Sabtu, 25 Desember 2021

PR 5.0 - Public Relations Metaverse


Merek-merek seperti Meta (sebelumnya Facebook), Gucci, Warner Bros., dan lainnya memperluas jangkauan fisik mereka ke dalam pengalaman virtual. Bagaimana public relations memanfaatkan peluang itu?

Apapun situasinya, praktisi public relations membutuhkan informasi tentang isu-isu publik dan berita yang relevan dengan klien mereka dan/atau industri masing-masing. Karenanya, sangat penting bagi profesional PR untuk membaca, berpengetahuan luas, dan tetap memahami pasar yang ingin dijangkau merek mereka.

Sampai awal 2000an, surat kabar dan publikasi cetak lainnya menjadi sumber informasi yang sangat baik. Namun, karena karakteristik medianya yang cuma bisa menginformasikan (satu arah), praktisi public relations (PR) tidak mengetahui situasi di baliknya semisal percakapan yang terjadi di Internet tentang merek Anda dan pesaing mereka. Mereka tidak mengetahui apakah merek mereka dirasani positif atau negatif. Tahapan ini dikenal sebagai era PR 1.0.

Mereka membutuhkan sesuatu yang bisa memperluas pikiran – seperti keinginan untuk mencoba strategi baru untuk memperoleh informasi berharga, membangun hubungan, dan berinteraksi dengan cara yang tidak biasa. Ketika internet dan sosial media masuk ke jagad media, PR tidak menyiakannya dan PR masuk ke era baru PR 2.0

Public relations 2.0 adalah gelombang baru hubungan masyarakat yang menggunakan elemen media sosial seperti blogging, pemasaran viral, jejaring sosial, dan optimisasi mesin pencari untuk menyampaikan kata-kata Anda dengan cara yang bermakna ke konsumen.

Kemudian, tahun  2005an, PR masuk ke era ketiga. Ini terjadi ketika berkembang fasilitas unik  menavigasi lingkungan yang membuat perusahaan dan merek semakin tidak memiliki kendali. Pada era 3.0, media, terutama televisi dan radio menjadi digital. Sebagai dampaknya, tidak ada lagi frekuensi yang menghambat sehingga pertumbuhan media akan meningkat pesat. Dalam konteks PR, public yang harus ditangani semakin banyak dan beragam public.  

Ketika masuk era industri 4.0 yang berbasis artificial intelligent (AI) dan era big data, teknologi robot, dan serba internet dan sosial media, PR bertransformasi dan berkembang PR 4. Praktisi PR bisa membuat rilis, mencari bahan dan sebagainya dengan bantuan robot misalnya.

Lanskap media sosial berubah total dan muncul pemain baru seperti blogger, pembuat konten (content creator), conten marketing, influencer digital, dan sebagainya secara akurat menunjukkan perubahan ini. Intinya adalah semuanya tentang menciptakan hubungan antara audiens dan perusahaan, dan menjaganya tetap hidup.

Paradigma PR pun berubah dengan berfokus pada gagasan 'keterlibatan' dan 'membangun hubungan' dengan pemangku kepentingan melalui konten, bukan pada informasi itu sendiri. Persuasi yang dibicarakan Bernays di abad ke-20 sekarang diukur dalam kaitannya dengan hubungan dengan organisasi daripada kekuatan informasi.

Kini, apalagi saat pandemic -- publik menggunakan media sosial, zoom, bermain video game, mengirim iMessage, dan menggunakan alat lain untuk terhubung dengan orang lain. Pada akhirnya, ini menciptakan komunitas.

Ruang pertemuan berubah total. Aplikasi yang memfasilitas pertemuan virtual makin banyak dan beragam. Ada obrolan VR, makin banyak perusahaan yang menggunakan Slack atau Monday.com untuk menjaga agar karyawan mereka tetap termotivasi, dan bahkan pengguna Clubhouse membuat grup mereka sendiri. Setiap orang telah mengalami bagian dari metaverse karena merupakan penggabungan dari berbagai bentuk teknologi menjadi satu.

Metaverse dapat didefinisikan sebagai ruang virtual real time multi-pengguna di mana individu di seluruh dunia dapat terhubung melalui jaringan, hidup berdampingan, bersosialisasi, dan bertukar nilai. Apa yang membedakan Metaverse dengan pengalaman multipemain tradisional? Alih-alih layar dua dimensi yang sederhana, metaverse membantu membawa opsi kolaboratif tersebut ke tingkatan berikutnya dengan membawa pengguna ke lingkungan 3D.

Merek seperti Meta (sebelumnya Facebook), Gucci, Warner Bros., dan lainnya telah memperluas jangkauan fisik mereka ke dalam pengalaman virtual dengan menggunakan NFT, game—atau bahkan ketika mereka melakukan rebranding.

Meski demikian, fondasi inti PR tidak berubah. PR harus memahami psikografis, demografi, dan geografis dari audiens target yang ingin dijangkau klien. Dengan semakin banyaknya merek dan pengguna internet yang mulai memasuki dunia maya, para profesional PR memiliki lebih banyak data tentang tipe konsumen yang tertarik dengan produk atau layanan klien mereka.

Apa saja strategi yang dapat dimanfaatkan oleh para profesional PR dengan munculnya metaverse? (BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar