Sabtu, 16 Februari 2019

ATRIBUSI



Setiap orang memiliki keyakinan, motif atau niat. Karena itu, ketika mengobservasi individu, orang akan berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan, kenapa merek berperilaku seperti itu? Di sisi lain, ketika berusaha mencari jawaban atas pertanyaan itu, orang tersebut juga menggunakan cara-cara tertentu.

Disini ada relasi antara cara mereka melihat sesuatu dan asumsi awal yang muncul pada orang tersebut. Dengan kata lain, persepsi dan penilaian orang tentang tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang dibuat tentang keadaan internal orang tersebut.

Dalam komunikasi juga dikenal teori atribusi (attribution theory) untuk mengembangkan penjelasan tentang cara-cara seseorang menilai individu secara berbeda. Pada intinya teori adalah tentang usaha yang dilakukan individu-individu ketika mengamati perilaku untuk menentukan apakah itu disebabkan oleh factor internal atau eksternal.

Sebagian besar penentuan tersebut tergantung pada tiga factor; kekhususan, konsensus dan konsistensi. Kekhusuan merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku berbeda dalam sutuasi-situasi yang berbeda. Konsensus apabila semua individu yang menghadapi situasi serupa meresponse dengan cara yang sama. Konsisten apabila indivisu tersebut meresponse dengan cara yang sama.   

Perilaku yang disebabkan secara internal diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu. Perilaku yang disebabkan oleh faktor eksternal diaggap sebagai akibat dari sebab-sebab dari luar. Artinya, seseorang melakukan sesuatu lebih karena dipaksa oleh situasi.

Apabila seorang karyawan terlambat dating ke tempat dia bekerja, orang lain yang melihatnya mungkin menghubungkan keterlambatannya dengan pesta sampai larut malam sehingga dia bangun kesiangan. Ini adalah hubungan internal.

Apablia orang lain menghubungkan keterlambatannya dengan kecelakaan mobil yang membuat kemacetan lalu lintas pada jalan yang biasa digunakan oleh karyawan tersebut misalnya, ini berarti orang lain itu membuat suatu hubungan eksternal.

Dalam kasus karyawan yang terlambat, ada kekhawatiran keterlambatan itu menular kepada yang lain sehingga sebagian orang berpikir untuk memberikan sanksi. Pertanyaannya adalah apakah keterlambatan yang dilakukan oleh orang itu salah.

Untuk mengkajinya, orang bisa melihat apakah keterlambatan itu terjadi setiap hari atau pada hari-hari tertentu. Apabila hanya pada hari tertentu, apalagi pada hanya hari itu, orang lain melihat itu sebagai hubungan eksternal. Sebaliknya, bila keterlambatan itu terjadi setiap hari, orang akan melihatnya sebagai hubungan internal.

Hal lain, misalnya banyak orang mengambil rute yang sama dan kereka terlambat. Ini seakan menjadi konsensus untuk mengatakan bahwa keterlambatan itu bukan karena internal, melainkan karena faktor eksternal yang memaksa orang-orang tersebut datang terlambat.

Akhirnya, seorang pengamat mencari konsistensi dalam tindakan seseorang. Konsistensi berarti seseorang meresponse secara sama atas tindakan atau stimulus yang berbeda.  Apakah individu melakukan hal yang sama. Datang terlambat 10 menit ke tempat kerja tidak diartikan dalam cara yang sama untuk karyawan yang merupakan kasus yang tidak biasa dan untuk karyawan yang keterlambatannya bagian dari pola rutin.

Sumber:
Robbins SP, Judge TA. 2018. Essentials of Organizational Behavior, Global Edition.  England: Pearson Education Limited

Tidak ada komentar:

Posting Komentar