tag:blogger.com,1999:blog-16341933542241280312024-03-05T12:00:21.672-08:00EDHY ARUMAN - MARKETING UNTUK SEMUAEdhy Aruman - Wartawan Utama (2868-PWI/WU/DP/VI/2012...), pernah menjadi redaktur di majalah SWA. Aruman pernah meniti karier kewartawanan di harian Jawa Pos, Berita Buana, majalah Prospek, Harian Republika dan editor eksekutif di Liputan 6 SCTV, sebelum pindah ke SWA (http://www.detik.com/berita/199902/990212-1319.html). Lulus S3 Komunikasi IPB, Redaktur Senior Majalah MIX, dosen LSPR Jakarta, dosen PR FISIP UI (2015-2022), dan salah satu ketua BPP Perhumas periode 2011-2014.edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.comBlogger750125tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-67300013767424276072024-02-25T15:58:00.000-08:002024-02-25T15:58:45.711-08:00GOOGLE SCHOLAR’S RANKING ALGORITHM<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRTK-AlpPb4jJEseeDk-RZ2dRVvzrbhYM-mur0KTXSkGyExxS2C8PmxhPa2vViu_bQRYJSTMdNX2Hhqh2u1IdwRj8s_R7D4rg8ymJKRWoo4pBDj8e1x5Ix-cXAf6o-1LCSzMWkDv9QIGTwffNdHmq40Sk28jyfxPvKgif40mMUpefv6f2ItoPLzKlvvyAY/s866/GOOGLE%20SCHOLAR%E2%80%99S%20RANKING%20ALGORITHM.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="650" data-original-width="866" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRTK-AlpPb4jJEseeDk-RZ2dRVvzrbhYM-mur0KTXSkGyExxS2C8PmxhPa2vViu_bQRYJSTMdNX2Hhqh2u1IdwRj8s_R7D4rg8ymJKRWoo4pBDj8e1x5Ix-cXAf6o-1LCSzMWkDv9QIGTwffNdHmq40Sk28jyfxPvKgif40mMUpefv6f2ItoPLzKlvvyAY/s320/GOOGLE%20SCHOLAR%E2%80%99S%20RANKING%20ALGORITHM.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Dalam lanskap akademik yang semakin
digital, Google Scholar muncul sebagai penjaga gerbang yang penting untuk
penyebaran penelitian ilmiah. Dengan mengadopsi algoritma peringkat yang
canggih, Google Scholar tidak hanya menentukan artikel mana yang muncul di
permukaan tetapi juga bagaimana penemuan ilmiah dibagikan dan diterima oleh
komunitas global. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Melalui kaca pembesar algoritma ini,
artikel dengan relevansi tinggi, jumlah sitasi yang substansial, dan pengakuan
akademik mendapatkan sorotan, memberikan dorongan bagi peneliti untuk tidak
hanya menghasilkan karya berkualitas tetapi juga untuk memahami dinamika di
balik visibilitas digital mereka. </span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Ini bukan hanya tentang menciptakan
penelitian yang menarik tetapi juga tentang memanfaatkan teknologi untuk
memastikan bahwa penelitian tersebut menjangkau audiens yang tepat. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Namun, muncul pertanyaan kritis: apakah
upaya untuk memaksimalkan peringkat dalam mesin pencari akademik ini mendorong
inovasi atau hanya mendorong penyesuaian strategis yang mungkin mengaburkan
esensi sejati dari penemuan ilmiah? Di sinilah perdebatan tentang Academic
Search Engine Optimization (ASEO) menjadi relevan, memicu diskusi tentang
keseimbangan antara optimasi dan integritas akademik.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Apa Itu Google Scholar’s Ranking
Algorithm<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Dalam era digital saat ini, keberadaan dan
aksesibilitas artikel ilmiah di dunia maya menjadi kunci untuk menjangkau
audiens yang lebih luas dan memaksimalkan dampak penelitian. Algoritma
peringkat Google Scholar berperan vital dalam proses ini, menentukan bagaimana
dan seberapa mudah artikel dapat ditemukan oleh para peneliti dan akademisi
yang mencari literatur terkait. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
algoritma ini—mulai dari relevansi, jumlah sitasi, hingga nama penulis dan
publikasi—bukan hanya strategi untuk meningkatkan visibilitas karya ilmiah,
tetapi juga sarana untuk mengoptimalkan kontribusi penelitian terhadap
komunitas ilmiah global. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Algoritma peringkat Google Scholar adalah
sistem yang digunakan oleh Google Scholar untuk menentukan urutan dan relevansi
artikel ilmiah dalam hasil pencarian, berdasarkan faktor-faktor seperti
relevansi teks, jumlah sitasi, kebaruan, dan otoritas penulis atau publikasi.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Dengan menelisik lebih dalam ke dalam
mekanisme Google Scholar, peneliti dapat mengarahkan upaya mereka agar sesuai
dengan kriteria-kriteria yang dihargai oleh mesin pencari akademik ini, membuka
