Sabtu, 02 Februari 2019

Tsunami PHK Berlanjut Bila.....





Dalam beberapa pecan terakhir beberapa kabar penutupan dan pemberhentian karyawan-karawan perusahaan ritel dan perbankan (www.cnbcindonesia.com, 17/1/19) menarik perhatian banyak pembaca. Alasan pemberhentian lesunya perusahaan mereka dan ingin membangkitkan kembali kejayaan perusahaan itu.

Masih belum ada deskripsi tentang posisi banyak karyawan yang di-PHK. Kenapa memperhatikan masalah tersebut penting? Bukan tidak mungkin bila terjadi kesalahan dalam – katakanlah – siapa atau pada posisi mana orang-orang yang diberhentikan itu berakibat lebih parah.

Dengan kata lain perusahaan terjerumus dalam pemasalahan baru semisalnya kehilangan kompetensinya karena karyawan yang menunjang kompetensi itu sudah tidak bekerja di perusahaan tersebut.    

Januari 2009, manajemen Circuit City mengumumkan bahwa mereka memilih opsi melikuidasi  perusahaan yang mempekerjakan sekitar 34.000 orang untuk mengoperasikan 567 tokonya di Amerika Serikat itu. Saat itu, Circuit City adalah pengecer produk elektronik konsumen terbesar di Amerika Serikat.

Apa yang menyebabkan kegagalan Circuit City? Implementasi strategi perusahaan yang buruk adalah faktor kunci yang menyebabkan kematian perusahaan. Circuit City memulai basnisnya pada tahun 1949, ketika Samuel S. Wurtzel membuka toko ritel Wards Company pertama di Richmond, Virginia. Sebagai pengecer televisi dan peralatan rumah tangga, pada 1959 Wards memiliki total empat toko di Richmond.

Tahun 1961, Wards menjadi perusahaan publik. Tahun 1983 mereka mencatat pendapatan sebesar $ 246 juta. Selama kurun 1969 dan 1982, Wards tumbuh dengan mengakuisisi banyak pengecer elektronik di seluruh Amerika Serikat. Pada tahun 1984, nama perusahaan diubah menjadi Circuit City dan perusahaan itu terdaftar di New York Stock Exchange.

Pertumbuhan pendapatan berlanjut hingga mencapai pendapatan sebesar $ 2 miliar pada tahun 1990. Pada 1993, Circuit City mendirikan CarMax, sebuah usaha ritel yang menjual kendaraan bekas. Setelah beberapa tantangan awal, CarMax menjadi cukup sukses.

Pada tahun 2002, Circuit City mengumumkan bahwa mereka fokus pada bisnis elektronik konsumen. Konsekuensinya, Circuit menjadikan anak perusahaan, CarMax, sebagai perusahaan publik yang terpisah. Pada akhir 2008, perusahaan menghadapi masalah serius. Mereka menutup 155 toko tutup dan memberhentikan 17 persen tenaga kerjanya.

Penutupan itu dilihat sebagai kegagalan Circuit City dalam membaca perubahan bisnis yang sebenarnya sudah mulai muncul sejak 1990-an. Circuit City berpuas diri dan tidak melihat manuver Best Buy sebagai pesaing utamanya. Alan Wurtzel, putra pendiri perusahaan dan mantan CEO Circuit City, mengakuinya dengan mengatakan bahwa Circuit City "... tidak menganggap serius ancaman dari Best Buy dan pada beberapa titik terlalu fokus pada keuntungan jangka pendek daripada dari nilai jangka panjang."

Selama 1990an, Best Buy mendirikan toko-toko yang lebih besar di lokasi-lokasi superior. Komitmen Circuit City untuk fokus pada keuntungan jangka pendek membuat para pemimpin perusahaan lengah dan tidak menyadari nilai penting dari toko-toko yang dibuka Best Buy.

Fokus jangka pendek ini mengarah pada apa yang ternyata menjadi beberapa keputusan yang sangat merusak, seperti keputusan untuk memecat ribuan veteran, karyawan bergaji tinggi, termasuk tenaga penjualan. Tenaga penjualan ini, yang mendapatkan komisi menarik karena produktivitasnya, digantikan oleh personel berpenghasilan rendah dan kurang berpengalaman.

Pimpinan Circuit City menganggap kebijakan mereka itu tidak akan berdampak pada penjualan. Mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan berdampak merusak pendapatan dan reputasi Circuit City.

Selain berkonsentrasi pada mencari cara untuk mengurangi biaya daripada menemukan cara untuk menciptakan nilai lebih bagi pelanggan, Circuit City membuat kesalahan lain saat menerapkan strateginya. Sebagai contoh, kegagalan untuk mengelola persediaannya secara efektif mengurangi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang ada pada waktu yang tepat dan untuk menjaga toko-tokonya penuh dengan produk-produk terbaru dan paling inovatif.

Layanan pelanggan yang buruk adalah kesalahan lain. Tentu saja, keputusan untuk memberhentikan karyawan bergaji tinggi (dan paling produktif) segera mengurangi kemampuan perusahaan untuk melayani pelanggan secara efektif. Sangat sulit bagi perusahaan untuk mencapai daya saing strategis dan memperoleh pengembalian modal di atas rata-rata ketika gagal mengimplementasikan strateginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar