Minggu, 08 Maret 2020

Model Kepemimpinan di Organisasi Non- Pemerintah pada Era Revolusi Industri 4.0



Perkembangan teknologi dan masyarakat menuntut perubahan karakteristik kepemimpinan lembaga atau organisasi non-pemerintah. Perubahan apa yang mempengaruhi kepemimpinan dan kepemimpinan seperti apa yang dibutuhkan pada era industri 4.0 ini?





Akhmad Edhy Aruman, dosen STIKOM LSPR Jakarta.


Makalah pada SEMINAR UMUM FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN UNIVERSITAS PERTAHANAN: Model  Kepemimpin  pada  Era  Revolusi Industri 4.0”

Universitas Pertahanan, Kawasan IPSC Sentul Sukahati Citereup Bogor 16730, 21 Februari 2019



Lembaga swadaya masyarakat (LSM) merupakan salah satu bentuk organisasi non-profit yang tidak bergantung pada pemerintah dan sektor bisnis. Organisasi ini lebih mementingkan untuk mempromosikan dan melayani kepentingan publik daripada untuk mendapatkan keuntungan atau memajukan kepentingan sekelompok individu yang sempit.

Kemandirian organisasi seperti ini memungkinkan untuk memantau kinerja pemerintah dan mengadvokasi perbaikan. Karena itu, LSM yang memiliki reputasi yang baik dan disegani oleh semua pihak akan dapat membantu memediasi konflik atau menemukan solusi untuk masalah kemasyarakatan.

Hal ini disebabkan oleh kemandirian LSM dari pemerintah, partai politik dan lembaga keagamaan, sehingga memungkinkan LSM tersebut lebih mudah dalam memobilisasi relawan dan sumber daya lainnya untuk mencapai visi yang telah ditentukan.

Dalam perkembangan LSM, terdapat dua hal penting yang sangat berpengaruh, yaitu sistem manajemen dan kepemimpinan yang diterapkan pada organisasi tersebut. Dalam konteks ini, manajemen membahas tentang sebuah struktur yang berfungsi untuk mengatasi kompleksitas yang terjadi di dalam suatu masyarakat.

Sistem manajemen yang baik akan membawa ketertiban dan konsistensi pada dimensi utama seperti kualitas dan profitabilitas produk. Kondisi ini terjadi karena manajemen yang baik akan senantiasa membuat sistem dan teknologi berfungsi dengan baik pula.

Sedangkan kepemimpinan (leadership) membahas tentang cara menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan. Semakin banyak perubahan yangterjadi, maka akan semakin menuntut lebih banyak perubahan dalam cara pandang kepemimpinan.

Kepemimpinan inilah yang kemudian akan menciptakan suatu sistem dan mengubahnya dengan cara memanfaatkan peluang dan menghindari bahaya. Dalam suatu organisasi non-profit, kepemimpinan merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh beberapa orang tertentu. 

Kemampuan ini dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, mendorong, memotivasi, atau memimpin mereka untuk bertindak dengan cara tertentu yang disepakati. Kepemimpinan ini sangat berkontribusi besar dalam mencapai tujuan suatu organisasi.

Hingga saat ini, industri di dunia telah berkembang sedemikian rupa. Diawali dengan Era Revolusi Industri 1.0 yang ditandai dengan pengenalan alat-alat mekanik dalam fasilitas produksi, salah satunya adalah kemunculan mesin tenun pertama pada tahun Perkembangan ini terus berlanjut hingga Era Revolusi Industri 2.0 yang ditandai dengan pembangian pekerja dan jumlah produksi dengan bantuan energi listrik.

Selanjutnya, Era Revolusi Industri 3.0 yang ditandai dengan pengunaan alat-alat elektronik dan sistem informasi dan telekomunikasi yang lebih mempermudah pekerjaan. Kini dunia sedang dihadapkan pada Era Revolusi Industri 4.0 yang menggunakan sistem siber.

Seiring dengan perkembangan dunia industri, konsep tentang kepemimpinan pun mengalami perkembangan yang hampir sama. Sebelum tahun an, kepemimpinan hanya dipandang sebagai masalah politik, agama dan militer. Namun setelah memasuki awal tahun 1900-an, kepemimpinan mulai dikenal sebagai sebuah sistem yang diperlukan dalam suatu organisasi.

Era ini berlangsung sejak tahun 1900 hingga tahun 1980. Era ini ditandai oleh, pertama, adanya pergeseran teknologi yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pada tahun 1901, Marconi mengirimkan   pesan radio trans-Atlantik pertama; 2) Pada tahun 1903, Wright bersaudara melakukan penerbangan bertenaga pertama; dan 3) Pada tahun 1908, Henry Ford mulai memproduksi Model T secara massal.

Kedua, kemajuan dalam komunikasi, travel, dan otomatisasi. Ketiga, cara baru pengorganisasian dan kepemimpinan. Keempat, organisasi menjadi semakin besar. Kelima, perhatian utama para pemimpin mereka adalah sistem dan operasi produksi yang efisien. 

Keenam, memenuhi permintaan produk dan  layanan yang terus meningkat. Ketujuh, organisasi cenderung sangat terstruktur dan pyramidal. Kedelapan, karyawan biasanya loyal terhadap organisasi, dan kesepuluh, ketertiban, kepastian, dan keteguhan adalah semboyan hari itu.

Sedangkan Era Leadership 2.0 dimulai pada awal tahun 1980 hingga tahun Era ini ditandai dengan adanya: persaingan internasional yang ketat, terutama dari Jepang, yang mendorong pergeseran ke arah kualitas. 

Pada era ini, perhatian utama para pemimpin adalah untuk menciptakan produk dan layanan di atas rata- rata, menghasilkan produk atau layanan terbaik, paling murah, paling cepat, terkuat atau paling menarik. Limbah, cacat, keterlambatan, dan ketidakefisienan ditargetkan untuk dieliminasi seefisien mungkin.

Organisasi juga berkembang menjadi sangat matriks. Sebagian besar karyawan memiliki manual untuk meningkatkan proses dalam pekerjaan mereka. Perampingan tak terelakkan sehingga terjadi banyak pemutusan hubungan kerja. Pada era ini, pergeseran hubungan pekerja-majikan juga berlangsung.

Selanjutnya, Era Leadership 3.0 dimulai sejak tahun 2000 hingga sekarang. Era ini ditandai dengan berkembangnya alat untuk meningkatan produktivitas, seperti: internet, dan media sosial. 

Akses ke informasi dan jaringan, penetrasi pekerjaan ke dalam kehidupan pribadi. Peluang yang diciptakan dari perkembangan teknologi semakin berlimpah. Demikian pula dengan ancamannya.

Perhatian utama para pemimpin saat ini adalah bagaimana untuk memanfaatkan perubahan besar dalam teknologi, kemampuan koneksi, dan perdagangan. Organisasi menjadi lebih cair dan menelurkan tim ad hoc untuk mengejar peluang yang muncul.

Terakhir, Era Leadership 4.0 dimulai dari saat ini hingga beberapa tahun ke depan di masa depan. Era ini ditandai dengan adanya akuisisi dan pengembangan talenta akan menjadi keunggulan kompetitif paling tinggi. Konsekuensi dari perkembangan ini para pemimpin perlu mengandalkan talenta agar mampu bersaing. 

Dalam hal ini nilai kreativitas dan inovasi akan meningkatkan kesenjangan produktivitas. Karena itu,  pemimpin yang berkinerja tinggi diharapkan dapat 10 kali lebih produktif daripada pekerja yang lainnya.

Komunikasi juga tidak lagi dipandang sebagai kompetensi tetapi menjadi identik dengan kepemimpinan. Karena itu, peran pemimpin adalah memberikan makna dan tujuan agar membuat orang berpikir secara berbeda dan bertindak bersama. Inovasi juga berkembang menjadi bisnis semua orang.

Dalam situasi seperti ini, setiap orang perlu menghasilkan produk atau sesuatu yang baru, meningkatkan layanan, mengidentifikasi aliran pendapatan yang tidak konvensional, dan membawa bakat kreatif mereka untuk bekerja.

Seorang pemimpin juga dituntut selalu memimpin perubahan sehingga perubahan dan adaptasi terhadap perubahan itu menjadi pekerjaan sehari-hari. Perubahan akan menjadi kondisi operasi yang terus menerus atau konstan, dan tugas para pemimpin adalah menciptakan jalur, berbagi keahlian, dan melatih orang lain agar siap menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan.

Tren mikro menciptakan ancaman dan peluang di industri atau sektor tertentu. Tren mikro tersebut mempengaruhi banyak hal khususnya pemasok, pesaing, pengganti, mitra, dan pelanggan utama atau pelanggan potensial saat ini. Hal ini terjadi karena perubahan paradigma masa depan yang berbeda dari masa lalu.

Keberhasilan model bisnis peer-to-peer dan "economy sharing" yang inovatif sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya, hukum, sosial dan teknologi tempat mereka beroperasi. Inovasi seperti streaming video atau kencan online yang sebenarnya cukup tua dan hanya berhasil ketika kondisi sosial ekonomi yang tepat muncul, menjadi semakin berkembang menyesuiakan dirinya dengan tuntutan dan kebutuhan publik.

Perkembangan di era revolusi industri ini terus berkembang hingga diperkirakan akan mencapai era Revolusi Industri 5.0 yang dikenal sebagai super smart society. Prosesnya memang cukup panjang. Perkembangan ini dimulai dari masyarakat berburu, masyarakat agraris, masyarakat industri, dan masyarakat informasi.

Masyarakat baru hasil transformasi yang diakibatkan oleh inovasi ilmu dan teknologi inilah yang kemudian menjadi super smart society yang dicirikan: (1) Kebutuhan masyarakat dibedakan dan dipenuhi. (2) Produk dan layanan dideliver untuk orang-orang yang membutuhkannya dan saat mereka membutuhkannya. (3) Produk dan layanan yang diperlukan dideliver dalam jumlah yang diperlukan.

Peruabahn itu menuntut organisasi untuk melakukan transformasi. Sasaran transformasi tersebut adalah agar orang dapat menerima layanan berkualitas tinggi dan menjalani kehidupan yang nyaman dan penuh semangat, meski memiliki perbedaan seperti usia, jenis kelamin, wilayah, atau bahasa.


Berikut adalah tujuh karakteristik leadership 4.0 yang akan membedakan pemimpin yang sukses dengan pemimpin yang lain. Seorang pemimpin harus mempunyai responsibility, berorientasi pada outcome atau hasil, mendistribusikan informasi dan pengetahuan serta keahliannya, objektif dan membuka peluang bagi public untuk mengkoreksi bila salah, dan terinnovasi untuk terus menciptakan dan beradaptasi dengan perubahan itu. 

Sedangkan dalam organisasi non-pemerintahan sedang dibutuhkan sosok pemimpin yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Paternalistic; 2) Activist; 3) Managerialist; 4) Catalytic.

Hal ini sangat penting untuk diperhatikan sebagai upaya untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang berupa gangguan teknologi dan persaingan lintas batas negara yang keberlanjutan dan mempengaruhi perusahaan di semua sektor dan industri, serta untuk menciptakan tantangan kompetitif dan sosial baru.

Harus diakui bahwa pada era itu, industri dan sektor juga terganggu oleh peraturan baru, kebutuhan pelanggan baru dan teknologi baru yang memaksa perusahaan mempertimbangkan kembali keberlanjutan aset dan kegiatan dari model bisnis baru.

Perusahaan kecil dan besar lintas sektor – termasuk juga organisasi non-pemerintah -- harus menempatkan inovasi antara prioritas strategis jika tidak ingin menderita nasib seperti dinosaurus. Dalam kaitan tersebut, mengembangkan kemampuan manajemen inovasi untuk mengidentifikasi, memilih dan menangkap peluang inovasi yang tepat, sejalan dengan ekosistem dan strategi perusahaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar