang tidak konvensional tersebut, khususnya yang melibatkan jalanan dan buzz marketing, yakni mereka merupakan respon langsung terhadap perubahan social, secara jelas mereka berubah menjadi pemasaran masa depan, dan mereka memberikan kesempatan besar bagi sebagian besar perusahaan.

Minggu, 22 November 2015

Revolusi Sponsorship Marketing - Selamat Datang Sport Activation


Selama bertahun-tahun sponsorship terjebak hanya sebatas hak pemasangan logo, billboard, tiket dan sebagainya. Namun kini dengan perkembangan teknologi, sport activation berkreasi membangun engagement dengan konsumen.

Apa jadinya bila para pramugari turun ke lapangan sepak bola? Penonton heboh. Itulah yang terjadi di stadion di Estadio da Luz, minggu ke tiga Oktober lalu. Bayangkan delapan cewek cantik berseragam “pramugari” Emirates Airlines berjalan menuju lingkaran yang berada di tengah-tengah lapangan sepak bola di Estadio da Luz sebelum laga antara Benfica dan “musuh” sekotanya Sporting Lisbon, dalam kejuaraan Liga Primeira.
Setelah berada pada posisi berdiri melingkar, mereka memperagakan petunjuk ketertiban selama menonton laga.  Bak peragaan secara rutin petunjuk keselamatan di kabin sebelum pesawat terbang, mereka mendemonstrasikannya seperti halnya peragaan di video penerbangan tradisional. Mereka mengingatkan para penonton bahwa stadion berkapasitas 65.000 penonton memiliki 32 titik pintu keluar stadion. Mereka juga memberi tahu bahwa permainan akan berlangsung 90 menit, atau dua sesi dengan masing-masing 45 menit dengan jeda di tengah selama 15 menit.
Sebelum pemain memasuki lapangan penggemar diberitahu untuk meletakkan tas mereka di bawah kursi di depan mereka dan mematikan perangkat elektronik sehingga mereka bisa berkonsentrasi pada mendukung tim mereka.
Untuk menyemarakkan pertandingan, para “awak kabin” itu juga mengatakan bahwa syal bertulisan “benfiquism” akan jatuh keluar secara otomatis di depan mereka sebelum pertandingan dimulai. Itu seperti isyarat dalam penerbangan tradisional, bila kabin kekurangan okseigen, masker oksigen secara otomatis jatuh.   Penonton juga diberitahu tentang cara mengenakan syal Benfica itu di bahu  mereka dan bernapas normal. Mereka yang datang bersama anak-anak diberitahu untuk menirukan cara memeluk mereka.
Selingan peragaan itu “melanggar” rutinitas ritual pertandingan sepakbola. Tak ayal lagi, penonton juga merasa terhibur dengan pertunjukan itu terlepas soal dukungan pada Tim yang bertanding. Mereka senang dan larut dalam gemuruh tepuk tangan sebelum kick-off.
"Aktivasi ini adalah contoh sempurna dari cara kita ingin terhubung dengan pelanggan kami melalui sponsorhip," kata Emirates Divisional Senior Vice President, Corporate Communications, Marketing and Brand Boutros Boutros. "Peragaan itu seakan menerangkan hati, menyenangkan dan menyatukan semangat kami untuk sepak bola dengan semangat pendukung Benfica untuk klub mereka. Kami melakukan itu untuk memberikan sesuatu kepada para fans di stadion untuk mengingatkan bahwa kami berkerja untuk mereka. Kami bahkan mencoba adaptasi ini pada salah satu penerbangan kami dan melihat bagaimana penumpang bereaksi.”
Emirates Airlines menandatangani kontrak jutaan euro selama tiga tahun untuk sponsor kustom Benfica hingga 2017/18 pada Mei lalu. Perjanjian tersebut berlaku selama tiga tahun setelah pesawat milik maskapai dari UEA mulai terbang ke ibukota Portugal. Emirates juga mensponsori klub raksasa La Liga Spanyol Real Madrid, klub Liga Utama Inggris Arsenal, klub Serie A Italia AC Milan dan Ligue 1 Prancis, Paris Saint Germain.
Saat ini pengelola merek terus-menerus mencari metode komunikasi pemasaran baru yang akan memungkinkan mereka untuk membedakan penawaran mereka dan merek lainnya di pasar yang kini relatif jenuh. Dalam beberapa tahun terakhir, untuk melakukan diferensiasi tersebut, banyak yang menggunakan pendekatan komunikasi pemasaran. Namun demikian, pilihan itu harus mempertimbangkan bahwa biaya yang dikeluarkannya untuk kegiatan tersebut lebih rendah dari rata-rata inisiatif komunikasi pemasaran konvensional.
Perlu dicatat bahwa kata 'marketing' mungkin melebih-lebihkan peran pendekatan tersebut. Hal itu dikarenakan kontribusi marketing jarang yang melampaui komponen komunikasi dari bauran pemasaran. Dari seluruh pemasaran konvensional yang luas, pendekatan dengan memanfaatkan baru platform media sosial, seperti viral marketing kini telah menjadi sangat umum.
Viral marketing memiliki kemiripan dengan word-of-mouth dan referral marketing. Viral marketing lebih berfokus menyebar luaskan sehingga keberhasilan kampanye viral marketing tergantung pada kemauan orang untuk berbagi cerita. Bila pandangan diterima maka pengelola merek tidak bisa berbuat banyak karena pesan yang beredar bisa berkembang liar. Meskipun demikian, pengelola merek masih bisa memiliki kontrol atas bagian dari kampanye viral, dengan syarat bahwa mereka harus bisa melemparkan dan menceritakan kisah yang tepat dan fokus pada relevansi orang yang ingin diajak terlibat.
Krisis global pada 2008 mempengaruhi banyak pelaku ekonomi di seluruh dunia dengan akibat makin pedulinya mereka pada efisiensi anggaran untuk komunikasi pemasaran. Menurut survei yang diterbitkan pada tahun 2014 oleh emarketer.com, pada Q1 2012 pendapatan iklan platform media di seluruh dunia mengalami penurunan tajam, yakni sekitar -4,2% untuk televisi, dan -8,1% media cetak. Karena itu, para perencanaa periklanan di perusahaan menurunkan anggaran iklan di televisi, terutama saat situasi masih belum menentu. Mereka sekarang makin selektif dan hanya menggunakan anggaran iklan yang mahal ecara lebih mahal lebih kreatif, atau hanya menetapkan anggaran iklan-iklan dengan rate yang lebih murah.
Di sisi lain, pada periode yang sama, pendapatan iklan dari dua platform media terkemuka lainnya, yakni bioskop dan online, meningkat masing-masing sebesar 10,1 persen dan 5,5 persen. Meski demikian, secara total terjadi penurunan besar dalam pendapatan iklan media sejak 2011 lalu. Dipaksa untuk memotong anggaran tetai di sisi lainnya harus tetap menjaga target kinerja mereka, perusahaan harus menemukan pendekatan komunikasi pemasaran dari sudut yang sama sekali baru. Ini mengimplikasikan, mereka harus mengubah sikap mereka tentang bagaimana kampanye iklan harus dibuat dan disebarluaskan.
Dalam beberapa tahun terakhir, brand activation sebagai sebuah pemasaran interaktif yang melibatkan konsumen dan merek marak dilakukan oleh pengelola atau pemilik merek. Melaui interaksi itu konsumen dapat memahami merek secara lebih baik dan menerimanya sebagai bagian dari kehidupan mereka. Implikasinya, hubungan antara merek dan pelanggannya tidak dalam jangka pendek melainkan jangka panjang.
Brand activation penting untuk dilakukan, menurut Rollings dalam artikel yang ditulis oleh Darren Gilbert. “Konsumen dibombardir oleh banyak pesan marketing setiap harinya. Sebuah brand activation memberikan kesempatan bagi brand untuk tampil menonjol di tengah ramainya pesan komunikasi marketing yang dilancarkan oleh kompetitor. Selain itu, jika brand mampu membuat target audiens berinteraksi secara langsung dengan produknya, maka hal tersebut akan membuat proses pengambilan keputusan untuk membeli produk brand menjadi lebih mudah” tandas Rollings.
Hampir di semua belahan dunia, publik kini bisa menyaksikan terjadinya konvergensi yang makin kuat  antara industri olahraga dan hiburan, baik sebagai sesuatu yang dalam beberapa tahun terakhir  terus meningkat dan menantang teknologi digital baru yang membentuk cara orang menghabiskan waktu luangnya. Pada saat yang sama sponsorship dan hak media muncul sebagai mesin utama pertumbuhan, menempatkan dominasi pendapatan media tradisional tertekan.
Kegiatan yang dilakukan Emirate Airlines mungkin tidak sepenuhnya merupakan brand activation karena disini interaksi brand dan pelanggan belum terjadi. Namun, di era digital seperti sekarang sekarang ini, orang mendapatkan experiential olahraga tidak terbatas harus datanng ke stadion untuk menyaksikan pertandingan misalnya. Kini hampir setengah dari penggemar olahraga lebih memilih untuk mengikuti tim mereka secara digital, dan selama pertandingan mereka sering menggunakan laptop atau smartphone mereka untuk mencari konten terkait dengan olahraga.
Dalam konteks ini brand activation dilihat sebagai upaya yang membawa merek untuk hidup dan mendorong partisipasi konsumen secara positif – baik fisik atau digital. Ini sekaligus merupakan perubahan yang radikal dalam sponsorship. Selama bertahun-tahun sponsorship terjebak dalam pembelian waktu, billboard, lencana, tiket dan keramahan. Padahal situasinya kini berubah. Sponsorship olahraga mengalami revolusi dengan munculnya gagasan segar, teknik-teknik baru dan pemahaman yang lebih dalam terhadap penonton.
Mereka mengembangkan olahraga digital. Disini pemasar mengembangkan cara-cara cerdas untuk berinteraksi dan terlibat dengan fans modern. Infografis, video, dan bahkan webinar memungkinkan kurator untuk meningkatkan statistic jangkauan yang relevan dengan menggunakan desain atau animasi pintar. Visualisasi yang kreatif membuat pemain, tim, dan statistik, dan mendorong penggemar olahraga untuk berbagi konten visual yang hebat di seluruh saluran sosial (seperti Instagram), dan sebagainya.
Profil pemain bintang, daftar yang membandingkan pemain terbaik dalam mencetak gol selama satu musim pertandingan, bahkan rekap video permainan juga didistribusikan secara luas di media sosial. Pengalaman ini tidak lagi hanya tentang menonton pertandingan atau bersorak untuk tim yang didukung atau mensoraki tim yang tidak didukungnya selama musim pertandingan. Hari ini penggemar olahraga mengikuti gaya hidup dan terlibat dengan penyedia konten berlomba memberikan yang terbaik untuk melayani gaya hidup ini. Seorang pemasar olahraga yang baik akan menggunakan konten untuk menceritakan kisah-kisah menarik, dan membangun komunitas follower atau pendukung. Begitulah sport marketing.
Sport marketing merupakan bagian dari pemasaran yang berfokus baik pada promosi acara olahraga maupun tim serta promosi produk dan layanan lainnya melalui acara dan tim olahraga. Ini adalah layanan yang memungkinkan produk fisik atau nama merek dipromosikan. Tujuannya adalah menyediakan klien dengan strategi untuk mempromosikan olahraga atau mempromosikan sesuatu selain olahraga melalui olahraga.
Para ahli mendefinisikan sport marketing sebagai tindakan merancang atau mengembangkan kegiatan yang 'menghidupkan', memberi kesempatan, mendisplay, atau menunjukkan acara olahraga untuk mempromosikan produk, tim, cause, atau organisasi. Dengan kata lain sport marketing merupakan strategi pemasaran yang dirancang atau dikembangkan untuk kegiatan "live" yang memiliki tema tertentu. Sebagian besar strategi ini digunakan sebagai cara untuk mempromosikan, menampilkan atau menunjukkan sesuatu yang berbeda, seperti tim olahraga, atau asosiasi olahraga.
Sport marketing juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui proses pertukaran. Strategi ini mengikuti tradisional empat P's dalam pemasaran umum (Product, Price, Promotion dan Place). Dalam sport marketing ada tambahan, yakni Perencanaan, Packaging, Positioning dan Persepsi. Penambahan empat elemen tambahan yang disebut "campuran sport marketing."
Dalam konteks activation, sport activation merupakan bagian dari strategi komunikasi brand yang memiliki peran yang strategis, terutama untuk untuk menciptakan strong bonding dengan konsumennya. Seperti yang diketahui Brand Activation dibuat dengan mencari irisan antara interest/minat konsumen dengan value dan personality dari brand. Sepakbola merupakan biggest passion point dari masyarakat Indonesia, running saat ini menjadi trend masyarakat urban yang dijadikan ajang bersosialisasi, sekaligus menjalankan hidup sehat. Basket merupakan olahraga yang populer di kalangan anak muda.

Dengan demikian, agar sponsorship efektif dibutuhkan pemahaman tentang dasar-dasar targeting, pemilihan properti dan akuisisi yang tepat, menciptakan activation yang melibatkan target audiens dengan cara-cara baru dan lebih menarik, dan mengambil sponsor di titik-titik emosional mereka. Game-changer adalah teknologi. Koneksi orang yang terus-menerus menciptakan sebuah kanvas baru bagi pemasar merek untuk bekerja di lingkungan itu, memungkinkan imajinasi mereka bermain dan memberi kesematan  mereka membuat kampanye yang benar-benar membuat fans terlibat.

Kemana Arah Trend Retail Tradisonal ke Depan?



Tantangan yang dihadapi peritel tradisional kini makin berat, termasuk paska maraknya aplikasi dalam alat teknologi komunikasi dan sebagainya. Lalu bagaimana peritel tradisonal menghadapi tantangan itu ?

Perusahaan seperti GoJek, Uber, Grub Hub, dan Amazon telah mengubah secara permanen cara konsumen berpikir tentang layanan dan bagaimana mereka melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari. Mereka tidak lagi mau menunggu taksi di sudut tanpa tahu kapan itu akan tiba atau mempercayai restoran yang menjanjikan pengiriman dalam waktu 45 menit. Sebaliknya, konsumen ingin sebanyak mungkin informasi di ujung jari mereka dan sesegera mungkin.

Ini membuat bukan hal yang luar biasa bagi pengecer bergantung pada mitra rantai suplai mereka dan menjadikan sistem catatan persediaan mereka semakin mudah. Pengecer mengirim data mereka ke penyedia logistik pihak ketiga atau menghubungkan sistem POS [point-of-sale] mereka  untuk memberikan informasi yang up-to-date tentang barang-barang yang tersedia di rak-rak took sesegera mungkin, sehingga memuaskan konsumen yang membutuhkan akses langsung ke informasi. Dengan demikian, pengecer harus mampu memberikan pengalaman intuitif di toko dan online. Bila tidak, mereka akan kehilangan loyalitas pelanggannya.

Kedua, persaingan kini semakin marak. Perusahaan berlomba memberika layanan secepatnya dengan ketepatan yang tinggi. Gagasan ini makin menunjukkan pengaruhi manakala melihat fenomena yang muncul belakangan ini. Produsen sekarang berusaha untuk berhubungan langsung dengan konsumennya melalui situs bahkan situs mobile atau applikasi. Ketika konsumen kebanjiran  berbagai jenis saluran, perusahaan berusaha keras memastikan bahwa strategi itu berjalan dan memastikan bahwa mereka terlibat (engage) dengan pelanggannya.

2011 silam, Kalbe Farma meluncurkan Kalbestore.com sebagai saluran penjualan via website. Setahun setelah peluncuran Kalbe e-Store berkembang dan tumbuh sekitar 30% per bulan atau rata – rata 200 ribu unique visitor dari berbagai kota di Indonesia yang telah mengakses, dan kurang dari 5% melakukan transaksi. Namun jumlah visitor yang besar tidak lantas menaikkan tingkat penjualan, strategi lain pun diciptakan Kalbe lewat jasa pengiriman produk Kalbe yang terintegrasi dengan website, Kalbe Farma kian gencar melakukan kampanye dan beragam inovasi dengan fokus sales dan awareness.

Di tingkat retailer, di Jakarta sekarang ada jasa layanan antar grocery, HappyFresh. Jika pada awalnya layanan ini hanya dapat diakses oleh mereka yang mendapatkan undangan, kini layanan HappyFresh dapat diakses oleh semua orang. Di Jakarta, area yang pertama kali dicakup adalah wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. HappyFresh sendiri berniat untuk memperluas cakupan layanannya ke wilayah Jakarta Barat dan Tangerang pada akhir pekan ini.

Layanan yang diberikan oleh Happy Fresh memungkinkan Anda untuk memesan bahan makanan melalui aplikasi mobile dan menunggu hingga pesanan Anda tersebut diantarkan ke rumah Anda tanpa perlu mengantri di kasir atau terjebak kemacetan. Pesanan Anda akan diantarakan dari toko terdekat yang tersedia di lokasi Anda. Waktu yang diperlukan hingga pesanan tersebut sampai di depan pintu Anda diharapkan hanya satu jam saja. Bahkan Indomart dan Alfamart kini memanfaatkan aplikasi untuk melayani pembeli yang malas keluar rumah, bahkan mereka menawarkan diskon tambahan untuk beberapa iten tertentu bila melakukan embelian melalui aplikasi.

Social commerce adalah topik tentang tombol panas lainnya. Dalam beberapa waktu belakangan jejaring social seperti Facebook, Pinterest dan Twitter menambah dan mengubah layanannya yang memudahkan pengguna mereka untuk melakukan transaksi produk atau merek favorit mereka. Bulan lalu, Twitter memperluas layanannya dengan menawarkan fitur “Buy Now” yang memungkinkan konsumen membeli produk atau barang atau jasa digital melalui jejaring media sosial. "Enam puluh persen pengguna kami menggunakannya untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan informasi dari merek favorit mereka. Bagi kami, ini adalah salah satu alat [buy button] bagi banyak merek yang bisa digunakan sebagai strategi menciptakan keterlibatan," kata Philippe Dauman Jr., Director of Commerce Twitter.

Pinterest juga mencoba sebuah tombol beli sendiri dengan menambah fitur layanan 'Buyable Pins' ke jaringannya. Fitur ini memberikan pengguna kemampuan untuk membeli barang-barang dari aplikasi mobile Pinterest secara langsung tanpa mengarahkannya ke website merek. Klaimnya, ada  sekitar 60 juta 'Buyable Pins' pada jaringan Pinterest. "Ketika Anda harus menemui pelanggan di mana mereka berada," kata Michael Yamartino, head of commerce for Pinterest. "Kami mengatakan kepada mereka, pelanggan Anda ada di Pinterest, sehingga memberi kemampuan kepada mereka untuk membeli di Pinterest."

Dalam situasi seperti itu lalu bagaimana peritel tradisional bisa besaing ? Seperti diketahui barang yang dijual di peritel tradisional hampir sama seperti barang-barang yang dijual di peritel modern dengan variasi jenis yang beragam. Tetapi peritel tradisonal cenderung menjual barang-barang lokal saja dan jarang ditemui barang impor. Kalaupun ada kebanyakan produk dari China yang murah harganya.

Karena barang yang dijual dalam peritel tradisional cenderung sama dengan peritel modern, barang yang dijual juga mempunyai kualitas yang relatif sama terjaminnya dengan barang-barang di peritel modern. Namun, secara kuantitas, peritel tradisional umumnya mempunyai persediaan barang yang jumlahnya sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki pemilik atau permintaan dari konsumen. Dari segi harga, peritel tradisional tidak memiliki label harga yang pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik usaha sendirisendiri. Selain itu, harga pasar selalu berubah-ubah, sehingga bila menggunakan label harga lebih repot karena harus mengganti-ganti label harga sesuai dengan perubahan harga yang ada di pasar.

Salah satu kekuatan peritel tradisional adalah kemamuannya dalam melayani pembelian dalam volume kecil atau kethengan. Karena itu bila ingin meningkatkan pendapatannya, peritel tradisional harus terus meningkatkan jumlah pelanggannya. Ini berarti mereka harus memperluas jangkauan pasarnya.  Persoalannya adalah, ketika dia berusaha memerluas jangkauan pasarnya, dia akan berhadapan dengan peritel lain yang juga tetangganya.

Alternatif lainnya atau kedua adalah dengan membangun komunitas caranya adalah dengan menciptakan warung atau kedai jualannya sebagai temat untuk mengobrol dan sebagainya. Beberapa waktu lalu, perusahaan rokok Sampoerna mendorong peritel tradisional membangun ikatan emosional melalui komunitas tersebut. Karena itu, beberapa gerai tradisional dilengkai dengan meja kursi yang memungkinkan orang untuk ngobrol dan sebagaina termasuk menonton acara TV, game bagai remaja atau sarana komunikasi seperti akses internet dan sebagainya. Dengan dengan demikian, pelanggan semakin didorong untuk membeli lebih beragam atau lebih banyak.

Ketiga adalah dengan membangun ataumeningkatkan keakraban dengan pelanggan. Salah satu keunggulan peritel tradisonal adalah bahwa mereka telah saling mengenal dengan pelanggannya. Ini karena pelanggan peritel tradisional umumnya adalah tetangga-tentangganya. Disini peritel tradisional bisa menyediakan nilai berupa layanan pada segmen pasar yang tepat. Misalnya, seringkali rumah tangga mengalami kesulitan memasang kembali regulator saat penggantian tabung gas.  Dalam situasi seperti ini, ritel tradisional bisa membantu atau memberikan bantuan memasang regulator gas tersebut.     

Bagaimana GoJek Mengubah Cara Berbelanja Masyarakat Indonesia?


Minggu sore, tujuh remaja putra dan putri dengan seragam atasan jeans warna gelap dan atasan biru dengan atribut Indomaret ndorong empat troly penuh dengan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari keluar masuk gang di kawasan Rengas, Rempoa, Ciputat Timur. Pemandangan itu berlangsung hampir setiap akhir pecan sejak dua bulan terakhir.

Di sebuah gang, sekelompok ibu membeli produk-produk yang sebagian besar dijual dengan harga promo sehingga harganya lebih murah dibanding penjualan biasa, termasuk yang dijual di warung-warung di kawasan perkampungan tersebut. Para tenaga penjualan tersebut juga mempromosi cara belanja mudah dengan telepon ke Indomaret terdekat, bahkan ada penawaran belanja melalui aplikasi dengan promosi gula seberat satu kilogram gratis untuk belanja senilai Rp 200 ribu. 
Hari-hari ini peritel tradisional pedagang warung – disadari atau tidak – harus bersilat menghadapi banyak tekanan. Tekanan pertama, makin bertumbuhnya ritek modern. Keduanya, maraknya bisnis yang menggunakan alikasi seerti Gojek dan sebagainya. Saat ini perusahaan memperkuat layanan GoMart yang menyediakan layanan jual beli online memanfaatkan para pengojek untuk membelanjakan barang kebutuhan konsumen di toko ritel.

Konsekuensinya adalah bila Anda dulu mendadak memerlukan katakanlah gula, Anda tinggal telpon ke warung tetangga, persoalan beres. Sekarang, model itu memiliki pesaing ya GoMart tadi. Jaminan kecepatannya bisa diprediksi, dan Anda juga bisa “titip” belanja produk lainnya. Sementara bila Anda mengandalkan warung tetangga, Anda mungkin mendapat jawaban yang ngantar tidak ada atau alasan lainnya sehingga Anda harus menunggu atau kalau tidak sabar Anda beranjak mengambil sendiri ke warung tetangga itu.

Ketiga, saat ini peritel modern seperti Indomart atau Alfamart menyediakan aplikasi layanan seperti GoJek tadi. Jadi Anda juga bisa pesan barang kebutuhan Anda tanpa perlu beranjak dari rumah Anda. Bahkan bila Anda berbelanja dengan menggunakan alikasi tersebut, berbagai tawaran menarik seerti diskon khusus bisa Anda dapatkan.    
  
Kini perusahaan menghabiskan banyak uang, waktu dan penelitian untuk mengembangkan apa yang mereka yakini bisa menjadi keunggulan bersaing, yakni pengalaman terbaik bagi pelanggan  produk dan layanan mereka, dan konsumen selalu memiliki kata akhir yang bagus bagi perusahaan  baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam mencari keunggulan bersaing, perusahaan kini mulai melihat proses yang yang ada di balik rantai nilai dank e dalam rantai nilai dari pemasok dan distributor, serta akhir pada pelanggannya. Ketika berjuang agar lebih kuat dalam bersaing, jika sebelumnya perusahaan bermitra dengan pemasok dan distributor, kini mereka focus pada penyampaian nilai langsung ke konsumen.

Dewasa ini banyak persaingan tidak lagi antara pesaing individual. Persaingan lebih dirasakan anara sistem penyerahan nilai yang diciptakan oleh para pesaing, seperti GoMart yang bias dianggap sebagai pendatang baru dalam bisnis retail (online). Mereka berusaha untuk membangun system penyerahan nilai lebih baik agar bias menguasai pangsa pasar dan memperoleh laba lebih besar.

Dewasa ini para pemain di binis retail juga berusaha memperluas pasar. Mereka berusaha menarik pelanggan baru, yakni pembelanja yang enggan keluar rumah. Mereka juga memperkenalkan cara belanja baru baik melalui aplikasi maupun tenaga penjual yang keluar masuk perkampungan warga.  

Kepedulian tentang pengalaman positif ini karena muncul anggapan betapa berharganya tanggapan konsumen ini makin memerkuat hipotesis akan pentingnya mengembangkan produk-produk seperti aplikasi mobile, terutama bagi perusahaan yang mempertimbangkan soal waktu yang dihabiskan konsumen terkait dengan interaksinya dengan perangkat yang terhubung mereka setiap hari.  Beberapa penelitian menunjukkan waktu yang dihabiskan orang untuk berinteraksi degan alat komunikasi sekarang melebihi delapan jam sehari.

Kenapa muncul gagasan seperti itu? Pertama, pelanggan sekarang bisa mengatur atau mengendalikan produsen, termasuk peritelnya. Pemikiran tersebut semakin kuat terutama dalam situasi eknomi yang kurang menentu. Ini bisa dilihat dari perubahan yang terjadi selama beberaa bulan lalu saat nilai dollar naik. Saat itu produsen dengan ekstra hati-hati menaikan harganya. Kemasan kethengan yang samai akhir tahun lalu mulai ditinggalkan, kini marak kembali. 

Minggu, 15 November 2015

Public Relations Sebagai Investasi, Bukan Biaya


Public relations tidak menghasilkan keuntungan finansial seketika, namun dalam jangka perusahaan merasakan nilai tambah dari sebuah public relations.

Ada fenomena menarik manakala terjadi kelesuan ekonomi. Dalam situasi seperti itu, ketika konsumen makin menuntut tanggung jawab perusahaan, ketika iklan makin diragukan kredibilitasnya, ketika perusahaan memangkas anggaran promosinya, yang jadi korban pertama adalah internal public relationsnya. Ini karena mereka dianggap kecil konstribusinya dalam mendatagkan pendaatan. Karenanya, pemangkasan karyawan yang pertama dilakukan ada di divisi ini.
Padahal, ketika model bisnis tradisional terganggu dengan kecepatan yang luar biasa, harapan dan aturan ikut berubah. Pelaku bisnispun harus bekerja lebih keras daripada sebelumnya mendapatkan dan mempertahankan pelanggan mereka. Yang tidak berubah adalah pentingnya reputasi bisnis dalam memenangkan persaingan.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada tanda-tanda bahwa perusahaan meningkatkan komunikasinya tentang tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dilakukannya. Dalam konteks ini ada dua fenomena yang menarik. Pertama, perusahaan berusaha untuk benar-benar serius melakukan kegiatan CSR. Hal ini ditunjukkan dengan makin seringnya suatu perusahaan melakukan kegiatan tersebut. Selain itu, perusahaan semakin berusaha untuk meningkatkan kualitas kegiatan CSR, dalam arti benar-benar ingin menyesuaikan antara kegiatan dan kebutuhan target audience dari CSR tersebut.
Hal kedua yang menarik adalah bahwa ada kesadaran di kalangan perusahaan bahwa CSR memberikan dampak reputasi bagi perusahaan. Reputasi disini saya terjemahkan sebagai kesesuaian antara persepsi public terhadap perusahaan dan persepsi public yang diinginkan pengelola perusahaan. Di sisi lain, pengelola perusahaan juga sadar bahwa reputasi tidak akan terbentuk bila perusahaan tidak mengkomunikasikan kegiatan CSR-nya itu.
Pengelola kegiatan sadar bahwa mendesain strategi komunikasi untuk kegiatan itu penting karena informasi yang disampaikan dalam komunikasi tersebut harus bersaing dengan informasi atau stimuli berasal dari luar perusahaan. Yang mengganggu bila informasi dari luar tersebut bernada negatif sehingga bila informasi negatif tersebut mengalahkan informasi yang disampaikan perusahaan, tak tertutup kemungkinan reputasi yang diharapkan tidak terwujud.
Ketiga ada kesadaran bahwa dalam jangka pendek, CSR tidak memberikan hasil finansial. CSR memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa mendatang. Dengan demikian apabila perusahaan melakukan program-program CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan terjamin dengan baik. Oleh karena itu, program-program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan.
Dengan masuknya program CSR sebagai bagian dari strategi bisnis, maka mudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam suatu perusahaan untuk mengimplementasi kan rencana kegiatan dari program CSR yang dirancangnya. Dilihat dari sisi pertanggung jawaban keuangan atas setiap investasi yang dikeluarkan dari program CSR menjadi lebih jelas dan tegas, sehingga pada akhirnya keberlanjutan yang diharapkan akan dapat terimplementasi berdasarkan harapan semua stakeholder.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah konsep bisnis di mana perusahaan berusaha untuk berperilaku bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan lingkungan sehingga bisnis memberikan kontribusi yang bermakna dan langgeng kepada masyarakat (Hopkins, 2007). Perusahaan terdorong  untuk terlibat dalam program-program tanggung jawab sosial karena manfaat potensialnya terhadap  bisnis, yang meliputi peningkatan merek, diferensiasi pasar, dan kepuasan karyawan (www.dowelldogood.net).
Dalam konteks ini, CSR sebagai investasi, bukan biaya. Karenanya, perusahaan yang melihat CSR sebagai investasi, secara sukarela dan sungguh-sungguh melaksanakan praktik CSR dan yakin bahwa investasi sosial ini akan berbuah pada lancarnya operasional usaha. Mereka mendapat citra positif karena masyarakat menilai perusahaan sungguh-sungguh membantu mereka. Selayaknya investasi, kelompok ini menganggap praktik CSR adalah investasi sosial jangka panjang. Mereka juga berpandangan, dengan melaksanakan praktik CSR yang berkelanjutan, mereka akan mendapat ijin operasional dari masyarakat. Kita dapat berharap kelompok ini akan mampu memberi kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
Namun, perusahaan sering gagal mengkomunikasikannya secara efektif kegiatan CSR mereka kepada khalayak sasaran sehingga menghambat perusahaan merealisasikan manfaat bisnis itu.  Disinilah pentingnya mengkomunikasikan CSR secara efektif, sekaligus ini merupakan tantangan utama bagi pengelola. Keputusan tentang apa, bagaimana, dan kepada siapa perusahaan harus mengkomunikasikan kegiatannya itu merupakan elemen utama dari program tanggung jawab perusahaan. Keputusan tersebut semakin penting manakala mempertimbangkan bahwa bahwa komunikasi tersebut harus menunjukkan bahwa perusahaan benar-benar memiliki legitimasi untuk melakukan itu.
Sangatlah wajar bila dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan media online interaktif untuk mengkomunikasikan CSR. Ini karena ada keyakinan bila komuinikasi berlangsung secara interaktif, Data menunjukkan 71% perusahaan yang tergabung dalam Fortune Global 500 menyediakan situs web untuk CSR terpisah dari website perusahaan. Dari jumlah tersebut, 75% diantaranya memberikan kesempatan kepada penggunanya untuk menanggapi informasi yang diberikan.
Pertanyaannya adalah apakah menggunakan media interaktif meningkatkan nilai strategi komunikasi korporat mengenai CSR? Beberapa perusahaan sempat mengkhawatirkan dampak penggunaan komunikasi interaktif terhadap reputasi mereka. Pada Maret 2010, Greenpeace menyerang Nestle  karena praktek yang dilakukan pemasok minyak kelapa sawitnya yang diduga mengancam kehidupan orangutan. Video yang diunggah ke YouTube ''Have a Break?'' yang menunjukkan seorang karyawan mengunyah jari orangutan dalam bentuk Kit Kat telah diunduh 1,5 juta kali dan menyebabkan 200.000 protes melalui email.
Setelah mencoba mengatasi serangan itu, Nestle menyerah dengan menangguhkan semua pasokan dari produsen sawit tadi (The Economist 2010). Video kampanye boikot dari Greenpeace melalui dunia maya itu menyebabkan Nestle kewalahan karena halaman Facebook-nya ramai dengan komentar negatif. Tersebarnya video itu ke seluruh dunia seakan tak terhentikan. Itulah tantangan yang dihadapi perusahaan ketika masuk ke dalam media interaktif.
Internet telah memicu perubahan berkelanjutan pada struktur industri dan cara-cara bisnis menciptakan nilai. Konektivitas telah menciptakan hubungan baru antara perusahaan, pelanggan, karyawan dan mitra. Orang-orang sekarang memiliki akses ke sejumlah besar informasi - dan opini - tentang produk dan praktik perusahaan. Informasi ini tersedia di setiap bagian dari dunia, setiap menit setiap hari.
Tapi internet tidak sekadar informasi yang menyebar. Ini juga merupakan tempat di mana orang berkumpul untuk membahas dan mengatur kegiatan untuk membawa perubahan sosial. Akibatnya, keberlanjutan, baik untuk masyarakat dan perusahaan, membutuhkan akuntabilitas bersama - hubungan yang lebih kolaboratif yang memungkinkan masing-masing pihak untuk mencapai pemahaman bersama dan berkembang.
Selama beberapa waktu, kerjasama meningkatkan visibilitas dari aksi korporasi; saat persepsi pelanggan perusahaan dan perilaku pembelian konsekuen mereka fundamental mengubah. Karena itu, hal ini berarti memberikan dampak keuangan yang signifikan untuk bisnis. Karenya, CSR tidak lagi dipandang sebagai hanya biaya peraturan atau diskresi, tetapi investasi yang membawa keuntungan finansial.

Beberapa studi yang melihat efektivitas komunikasi tentang CSR terhadap sikap dan loyalitas konsumen dan stakeholder lainnya umumnya menyimpulkan bahwa secara keseluruhan, komunikasi CSR berdampak positif. Namun itu bukan tanpa kondisi sebab independensi sumber informasi dalam komunikasi CSR tersebut mempengaruhi kredibilitas komunikasi, dan karenanya kredibilitas tersebut selanjutnya mempengaruhi efektivitas dalam hal mengubah sikap dan perilaku stakeholder.

Pelajaran tentang Personal Branding dari Donald Trump


Anda mungkin tidak menyukai Donald Trump. Namun, dari konteks public relations, Trump adalah sebuah fenomena. Kenapa?
Betul, Donald Trump itu seorang pengganggu dan pembual, tapi dia sekaligus juga seorang penakluk. Mungkin, seperti yang banyak dilakukan para politisi, dia melakukan yang dia kerjakan sekarang konteksnya adalah pencitraan untuk maju ke audisi calon presiden AS dari Partai Republik 11 bulan dari sekarang di Cleveland. “Apakah Anda membencinya atau sedikit tidak menyukainya, satu hal yang harus diakui, Donald Trump adalah fenomena,” tulis Fraser Seitel, contributor pada Forbes Online.
Dalam tradisi selebriti yang “kehebatan” seseorang diukur dengan Skor Q, Trump memang memiliki energi massa dengan perangkat public relations yang tepat bagi calon pemilih AS. Cukup dimaklumi, public AS kini tertekan oleh kondisi ekonomi yang tidak menentu dan pergeseran beragam budaya serta kejengkelan public terhadap para politisi yang kini (di AS) lebih sibuk memikirkan cara bagaimana dia bisa terpilih kembali. Inilah sebabnya, mengapa posisitioning Trump sejauh ini telah bekerja dengan baik.
Q Score adalah pengukuran tingkat keakraban dan daya tarik merek, selebriti, perusahaan, atau produk hiburan (misalnya, acara televisi) yang digunakan di Amerika Serikat. Semakin tinggi Q Score menunjukkan bahwa item atau orang tersebut lebih dihormati diantara anggota kelompok yang akrab dengan mereka. Q Skor dan varian lainnya terutama digunakan oleh iklan, pemasaran, media, dan industri hubungan masyarakat.
Ada beberapa alasan yang membuat Trump “hebat”. Pertama, Trump adalah seorang selebriti yang bonafide. Dalam budaya selebriti, semua orang mengetahui siapa Trump. Dia menjadi bintang TV, bahan gossip selama bertahun-tahun. Itu sebabnya bila calon kandidat lainya seperti Jeb Bush, et. al. menghabiskan jutaan dolar untuk iklan, Trump hanya menghabiskan dolar yang jauh lebih sedikit. Trump tidak perlu beriklan; dia mendapatkan publisitas gratis yang sebagian besar disebabkan posisinya sebagai selebriti yang kehidupannya telah menjadi sorotan media.
Kedua, Trump berkata apa adanya. Dia tidak berbicara berbicara dengan bahasa politik. Dia berbicara langsung dengan bahasa yang dimengerti orang mengerti. Anda mungkin tidak setuju, tapi Anda pasti tahu dari mana dia berasal. Tidak demikian halnya dengan Jeb, yang mendapat sorotan buruk tentang perang Irak. Atau Hillary, yang masih belum bisa keluar dari cara-nya sendiri akibat kontroversi email dan kegagalan dia saat menjadi menteri luar negeri. 
Banyak lagi “kehebatan” yang ditulis Seitel. Intinya, Trump memang seperti itu dan orang memakluminya karena posisinya sebagai selebriti. Apakah dia berhasil dalam konvensi calon presiden dari partai Republik nanti, itu ditentukan oleh bagaimana dia konsisten beradaptasi dengan perubahan selama 11 bulan ke depan. Intinya adalah bahwa membangun citra atau reputasi seseorang siap menjadi presiden tidak bisa dilakukan dalam hitungan hari atau minggu. Bahkan butuh kegiatan yang berkeseinambungan.
Yang menarik adalah selama perjalanan itu, tak tertutup kemungkinan seseorang, perusahaan atau merek mengalami beberapa sandungan. Disinilah pentingnya perencanaan strategis, suatu rencana jangka panjang yang biasanya dibuat oleh manajemen level atas. Perencanaan ini memuat keputusan terkait dengan tujuan utama organisasi dan kebijakan dalam mengimplementasikannya. Dalm konteks ini, pengamatan terhadap situasi lingkungan menjadi alat utama untuk mengidenifikasi dan memprioritaskan isu-isu strategis yang dijadikan rujukan dalam membuat perencanaan sebuah organisasi.
Anda mungkin juga sering melihat atau membaca berita tentang sepak terjang Paris Hilton, Martha Stewart dan sebagainya. Orang boleh menyukai atau membenci mereka. Namun yang pasti, kekuatan dan keberhasilan merek pribadi mereka “tidak bisa dibantah.” Anda juga sering melihat seorang polisi wanita, pedagang makanan, dan sebagainya yang menjadi perbincangan di media sosial ?
Fenomena itu seakan memberitahu pembaca bahwa personal branding tidak hanya untuk orang kaya atau terkenal. Dalam dunia digital saat ini, Anda juga dapat melakukan sendiri personal branding. Kuncinya adalah Anda bisa membedakan diri dari orang lain, terutama yang Anda angga sebagai “pesaing”, meningkatkan visibilitas dan kredibilitas Anda di pasar yang ingin Anda tuju, dan menempati posisi yang unik dan kompetitif dalam pikiran target market potensial Anda.
Sama seperti perusahaan dan produk branding, pernyataan personal branding membutuhkan ringkasan proposisi unik (USP) yang menawarkan manfaat atau nilai unik Anda. Pernyataan branding Anda membedakan Anda dari pesaing dan memberikan alasan kuat kenapa mereka mereka harus memilih Anda.
Sebagai aturan umum, pernyataan singkat ini harus berkomunikasi: pertama, apa yang menjadi kekhususan Anda (siapa Anda), apa yang bisa Anda lakukan, dan bagaimana Anda melakukannya dengan lebih baik atau berbeda dengan yang lain (layanan Anda), kepada siapa Anda melakukannya (target audience Anda), dan atribut apa saja yang melekat pada diri Anda (keterampilan paling penting yang Anda miliki).

Sementara pernyataan personal branding Anda bertujuan untuk mempengaruhi persepsi calon klien atau pemilih dengan menekankan pada kekuatan Anda, namun Anda harus berhati-hatilah. Sebuah personal brand (merek pribadi) harus didasarkan pada identitas Anda yang nyata. Konsekuensinya, Anda harus menunjukkan siapa Anda dan apa yang dapat Anda lakukan, tidak hanya sebuah citra dari luar diri Anda. 

Jumat, 06 November 2015

Produk Anda Cacat, Ditarik. Lalu Dimana Peran PR?


Kamis akhir Oktober 2015 lalu, Hormel Foods mengumumkan bahwa pihaknya menarik kembali 153 kardus, atau hamper 1 ton produk Skippy Reduced Fat Creamy Peanut Butter, karena kemungkinan terkontaminasi dengan serutan logam. Meskipun perusahaan mengatakan tidak ada korban karena produk terkontaminasi tersebut, namun bila seseorang menelan benda logam yang panjangnya mencapai 7 mm sangatlah berbahaya. Risiko dapat menyebabkan tersedak dan pelubangan pada lambung.

Hormel menjelaskan bahwa mereka menemukan serutan tersebut saat pembersihan rutin pabriknya di Little Rock, Arkansas. “Selama pembersihan rutin dan inspeksi, kami menggunakan magnet di lintasan produksi untuk memastikan bahwa tidak ada logam masuk ke dalam selai kacang,” kata Rick Williamson, juru bicara Hormel Foods. "Saat itu kami mendeteksi serutan logam dan produk dikarantina,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email. "Sayangnya, palet produk yang harus dihancurkan itu secara tidak sengaja dirilis."

Pusat distribusi yang menerima selai kacang mungkin tercemar itu antara lain milik Publix, Target dan Walmart di tujuh negara bagian: Georgia, Virginia, Alabama, North Carolina, South Carolina, Delaware dan Arkansas.  "Pada dasarnya, Skippy memiliki emulsi yang sempurna untuk pastry chef," kata asisten editor makanan Bon Appetit - Alison Romawi, yang telah bekerja di beberaa restoran dan toko roti di Los Angeles, San Francisco dan New York City.

Meskipun kasus ini dari tahun ke tahun meningkat, seringkali perusahaan tidak siap mengelola krisis ini secara strategis. Secara umum, perusahaan dapat bereaksi melalui berbagai cara, mulai dari menolak bertanggung jawab hingga penarikan kembali produk tanpa syarat. Dari berbagai peristiwa makanan mengandung bahan yang membahayakan dan tidak dikehendaki, penarikan produk berbahaya dari pasar dan mengingatkan produk berbahaya tersebut kepada konsumen adalah langkah yang paling sering diadopsi oleh perusahaan.

Meski produk itu bisa membahayakan namun dalam beberapa kasus penarikan produk, seringkali alangkah itu bukan berasal inisiatif perusahaan secara spontan. Penarikan produk biasanya dilakukan sebagai kewajiban akibat adanya campur tangan otoritas nasional (Mowen et al. 1981). Ini ditunjukkan dengan adanya beberapa fakta, bahwa seringkali kasusnya diketahui setelah produk berada di distributor, importir, pengecer, pengguna akhir atau oleh agen federal.

Pada November 1994, Intel Corporation harus berhadapan dengan pelanggan marah yang menuntut penggantian mikroprosesor Pentium mereka. Produk itu dilaporkan memiliki cacat yang mempengaruhi perhitungan matematis. Tanggapan pertama perusahaan adalah meminta pelanggan menunjukkan bahwa chip mereka yang rusak; baru kemudian Intel menggantinya. Intel mengklaim bahwa cacat itu tidak akan mempengaruhi sebagian besar pengguna. Cacat itu hanya hanya terjadi sekali dalam setiap 9 miliar perhitungan. Ini menandakan bahwa Intel mengabaikan soal kepercayaan konsumen.

Perusahaan keras kepala sehingga lebih dari sebulan mereka harus menghadapi badai protes. Akibatnya fatal. IBM, pembeli utama dari mikroprosesor Pentium, menghentikan pengiriman komputer yang mengandung chip. Intel di ambang bencana pasar.

Akhirnya, CEO Andrew Grove turun tangan dan mengatakan, "Kami terperangkap pada pola pikir  analisis berbasis fakta dari para insinyur kami, dan pola pikir pelanggan, yang begitu banyak mengandalkan emosi tapi terbiasa membuat pilihan mereka sendiri."

Dia juga mencatat bahwa pokok masalahnya adalah bahwa kita dianggap harus memberitahu seseorang tentang apa yang mereka harus atau tidak harus mereka khawatirkan, harus atau tidak harus dilakukan. Intel kemudian menarik produknya itu dan kekeraskepalaan harus dibayar Intel dengan biaya mencapai  $ 500 juta.

Lalu dimana peran public relations? Logikanya ketika suatu produk diketahui cacat, media akan terus membuat berita.  Karena itu, aturan dasar dari penanganan kasus penarikan ini adalah jangan membiarkan konsumen mempertanyakan apakah industri ini benar-benar meningkatkan upaya keamanan. Itu merupakan perhatian yang sah. Karena itu, tugas ublic relations adalah membuat konsumen mengetahui bahwa produsen dan pengecer mengambil tindakan pencegahan yang belum pernah sebelumnya untuk melindungi keselamatan konsumen.

Dalam kasus Skippy, setelah menerima laporan dari bagian pengawas di pabrik, induk perusahaan Skippy, Hormel Foods Corporation, mengambil alih tugas-tugas komunikasi dengan mengutamakan komunikasi secara internal. Demikian penjelasan manajer komunikasi eksternal Hormel, Rick Williamson, kepada  PRWeek. Mereka dibantu konsultan PR Burson-Marsteller. Hormel sendiri baru mengeluarkan pernyataan bersama FDA dan juga menerbitkan rilis tersebut di situsnya, Kamis. Perusahaan tidak men-tweet apapun tentang masalah tersebut sampai Jumat sore.


Tidak ada tweet apapun dari akun twitter resmi @Skippy. Williamson mengatakan bahwa berkaitan dengan masalah tersebut, halaman web Skippy diperbarui pada Jumat dengan tombol untuk link ke siaran pers. Dia menambahkan bahwa recall dilakukan dengan sukarela. Menurut catatan dia, recall hanya melibatkan satu pengiriman kecil di pasar geografis yang sempit. "Kami bekerja dengan pelanggan kami untuk memastikan penarikan produk dari pasar berjalan tepat waktu," kata Williamson.

"Kami juga bekerja sama dengan unit operasi dan tim jaminan kualitas kami. Meskipun penarikan itu sangat terbatas, kami telah mengkomunikasikan bahwa recall itu sangat penting bagi perusahaan,   pelanggan dan konsumen kami." Tim customer relations Hormel juga siaga mengatasi pertanyaan dari konsumen melalui hotline yang disediakan khusus untuk konsumen Senin-Jumat, 08:00-04:00 Central Time, tidak di hari libur. .

Senin, 02 November 2015

Benarkah Meritokasi Politik yang Membuat China Maju?



Oktober 2013, sebuah video kartun misterius menjadi diskusi hangat di media social. Ruar biasa, hanya dalam waktu dua minggu video itu ditonton oleh sepuluh juta pemirsa. Video itu dirilis saat AS menghadapi situasi government shutdown karena kegagalan Kongres menyepakati anggaran yang diperlukan untuk operasi pemerintahan.

Dengan terang-terangan video itu mempertontonkan paradox dari sebuah proses pengambilan keputusan.  Video itu juga sekaligus seakan meledek system demokrasi yang diagung-agungkan di Amerika Serikat karena ternyata wibawa kuasa yang dihasilkan system demokrasi tidak sesakti yang dibayangkan.

Ledekan itu tak dilakukan secara langsung memang, namun moment peredarannya mengukuhkan dugaan kesengajaan. Video misterius itu memaparkan pendakian panjang seorang Xi Jinping untuk sampai ke puncak kekuasaan Cina, menjadi Presiden Xi. Pesan yang ingin disampaikan melalui video itu adalah Jinping mendapat promosi tidak mudah. Dia melalui proses yang panjang.

Karir Jinping dimulai dari pegawai di pemerintahan kota, kepala bagian di pemerintahan setingkat kabupaten, kepala di tingkat departemen di tingkat propinsi menanjak ke Komite Sentral, Politbiro, dan kemudian menjadi anggota Komite Tetap Politbiro. Di setiap tahap, promosi dilakukan melalui evaluasi yang ketat dan ultracompetitive. Tujuannya adalah untuk menguji kemampuan kepemimpinan politiknya. Proses ini yang dikenal dengan label meritokrasi.

Meritokrasi merujuk kepada bentuk sistem politik yang memberikan penghargaan lebih kepada mereka yang berprestasi atau berkemampuan yang dapat dipakai untuk menentukan suatu jabatan tertentu. Kerap dianggap sebagai suatu bentuk sistem masyarakat yang sangat adil dengan memberikan tempat kepada mereka yang berprestasi untuk duduk sebagai pemimpin, tetapi tetap dikritik sebagai bentuk ketidakadilan yang kurang memberi tempat bagi mereka yang kurang memiliki kemampuan untuk tampil memimpin

Di bagian lain, ketika video tersebut dirilis, di AS terjadi government shutdown. Itu berarti pemerintah berhenti menyediakan semua layanan selain yang "penting" saja. Namun karena Kongres harus mengesahkan semua pengeluaran pemerintah, tidak ada hukum yang melindungi layanan pemerintah apapun dari penutupan. Layanan federal boleh diteruskan untuk sementara setelah penutupan, termasuk National Weather Service dan lembaga induknya, layanan kesehatan di fasilitas federal, angkatan bersenjata, pengawasan lalu lintas udara (ATC), dan sistem penjara.


Judul Buku          :  The China model: political meritocracy and the limits of democracy
Penulis                 :  Daniel A Bell
Penerbit              :  Princeton University Press, 2015
Tebal Buku          :  333 halaman

Fenomena itu kontras dengan situasi saat pemilihan presiden yang menggambarkan seolah-olah Obama mendapat dukunga dari semua warga Amerika. Jutaan dolar dikeluarkan untuk kampanya tersebut sekadar untuk meraih kemenangan melalui pemilihan nasional negeri atas dasar satu orang satu suara. Proses ini diberi label "demokrasi." Bila ini diperbandingkan dengan pemilihan di AS, jelas video tersebut seolah ingin menujukkan bahwa meritokrasi politik gaya Cina merupakan cara yang secara moral sah dalam memilih pemimpin politik tingkat atas, dan cara itu lebih baik dari pemilu yang demokratis.

Video ini mungkin dibuat dan didistribusikan oleh organ dari Partai Komunis China (PKC) yang seakan-akan menunjukkan bahwa China menganut system meritrokasi dan itu diwarisi dari pendahulu mereka. Sun Yat-sen, yang menjadi presiden pertama pasca-kekaisaran Cina pada tahun 1912, memang tidak terlalu terkesan dengan demokrasi AS. Dia pernah mengeluh bahwa "beberapa anggota DPR sering bertindak bodoh dan tidak peduli dengan orang lain." Itu adalah sebuah vonis yang mungkin banyak disetujui warga Amerika yang modern.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Sun menyarankan agar semua pejabat terpilih harus diuji sebelum diperbolehkan duduk di jabatan. Proposal ini  mengadopsi tradisi China lama bahwa pejabat publik harus dipilih melalui pemeriksaan yang ketat dengan mengukur "prestasi"nya, bukan hanya atas dasar popularitas mereka belaka.

Namun, dari situ sejumlah pertanyaan muncul. Jika meritokrasi politik begitu baik, mengapa PKC tidak berani secara terang-terangan mengatakan bahwa video itu berasal dari mereka? Lebih umum, mengapa PKC tidak bisa secara resmi menerapkan system meritokrasi politik dan secara terbuka menyatakan rasa bangganya terhadap sistem meritokrasi itu?

Data statistik ekonomi menunjukkan bahwa China kini telah menjadi negara yang modern. Namun, seperti diakui Daniel Bell penulis buku the China Model ini, indikator lainnya tidaklah begitu positif. Ada masalah lain seperti korupsi, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, degradasi lingkungan, penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat politik, dan tindakan dalam menangani perbedaan pendapat politik.

Perlakuan kasar pemerintah China terhadap lawan-lawan politiknya mempertontonkan fenomena adanya situasi yang menurunkan hal yang seharusnya bagus menjadi lebih buruk ketika sistem politik telah menjadi lebih meritokratis. Artinya, meritokrasi politik bergaya China tidak dipraktekkan secara sempurna. Betapa tidak, jika sistem ini begitu besar, mengapa ada kebutuhan untuk menindak perbedaan pendapat politik? Apakah struktur meritokrasi politik benar-benar dijalankan sehingga dipandang sah oleh rakyat dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan otoriter?
Buku the China Model berupaya menjawab pertanyaan tersebut. Bahwa Presiden Xi Jinping sendiri adalah putra salah satu rekan terdekat Mao, memperlemah argumen bahwa China menganut system meritokrasi, Bell punya argumentasinya. Disini Bell, seorang filsuf politik Kanada yang mengajar di Universitas Tsinghua di Beijing selama bertahun-tahun, menjawab bahwa munculnya Xi dan "pangeran" - pemimpin keturunan bangsawan partai Komunis – lainnya dimulai sebelum reformasi tata kelola awal 1990-an yang menerapkan kembali ujian sebagai dasar untuk pemilihan pejabat.
Tapi bagi sementara orang, penjelasan itu justru membingungkan. Argumen bahwa meritokrasi dijalankan di China tampaknya didasarkan pada dekade pertumbuhan ekonomi yang pesat yang dimulai pada tahun 1979. Namun, seperti diakui Bell sendiri, meritokrasi diabaikan sampai awal 1990-an, dan ketika sistem meritrokasi diterapkan kembali, beberapa saat kemudian menunjukkan hasil. Jadi, mungkinkah kinerja ekonomi China yang spektakuler itu bukan hasil dari sistem meritokratis pemerintahan?
Tapi bagi sementara orang, penjelasan justru membingungkan. Argumen bahwa meritokrasi dijalankan di China tampaknya didasarkan pada dekade pertumbuhan ekonomi yang pesat yang dimulai pada tahun 1979. Namun, seperti diakui Bell sendiri, meritokrasi diabaikan sampai awal 1990-an, dan ketika sistem meritrokasi diterapkan kembali, beberapa saat kemudian menunjukkan hasil. Jadi, mungkinkah kinerja ekonomi China yang spektakuler itu bukan hasil dari sistem meritokratis pemerintahan?
Barat cenderung membagi dunia politik menjadi demokrasi yang "baik" dan rezim otoriter yang "buruk." Tetapi model politik Cina tidak cocok di kedua kategori itu. Sebab selama tiga dekade terakhir, China telah mengembangkan sistem politik yang dapat digambarkan sebagai "meritokrasi politik." China Model berusaha untuk memahami cita-cita dan realitas sistem politik yang unik ini. Bagaimana cita-cita meritokrasi politik menetapkan standar dalam mengevaluasi kemajuan politik (dan kemunduran) di Cina? Bagaimana China bisa menghindari kerugian yang diakibatkan oleh peneraan system meritokrasi politik ini? Dan bagaimana bisa meritokrasi politik dikombinasikan dengan demokrasi sehingga menghasilkan yang terbaik? Daniel Bell menjawab pertanyaan dan banyak lagi pertanyaan seperti itu.
The China Model berupaya membuka perdebatan bagaimana model yang baik dalam system manajemen pemerintahan. Diskusi dimulai dari dua titik; pertama, bahwa ada krisis pemerintahan di negara demokrasi Barat. Kedua, prestasi ekonomi China mengimplikasikan sebuah rekomendasi bahwa sebelum menerakan sistem demokrasi, segala sesuatunya haruslah ditata dengan baik terlebih dulu. Titik lompatan itu memang menantang. Sebab demokrasi memang tidak selalu semulus yang dibayangkan. Buktinya ada kemacetan di system di pemerintahan di Washington, ada krisis euro, dan di sisi lain ada fenomena makin berkurangnya kemiskinan di China. Bell melihat meritokrasi di China memang mengandung banyak kelemahan, tapi siste demokrasi juga memiliki kelemahan pula. Karena itulah, gagasannya adalah saling menutupi kelemahan dan mengeksploitasi yang positif.

Bagian pertama dari buku Bell dimulai dari analisis yang menjelaskan tentang beberapa kelemahan filosofis dan praktis system demokrasi. Misalnya, seorang politisi terpilih selalu merasa mememiliki privilege dari pemilih untuk melakukan yang dikehendakinya. Bukankah dengan memperoleh dukungan mayoritas masyarakat itu menunjukkan masyarakat menyetujui yang dia kerjakan? Itu sudah pasti merugikan masa depan masyarakat karena asumsi yang menempel di benak politisi itu bisa membuat mereka mengabaikan risiko perubahan iklim, misalnya karena mengizinkan eksplorasi dan eksploitasi lahan untuk tambang yang cenderung merusak alam.

Dengan kata lain, dalam system demokrasi, legitimasi kewenangan dan kekuasaan diperoleh melalui perolehan suara dalam pemilihan one vote one person. Masing-masing pemilih memberi mandat kepada yang dipilihnya, yang mungkin saja dalam memilih tersebut tanpa melalui pemeriksaan pada kandidat yang dipilihnya secara teliti.

Bell membandingkan system ini dengan sebuah "China Model" yang ideal yang secara tegas menggariskan aturan bahwa hanya orang-orang yang paling mampu dalam masyarakat yang dipilih untuk menjalankan negara, dan prosesnya dilakukan melalui pemeriksaan secara teliti. Kinerja mereka di berbagai pekerjaan selama bertahun-tahun - mulai dari tingkat provinsi – dinilai.  Eksperimen Regional memungkinkan hanya ide-ide yang baik dan pemimpin yang baik yang naik ke pusat. Keberhasilan dari sistem ini secara jelas dapat dilihat dari pencapaian dalam memecahkan masalah dan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Ini yang kemudian bisa memberikan politik pemimpin legitimasi di mata orang biasa.


Disini Bell seakan menunjukkan bahwa level validitas eksternal dari variable kepercayaan yang dihasilkan dari suara pemilih dalam system demokrasi ternyata berkurang ketika dihadapkan pada populasi yang berbeda. Ini dibuktikan dengan fenomena tersendatnya usulan anggaran yang diajukan ekskutif atau pemerintah seperti yang dialami Obama, atau bahkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama.