Selasa, 12 November 2019

Bagi Steve Jobs, Menciptakan Buzz itu Penting



Bagi Steve Jobs, public relations sangatlah penting, seperti design produk. Dua hal itu yang membuat Apple seakan maju selangkah ketimbang pesaingnya. Jadi seberapa pentingkan PR bagi Apple?

Walt Mossberg dari Wall Street Journal bercerita betapa Jobs sangat membutuhkan publisitas. Beberapa hari setelah Jobs kembali sebagai CEO Apple, pada tahun 1997, Jobs menelpon Mossberg. “Pada Minggu malam, selama empat atau lima akhir pekan berturut-turut,” kata Mossberg. Telepon pada hari Minggu itu menjadi diskusi maraton, berdurasi 90 menit, luas, dan tidak direkam.

Perhatian Jobs tidak terbatas pada Wall Street Journal. Mantan penulis Gizmodo, Brian Lam Walter, juga bercerita tentang bagaimana Jobs berusaha dekat dengan media. Walter bercerita entang email pribadi dan panggilan dengan Jobs, meskipun itu berakhir setelah Gizmodo secara kontroversial membeli prototipe iPhone 4 yang hilang.

Juni 2004, Apple Inc meluncurkan produk barunya, IPhone 4. Ini adalah iPhone generasi keempat, menggantikan 3GS dan mendahului 4S. Sebelum peluncuran resminya, dua prototipnya menjadi perhatian media. Ini karena pada 27 Januari 2010, situs web gadget Engadget menyiarkan  gambar dua iPhone 4 yang sebenarnya belum dirilis.

Sejak itu, iPhone menjadi pembicaraan. Pada 19 April 2010, situs web gadget Gizmodo melaporkan bahwa mereka telah membeli prototipe iPhone itu seharga $ 5.000 dari seseorang. Prototipe ini dilaporkan hilang oleh seorang karyawan Apple, Grey Powell, di Redwood City, California.

Tidak lama setelah Gizmodo menerbitkan informasi terperinci tentang prototipe, rekanan hukum Apple secara resmi meminta telepon untuk dikembalikan ke Apple, dan Gizmodo merespons dengan maksud untuk bekerja sama.

Masih banyak cerita tentang bagaimana Jobs melihat pentingnya PR dan publisitas.  Akhir tahun 1970-an, Steve Jobs menerima investasi besar pertamanya untuk perusahaan Apple. Investasi itu datang dari Mark Markkula senilai $ 250.000. Uang itu dimaksudkan untuk pengembangan produk Apple II yang baru, produk Apple besar pertama yang benar-benar menggoyang pasar komupter saat itu.

Ketika Jobs menerima uang itu, sebelum ia mulai berinvestasi dalam perangkat keras baru, Job membutuhkan bantuan dari profesional PR terbaik di Silicon Valley, Regis McKenna. Jobs tahu sebelum dia bisa fokus membangun produk yang diluncurkan perusahaannya, dia perlu merencanakan kampanye public relations.

Dengan profesional PR tersebut, Jobs ingin fokus pada beberapa hal yang akan membantu membedakan merek Apple dengan merek lain sebelum produk utamanya memasuki pasar. Salah satu hal pertama yang dilakukan adalah wawancara eksklusif dengan jurnalis dan menciptakan kesadaran merek. Kekuatan wawancara eksklusif itu yang akhirnya membantu Jobs membangun merek di masa-masa awal Apple.

Intinya, bagi Jobs, menciptakan Buzz itu penting. Dalam trailer film Steve Jobs, penggemar dapat melihat gambar kerumunan penggemar Apple yang menginjak-injak kaki dan bersorak. Mereka bersemangat dan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat mereka menunggu Jobs berjalan ke panggung dan memperkenalkan produk terbarunya. Ini adalah gambaran yang banyak orang temukan dan identik dengan nama Steve Jobs. Gebrakan kegembiraan ini adalah sesuatu yang sangat dihargai oleh Jobs.

Jobs selalu berusaha menciptakan kegilaan dan kegembiraan di seputar peluncuran produk dan konferensi pers. Ini adalah sesuatu yang selalu dia lakukan. Banyak yang menyebut Jobs identik dengan  produk yang diluncurkan. Orang tak peduli dengan berapa banyak produk yang diluncurkan. Orang selalu saja mendapatkan kegembiraan dan Jobs selalu mendapat perhatian publik dan media setiap kali sesuatu yang baru dia perkenalkan ke pasar.

Shopee Dan E-Commerce Sumbang Kenaikan Belanja Iklan TV Sampai Kuartal III-2019



 Pesta Diskon 11.11 (11 November) telah menjadi salah satu agenda rutin untuk industri ritel dan platform perdagangan yang berbasis elektronik (e-commerce) sejumlah negara di dunia, seperti Tiongkok, Taiwan dan Singapura. Agenda yang juga kerap dikenal dengan nama Singles Day ini turut menjadi agenda tahunan para pebisnis e-commerce di Indonesia sejak tiga-empat tahun terakhir. 

