Kamis, 28 Februari 2019

Tampil Otentik




"Pemimpin hebat adalah pendongeng yang hebat," kata psikolog Universitas Harvard Howard Gardner. Kenapa mendongeng atau bercerita? Ada fenomena menarik yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan. Orang tidak tertarik pada Anda, perusahaan Anda, atau produk Anda. Perusahaan atau organisasi lalu berusaha mengatasi itu dengan membangun komunikasi.

Komunikasi pada dasarnya adalah untuk membangun kesepahaman. Namun, apa jadinya bila audience menerima pesan Anda dengan skeptik, bahkan curiga. Mereka mempertanyakan motif. Mereka berusaha mengkonter dan mendebat apa yang Anda sampaikan. Dalam konteks kekacauan media seperti sekarang, fenomena itu tidak jarang terjadi.

Beberapa teori mengatakan bahwa mengkomunikasikan visi, nilai, dan strategi merek organisasi adalah cara untuk menciptakan koneksi dengan pelanggan dan menginspirasi dan membimbing karyawan. Ini semua hampir tidak mungkin dilakukan bila tanpa didukung oleh serangkaian fakta.

14 September 2001, Presiden Bush mengunjungi lokasi tragedi 9/11. Dia merangsek diantara kerumunan pekerja penyelamat yang masih berharap menemukan mayat beberapa dari hampir tiga ribu orang yang tewas ketika menara World Trade Center itu runtuh tiga hari sebelumnya.

Dia memanjati puing-puing, berdiri berkacak pinggang di atas puing-puing, berbicara dengan para pekerja, lalu dia merangkul bahu petugas pemadam kebakaran yang mengenakan helm putih, mengatakan beberapa kata harapan. 

Seseorang memberi presiden sebuah pengeras suara. Dia berdiri di atas potongan-potongan reruntuhan puing menara yang jatuh dan berbicara singkat kepada orang banyak. Apa yang dia katakan adalah sepenuh hati tetapi orang sering tidak mengingatnya. 

Yang sulit dilupakan orang adalah moment sang presiden berdiri di reruntuhan, lengannya di sekitar seorang petugas pemadam kebakaran, berbicara kepada orang banyak dengan tenang, tekad yang kuat. Moment itu diabadikan media.

Moment itu direduksi menjadi satu bingkai video dan diletakkan di halaman depan seratus surat kabar adalah ceritanya. Realitas itu, menurut Maxwell dan Dickman (2007), bagian dari elemen-elemen otentisitas argumen bahwa dia bagian dari mereka, bagian dari musibah, tragedi, dan bagian dari korban. Ini tentu saja membangun citra tentang kepedulian dan kepemimpinan.

Persuasi butuh fakta (realita?). Dalam konteks Bush, fakta yang ditampilkan adalah bahwa World Trade Center dihancurkan oleh serangan teroris. Ini disampaikan dengan jelas di setiap sudut kamera yang kemudian disebarkan tersebar secara luas, jadi berita dan pembicaraan orang di segala lapis sosial , termasuk orang awam.

Dengan merangkul petugas pemadam kebakaran, presiden telah membungkus fakta itu dalam campuran emosi yang sederhana namun sangat kuat — belas kasihan, penghormatan terhadap pengorbanan mereka yang tewas demi bantuan orang lain, tekad yang jelas bahwa pengorbanan ini tidak akan sia-sia.

Di belakang citra ini adalah saat ketika bangsa keluar dari rasa kaget kolektifnya dan memutuskan untuk melakukan sesuatu. Bagaimanapun gambar yang dilihat public yang merupakan hasil reduksi dari tindakan, lebih gampang ditangkap audience ketmbang kata-kata. Gambar lebih bermakna. Ketika itulah semuanya berubah.

Ketika bergerak melalui abad ke-21, seseorang, organisasi atau perusahaan perusahaan perlu menemukan tujuan moral mereka — sesuatu yang hidup dalam jiwa bisnis mereka, yang dapat diterjemahkan ke dalam bentuk kebaikan yang bermanfaat, baik bagi keuntungan perusahaan maupun bagi umat manusia. Keuntungan memenuhi tujuan itulah sebagai panggilan hati.

Saat ini, aturan keterlibatan (rules of engagement) bisnis berubah lagi. Sekarang, seseorang atau perusahaan tidak cukup hanya memiliki gagasan yang inovatif, layanan yang mendapat bintang, dan neraca yang kuat. Untuk mendapatkan value jangka panjang dan menangkap keterlibatan pemangku kepentingan yang sejati, seseorang atau perusahaan harus merangkul dan menunjukkan bahwa ia mempunyai tujuan yang lebih tinggi.

Sekarang seseorang atau perusahaan harus memiliki sesuatu yang intrinsik dalam DNA mereka untuk mengatasi masalah sosial yang mendesak seperti perubahan iklim, kelaparan, meningkatkan pendidikan atau peduli dan perawatan kesehatan. Perilaku otentik adalah produk sampingan dari semua kegiatan atau operasi tersebut dengan tujuan yang lebih tinggi.

Referensi
Maxwell R, Dickman R. 2007. The Elements of Persuasion: Use Storytelling to Pitch Better, Sell Faster & Win More Business. USA: Harper Business

Tidak ada komentar:

Posting Komentar