Mereka saling berlomba memberikan penawaran harga dan layanan terbaik kepada konsumen juga berupaya maksimal untuk menarik perhatian masyarakat untuk berbelanja secara masif lewat transaksi daring (online).

Aktivitas industri e-commerce Indonesia saat ini memang masih terus menunjukkan tren positif di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi nasional yang masih stabil di kisaran angka 5% dan tren perlambatan ekonomi global disertai peringatan resesi. Aktivitas positif para pelaku e-commerce ini bisa tercemin, salah satunya dari keberanian dalam mengeluarkan belanja iklan dan promosi termasuk pada agenda Pesta Diskon 11.11.

Hasil monitoring riset iklan tv Adstensity menunjukkan belanja iklan tv industri e-commerce pada Januari-September 2019 mengalami kenaikan belanja iklan yang mencapai Rp 3,96 triliun, atau meningkat 11,54% year on year (yoy) dibandingkan Januari-September 2018 yang mencapai Rp 3,55 triliun. Dari sisi jumlah iklan, periode Januari–September 2019 tercatat mencapai 111.480 iklan, atau naik 3,76% pada periode yang sama tahun 2018 yang mencapai 107.443 iklan. 

Hal ini menjadi catatan positif tersendiri, mengingat tahun ini relatif sepi agenda besar nasional (diluar Pemilu 2019) apabila dibandingkan tahun lalu dengan agenda Pilkada Serentak 2018, Asian Games 2018, Asian Para Games 2018 dan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018.

Sementara itu, kondisi berbeda terjadi pada sektor ritel. Belanja Iklan Televisi Sektor Ritel menurun agak drastis, yakni sebesar 35,94% dibandingkan Januari sampai September tahun 2018. Hasil monitoring Adstensity menunjukan bahwa pada periode Januari – September tahun 2019 total belanja iklan industri ritel mencapai Rp 286,16 miliar, atau turun sebesar 35,94% year on year (yoy) dibandingkan dengan Januari-September tahun 2018 yang mencapai Rp 446,69 miliar. 

Sedangkan, jumlah iklan selama Januari-September 2019 terdapat 9.399 iklan, atau turun 32,77% dari periode yang sama tahun tahun 2018 yang mencapai 13.981 iklan.

Penurunan belanja iklan sektor ritel ini menunjukkan bahwa pebisnis ritel masih selektif dan hati-hati dalam mengeluarkan belanja iklannya dan masih mencermati momentum untuk mengeluarkan belanja khusus iklan. Relatif sepinya agenda nasional tahun ini (diluar Pemilu) juga patut ditengarai membuat pengusaha lebih irit dalam mengeluarkan belanja iklan.

10 Besar Merek Iklan Belanja Terbanyak

            Shopee menjadi brand e-commerce yang paling besar mengeluarkan belanja iklan televisi selama periode Januari-September tahun 2019, yaitu sebesar Rp 776,96 miliar. Posisi kedua terdapat Blibli.com dengan belanja iklan Rp 527,68 miliar. Traveloka berada di posisi ketiga dengan belanja iklan sebesar Rp 406,47 miliar. Posisi keempat Misteraladin.com dengan belanja iklan Rp 388,07 miliar. 

Posisi kelima, Tokopedia dengan belanja iklan Rp 268,34 miliar. Peringkat keenam ditempati oleh Lazada dengan belanja iklan Rp 220,21 miliar. Peringkat ketujuh, Tiket.com dengan belanja Rp 208,61 miliar. Selanjutnya, The F Thing dengan belanja Rp 175,79 miliar pada peringkat kedelapan. Di posisi kesembilan, Sorabel berbelanja Rp 162,65 miliar. Posisi kesepuluh, Bukalapak mengeluarkan belanja Rp 155,77 miliar.

Untuk Sektor Ritel, brand terbanyak mengeluarkan belanja iklan televisi selama periode Januari-September 2019 adalah Ikea Alam Sutera dengan belanja mencapai Rp 87,90 miliar. Posisi kedua terdapat Transmart dengan belanja iklan Rp 82,20 miliar. Matahari berada di posisi ketiga dengan belanja iklan sebesar Rp 61,89 miliar. Posisi keempat, Depo Bangunan dengan belanja iklan Rp 14,46 miliar

Lalu, posisi kelima ada Ramayana dengan belanja iklan Rp 6,37 miliar. Pada posisi keenam dan ketujuh, Planet Ban dan Giant sama-sama mengeluarkan belanja iklan Rp 5,44 miliar. Posisi kedelapan, Trans Park Mall mengeluarkan belanja Rp 4,27 miliar. Selanjutnya, posisi kesembilan ditempati oleh Celebrity Fitness dengan belanja iklan sebesar Rp 4,24 miliar. Lalu, posisi kesepuluh ada Alfamidi dengan belanja iklan sebesar Rp 3,81 miliar.