peluang lebih besar bagi penemuan dan dialog ilmiah yang berkelanjutan.</span><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Algoritma peringkat
Google Scholar menggabungkan beberapa faktor menjadi satu formula peringkat.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi peringkat suatu dokumen adalah relevansi,
jumlah sitasi, nama penulis, dan nama publikasi. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Google Scholar sangat
memfokuskan pada judul dokumen. Dokumen yang mengandung istilah pencarian dalam
judulnya cenderung ditempatkan di posisi teratas dalam daftar hasil pencarian. </p><p class="MsoNormal">Google Scholar juga tampaknya mempertimbangkan panjang judul: dalam pencarian
untuk istilah 'SEO', dokumen dengan judul 'SEO: An Overview' akan diberi
peringkat lebih tinggi daripada dokumen dengan judul 'Search Engine
Optimization (SEO): A Literature Survey of the Current State of the Art'. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Meskipun Google
Scholar mengindeks seluruh dokumen, jumlah total istilah pencarian dalam
dokumen memiliki sedikit atau tidak ada pengaruh pada peringkatnya. Jumlah
sitasi memainkan peran penting dalam algoritma peringkat Google Scholar. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Secara rata-rata,
artikel di posisi teratas memiliki jumlah sitasi yang jauh lebih banyak
dibandingkan dengan artikel di posisi terendah. Hal ini berarti, untuk
mendapatkan peringkat yang baik di Google Scholar, banyak sitasi sangat
penting. Google Scholar tampaknya tidak membedakan antara sitasi mandiri dan
sitasi dari pihak ketiga.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Jika kueri pencarian
mencakup nama penulis atau nama publikasi, dokumen yang memuat salah satunya
kemungkinan akan diberi peringkat tinggi. Misalnya, sebagian besar dari 100
hasil teratas pencarian untuk 'arteriosclerosis and thrombosis cure' adalah
artikel tentang berbagai topik medis dari jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis,
and Vascular Biology, banyak di antaranya tidak menyertakan istilah pencarian
baik dalam judul maupun teks penuhnya. Selain itu, pencarian standar Google
Scholar tidak mempertimbangkan tanggal publikasi artikel. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Namun, Google Scholar
menawarkan fungsi pencarian khusus untuk 'artikel terbaru', yang membatasi
hasil pada artikel yang diterbitkan dalam lima tahun terakhir. Google Scholar
juga mengklaim mempertimbangkan reputasi publikasi dan penulis, namun tidak ada
data yang cukup untuk meneliti pengaruh faktor-faktor ini, sehingga tidak
dibahas dalam konteks ini.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Google Scholar
dijelaskan sebagai 'mesin pencari berbasis undangan': hanya artikel dari sumber
terpercaya dan artikel yang 'diundang' (disitasi) oleh artikel yang sudah
terindeks yang dimasukkan ke dalam database. 'Sumber terpercaya', dalam hal
ini, adalah penerbit yang bekerja sama langsung dengan Google Scholar, serta
penerbit dan webmaster yang telah meminta Google Scholar untuk merayapi
database dan situs web mereka. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Setelah artikel
dimasukkan ke dalam database Google Scholar, Google Scholar mencari file PDF
yang sesuai di web, bahkan jika penerbit terpercaya sudah menyediakan teks
lengkap. Tidak ada bedanya di situs mana PDF dipublikasikan; misalnya, Google
Scholar telah mengindeks file PDF artikel dari situs penerbit, situs
universitas, halaman rumah pribadi, dan SciPlore.org. PDF yang ditemukan di web
ditautkan langsung di halaman hasil Google Scholar, selain tautan ke teks
lengkap penerbit. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Jika ada beberapa file
PDF dari sebuah artikel, Google Scholar mengelompokkannya untuk meningkatkan
peringkat artikel. Misalnya, jika versi prapublikasi dari sebuah artikel
tersedia di halaman web penulis dan versi final tersedia di situs penerbit,
Google mengindeks keduanya sebagai satu versi. Jika kedua versi berisi
kata-kata yang berbeda, Google Scholar mengasosiasikan semua kata yang
terkandung dengan artikel tersebut.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><b>BAHAN DISKUSI</b><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Optimasi mesin pencari
akademik (ASEO) sering kali menimbulkan perdebatan dalam lingkup akademis.
Beberapa menganggapnya sebagai strategi untuk memperluas jangkauan dan
keterbacaan penelitian, sementara lainnya melihatnya sebagai potensi ancaman
terhadap integritas ilmiah. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Kritik utama terhadap
ASEO berasal dari kekhawatiran bahwa praktik ini mendorong penulis untuk
menyesuaikan karya ilmiah mereka berdasarkan algoritma mesin pencari daripada
berfokus pada kualitas dan dampak teknis penelitian itu sendiri.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Sikap skeptis terhadap
ASEO mencerminkan ketegangan antara kebutuhan untuk meningkatkan visibilitas
penelitian dan risiko manipulasi sistematis yang dapat merusak kepercayaan pada
proses penelitian ilmiah. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Meskipun penolakan
terhadap ASEO mungkin didorong oleh keinginan untuk menjaga standar akademik,
ada juga argumen bahwa mengabaikan praktik SEO dalam konteks akademik dapat
membatasi penyebaran pengetahuan. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Dalam era digital saat
ini, di mana akses informasi sangat didominasi oleh mesin pencari,
mengoptimalkan karya ilmiah untuk pencarian akademik bisa menjadi langkah
penting untuk memastikan penelitian dapat diakses oleh audiens yang lebih luas.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Namun, tantangan utama
adalah menemukan keseimbangan antara optimisasi dan integritas akademik.
Bagaimana masyarakat akademik dapat memastikan bahwa peneliti tetap
memprioritaskan kualitas dan orisinalitas penelitian sambil juga memanfaatkan
alat digital untuk meningkatkan visibilitas karya mereka? </p><p class="MsoNormal">Solusinya terletak pada pengembangan pedoman ASEO yang tidak hanya fokus pada teknik
optimasi, tetapi juga pada penguatan standar etika dalam publikasi ilmiah.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Selain itu, mesin
pencari akademik perlu terus menyempurnakan algoritma mereka untuk membedakan
antara optimasi yang sah dan manipulasi yang tidak etis. Dengan demikian, akan
tercipta lingkungan di mana penelitian berkualitas tinggi secara alami mendapatkan
peringkat dan visibilitas yang layak tanpa perlu berlebihan mengandalkan taktik
SEO.<o:p></o:p></p><p>
</p><p class="MsoNormal">Dalam konteks ini,
dialog terbuka dan kolaborasi antara komunitas akademik dan pengembang mesin
pencari akademik menjadi kunci. Dengan memahami kebutuhan dan batasan
masing-masing pihak, mungkin untuk merumuskan praktik ASEO yang mendukung
diseminasi pengetahuan tanpa mengorbankan integritas ilmiah.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-34604360865978234532024-02-25T15:16:00.000-08:002024-02-25T15:16:55.491-08:00ACADEMIC SEARCH ENGINE OPTIMIZATION <p><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 11pt;"><i>Di
dunia akademik, kepentingan utama seseorang menulis artikel adalah dibaca dan
dipelajari orang lain. Namun demiian, seperti yang digagas dalam perilaku
(konsumen), sebelum dibaca orang harus mengetahui bahwa artikel itu ada.
Pertanyaannya, bagaimana supaya orang tahu bahwa artikel itu ada?</i></span></p><p><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 11pt;"><i><br /></i></span></p><p><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 11pt;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjg-dPDwR0hNQxXKwY692F3akqsxyG8NzuLYPO9_AeWA6P0dpANMk_GABrFA4jZN2AHuDuF1kQVJtjzZhgB3E3HW2ReqUQAZx4CPhSN6eCWEAERAAwmelmfmdO7VagdBMuyNA7XNRr81W5U2hS7fR3t81D-KJv8sKYHfXxhbhrNIM3aQJnNZJyc_NR3GMP/s2000/ACADEMIC%20SEARCH%20ENGINE%20OPTIMIZATION.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1000" data-original-width="2000" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjg-dPDwR0hNQxXKwY692F3akqsxyG8NzuLYPO9_AeWA6P0dpANMk_GABrFA4jZN2AHuDuF1kQVJtjzZhgB3E3HW2ReqUQAZx4CPhSN6eCWEAERAAwmelmfmdO7VagdBMuyNA7XNRr81W5U2hS7fR3t81D-KJv8sKYHfXxhbhrNIM3aQJnNZJyc_NR3GMP/s320/ACADEMIC%20SEARCH%20ENGINE%20OPTIMIZATION.png" width="320" /></a></div><br /><i><br /></i><p></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Di digital, ada konsep optimasi mesin
pencari akademik (Academic Search Engine Optimization - ASEO), yang bertujuan
untuk mengoptimalkan literatur ilmiah agar lebih mudah diindeks dan ditemukan
oleh mesin pencari akademik seperti Google Scholar.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Dibandingkan dengan optimasi mesin pencari
(Search Engine Optimization - SEO) untuk halaman web, ASEO memiliki perbedaan
signifikan, termasuk target mesin pencari yang berbeda (tidak ada pemimpin
pasar tunggal seperti Google di dunia akademik). Tantangan dalam mendapatkan
indeksasi (banyak literatur akademik tidak tersedia di web terbuka) salah
astunya adalah keterbatasan dalam memodifikasi artikel yang sudah diterbitkan,
dan fokus pada judul dan abstrak daripada teks penuh artikel.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Beberapa peneliti tertarik untuk memastikan
bahwa artikel mereka terindeks oleh mesin pencari akademik seperti Google
Scholar, IEEE Xplore, PubMed, dan SciPlore.org. Hal ini sangat meningkatkan
kemampuan mereka untuk membuat artikel tersedia bagi komunitas akademik. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Tidak hanya penting bagi penulis untuk
memastikan artikel mereka terindeks, tetapi juga penting untuk memperhatikan
posisi artikel dalam daftar hasil pencarian. Seperti halnya hasil pencarian
berperingkat lainnya, artikel yang ditampilkan di posisi teratas lebih mungkin
dibaca.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal">Di dunia web, optimasi
mesin pencari (SEO) untuk situs web merupakan prosedur yang umum. SEO
melibatkan penciptaan atau modifikasi situs web sedemikian rupa sehingga
memudahkan mesin pencari untuk merayapi dan mengindeks kontennya. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Komunitas besar yang
membahas tren terbaru dalam SEO dan memberikan saran untuk webmaster melalui
forum, blog, dan newsgroup, telah berkembang pesat. Bahkan, artikel penelitian
dan buku tentang SEO juga telah tersedia.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ketika SEO pertama
kali diperkenalkan, banyak yang menyatakan kekhawatiran bahwa praktik ini akan
mendorong spam dan penyesuaian yang berlebihan, dan memang, spam mesin pencari
menjadi masalah serius. Namun, saat ini, SEO telah menjadi prosedur yang umum
dan diterima luas, dan secara keseluruhan, mesin pencari berhasil
mengidentifikasi spam dengan cukup baik. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Argumen terkuat untuk
SEO mungkin adalah fakta bahwa mesin pencari itu sendiri menerbitkan panduan
tentang cara mengoptimalkan situs web untuk mesin pencari. Namun, informasi
serupa tentang mengoptimalkan literatur akademik untuk mesin pencari akademik, sepengetahuan
kami, belum ada.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Situasi ini
menimbulkan tantangan khusus dalam dunia akademik, di mana visibilitas dan
aksesibilitas penelitian dapat sangat berpengaruh pada penyebaran dan pengakuan
karya ilmiah. Tanpa panduan yang jelas tentang cara mengoptimalkan literatur
akademik untuk mesin pencari akademik, para peneliti dan akademisi mungkin
tidak memanfaatkan sepenuhnya potensi mesin pencari akademik untuk meningkatkan
jangkauan dan dampak penelitian mereka. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Oleh karena itu,
pengembangan dan penyebaran praktik terbaik dalam optimasi mesin pencari
akademik menjadi penting untuk memastikan bahwa karya ilmiah dapat dengan mudah
ditemukan dan diakses oleh komunitas akademik dan peneliti di seluruh dunia.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">ASEO tidak dimaksudkan sebagai cara untuk
"menipu" mesin pencari akademik, melainkan sebagai upaya untuk
membantu mesin pencari memahami konten karya ilmiah agar dapat membuatnya lebih
mudah diakses dan tersebar luas. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Meskipun ada kemungkinan beberapa peneliti
akan mencoba meningkatkan peringkat mereka dengan cara yang tidak sah, masalah
serupa juga dihadapi dalam pencarian web reguler, dan mesin pencari akademik
diharapkan dapat mengatasi spam dengan sukses seperti yang telah dilakukan
mesin pencari web. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Dalam jangka panjang, ASEO dianggap akan
memberikan manfaat bagi semua pihak: penulis, mesin pencari, dan pengguna mesin
pencari.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">RUJUKAN<o:p></o:p></span></p><p>
</p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Beel, J., Gipp, B., & Wilde, E.
(2010). <i>Academic Search Engine Optimization (ASEO). Journal of
Scholarly Publishing, 41(2), 176–190.</i> doi:10.3138/jsp.41.2.176</span><o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-92207753778747685362024-02-23T15:09:00.000-08:002024-02-23T15:09:16.144-08:00CEMOOH<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwwxKpzOtxjRb2FgKaYEx7b4807zjJ6826BeGFiTEE9JFQeu6k5stgOjN8ZIyGkTH3zLpuLSEtZ-jeieZXCaQ' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /><p></p><p class="MsoNormal"><b>*CEMOOH*<o:p></o:p></b></p><p class="MsoNormal">Kevin Durant adalah pemain
bola basket profesional Amerika. Dia diakui sebagai salah satu pemain terbaik
di dunia. Lahir pada 29 September 1988, Durant memulai karir profesionalnya di
NBA setelah dipilih sebagai pilihan kedua secara keseluruhan oleh Seattle
SuperSonics pada NBA Draft 2007. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Melalui perjuangan
yang panjang dan kesabaran, dia kemudian menjadi bagian penting dari Oklahoma
City Thunder (yang merupakan relokasi dari Seattle SuperSonics), Golden State
Warriors, dan terakhir Brooklyn Nets. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Durant dikenal karena
kemampuan mencetak poinnya yang luar biasa, keefisienan di lapangan, dan tinggi
badannya yang mencapai hampir 7 kaki, yang memberinya keuntungan dalam
melakukan tembakan di atas pemain bertahan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Beberapa hari lalu (22
Februari 2024) sesaat sebelum pertandingan Phoenix Suns melawan Dallas
Mavericks, Durant mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Seorang
penggemar wanita, mengenakan pakaian pendukung Dallas Mavericks, dan seorang
penggemar lainnya, melontarkan umpatan kasar kepadanya. Kejadian tersebut
berlangsung di American Airlines Center di Dallas.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Durant, mendengar ini,
tidak langsung melanjutkan pemanasan pra-pertandingan tetapi memilih untuk
berbalik dan menghadapi situasi tersebut. Ia mendekati dua penggemar -- seorang
wanita dan seorang pria -- yang memegang
cangkir bir penuh. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Apa yang dilakukan
Durant?<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Dia memulai sebuah dialog.
<span lang="EN-US">Durant mengatakan kepada kedua penggemar tersebut, walaupun
mereka telah mengucapkan kata-kata yang kurang sopan kepadanya, namun dia
memahaminya. Dia mengerti bahwa hal tersebut mungkin dipicu oleh pengaruh
alkohol atau gairah yang meluap karena pertandingan. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Selama interaksi, penggemar wanita tersebut
mencoba untuk memperpanjang tangannya kepada Durant, sebuah gestur yang mungkin
menunjukkan penyesalan atau keinginan untuk berdamai. Durant, dengan sabar,
mendengarkan dan berbicara dengan mereka, menekankan bahwa meskipun mereka
melihatnya sebagai bintang olahraga, ia tetaplah seorang manusia dengan
perasaan dan martabat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Durant bisa saja meminta agar mereka diusir
dari pertandingan, namun Durant memilih untuk bertindak lebih bijaksana dengan
membiarkan mereka tetap menyaksikan. Dia berharap hal itu bisa membuat mereka
berpikir ulang tentang tindakan mereka.</span><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Kejadian ini bukan
hanya tentang seorang atlet yang menghadapi cemoohan tetapi juga tentang
bagaimana Durant memilih untuk mengatasinya dengan empati dan pengertian,
mengajarkan pelajaran tentang kemanusiaan dan rasa hormat yang seharusnya
menjadi dasar interaksi kita, baik di dalam maupun luar arena olahraga.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Secara bijak, dalam situasi
seperti itu, Durant mempertimbangkan konsekuensi dari reaksinya, baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi penggemar. Sebagai seseorang yang dikenal luas, ia
sadar bahwa cara dia menanggapi bisa berpengaruh besar. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Karena itu, naluri
bijaknya mendorong dia bereaksi dengan kedewasaan, menunjukkan pemahaman yang
dalam tentang hubungan antara penggemar dan atlet. Durant menekankan bahwa
meskipun dia terprovokasi, ada cara yang lebih positif dan konstruktif dalam
berinteraksi, yang lebih dari sekedar mencari reaksi.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Dia juga menggarisbawahi
bagaimana atlet sering kali hanya dilihat sebagai objek hiburan dan bukan
sebagai individu yang memiliki perasaan dan kehidupan pribadi. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Kejadian ini
dijadikannya sebagai kesempatan untuk mengingatkan semua orang bahwa atlet juga
manusia yang berhak mendapatkan rasa hormat dan empati. Melalui tindakannya,
Durant ingin menyoroti pentingnya menjaga kemanusiaan dalam segala situasi,
termasuk dalam persaingan olahraga.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Insiden ini memberikan
pelajaran tentang betapa pentingnya pengampunan dan memilih interaksi yang
memperkuat, bukan yang merendahkan. Durant memanfaatkan momen ini bukan hanya
untuk menjaga reputasinya, tetapi juga untuk mendorong suasana yang lebih positif
dan saling menghormati, baik di dalam maupun luar lapangan. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ini menunjukkan bahwa
dengan memilih untuk bertindak dari tempat empati dan pertimbangan, kita bisa
membuat perbedaan yang signifikan, bahkan di hadapan tantangan dan provokasi.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><span style="display: none; mso-ansi-language: EN-ID; mso-hide: all;">Bagian Atas Formulir<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><p>
</p><p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-79003466262251528912024-02-05T15:59:00.000-08:002024-02-05T15:59:01.781-08:00BELAJAR, LUPA, DAN BELAJAR KEMBALI<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8L0jV7fZeGL05sDKQKVmhtPSEVDSxr87jxrOpZOklWYBC_EGrwWBLnQM-888suOF_2-vR4TFC5xpLqFe1egcVeAIEzFX4R57No5idtv0PyOhwFCNjSGnj8dSh3T0frcEYjEhVcRPrEFjh57RvHCNJ9Ebi9om6tJGnAK4btNxnEoPhBjD_QILTpdbqzuPq/s720/learn,%20unlearn,%20and%20relearn%20-%20Alvin%20Toffler.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="601" data-original-width="720" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8L0jV7fZeGL05sDKQKVmhtPSEVDSxr87jxrOpZOklWYBC_EGrwWBLnQM-888suOF_2-vR4TFC5xpLqFe1egcVeAIEzFX4R57No5idtv0PyOhwFCNjSGnj8dSh3T0frcEYjEhVcRPrEFjh57RvHCNJ9Ebi9om6tJGnAK4btNxnEoPhBjD_QILTpdbqzuPq/s320/learn,%20unlearn,%20and%20relearn%20-%20Alvin%20Toffler.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><i>Orang buta huruf di abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak
bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar, melupakan, dan
belajar kembali</i>. Alvin Toffler (1970)<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Alvin dan Heidi Toffler adalah pasangan suami istri yang
terkenal sebagai futuris, penulis, dan pemikir sosial Amerika. Alvin Toffler
(1928-2016) dikenal luas karena karyanya yang mempelajari perubahan dalam
masyarakat, terutama terkait dengan perkembangan teknologi dan dampaknya
terhadap ekonomi, pekerjaan, dan struktur sosial.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Heidi Toffler (1929-2019), istrinya, sering kali
berkolaborasi dengan Alvin dalam penelitian dan penulisan, meskipun
kontribusinya kadang kurang dikenal oleh publik.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Alvin Toffler terutama dikenal lewat bukunya "Future
Shock" (1970), yang mencetuskan istilah "<i>future shock</i>" untuk
menggambarkan perasaan ketidakstabilan dan disorientasi yang dialami
orang-orang akibat perubahan cepat dalam masyarakat. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Awalnya, "<i>Future Shock</i>" adalah buku yang ditulis
oleh futuris Alvin dan Heidi Toffler pada tahun 1970. Dalam buku ini, penulis
mendefinisikan "future shock" sebagai kondisi psikologis yang dialami
oleh individu dan masyarakat secara keseluruhan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Definisi paling sederhana dari istilah tersebut adalah
persepsi pribadi tentang "terlalu banyak perubahan dalam waktu yang
terlalu singkat". <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Buku ini, yang menjadi bestseller internasional, berawal
dari sebuah artikel berjudul "_The Future as a Way of Life_" yang
dimuat dalam majalah Horizon edisi musim panas tahun 1965. "Future
Shock" telah terjual lebih dari 6 juta kopi dan telah diterjemahkan ke
dalam banyak bahasa.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam era abad ke-21, sebuah kutipan dari Alwin Toffler
mengemuka, <i>The illiterate of the 21st century will not be those who cannot
read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn</i>, (Orang buta
huruf di abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi
mereka yang tidak bisa belajar, melupakan, dan belajar Kembali, Future Shock, Chapter 12 hal. 427) menggambarkan
transformasi paradigma pembelajaran. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Toffler menegaskan bahwa buta huruf di era kontemporer bukan
lagi ditandai oleh ketidakmampuan membaca dan menulis, melainkan oleh
ketidakmampuan untuk belajar, melupakan, dan belajar kembali. Pernyataan ini
memicu refleksi tentang esensi pembelajaran di zaman yang serba cepat dan penuh
dengan perubahan ini.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pembelajaran konvensional yang sekedar mengandalkan
kemampuan literasi dasar kini terasa kurang relevan. Yang lebih signifikan
adalah kemampuan individu untuk secara konstan memperbarui pengetahuan mereka
sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya, pemahaman tentang identitas gender
yang terus berkembang menuntut kemampuan untuk memperbarui pemahaman lama
dengan informasi terkini.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Fenomena ini mengindikasikan bahwa kekakuan dalam pemikiran
atau ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dapat menjadi hambatan
besar dalam era pasca-modern. Dengan perubahan yang terjadi begitu cepat,
terutama di bidang teknologi, setiap konsep atau "fakta" yang
dianggap benar hari ini, bisa jadi sudah usang esok hari.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pertanyaan tentang bagaimana seseorang dapat efektif dalam
proses belajar untuk melupakan dan belajar kembali menjadi relevan. Pendekatan
yang disarankan adalah mencari sumber informasi yang kredibel dan dapat
diandalkan, yang dapat membantu memperbarui pengetahuan dengan informasi
terkini dan akurat. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Hal ini menuntut kemampuan kritis dalam memilih sumber
informasi dan kesadaran untuk terus mengasah kemampuan berpikir.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Platform pembelajaran seperti Pathways menjadi contoh
bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran yang
dinamis, menawarkan akses ke sumber daya yang kredibel dan relevan dengan minat
serta kebutuhan pengguna. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini menandai evolusi dalam cara pembelajaran dilakukan, di
mana pembelajaran menjadi proses yang berkelanjutan, adaptif, dan selaras
dengan kebutuhan zaman.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Perubahan psikologis dalam pendekatan pembelajaran
menunjukkan bahwa era ini membutuhkan lebih dari sekedar pengetahuan;
diperlukan kemampuan untuk secara fleksibel menavigasi perubahan,
mempertanyakan ulang kebenaran yang dianggap mutlak, dan secara aktif mencari
pembelajaran baru. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang untuk
pertumbuhan dan adaptasi di dunia yang terus berubah.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-5133519450326905972024-01-31T16:49:00.000-08:002024-01-31T16:49:53.389-08:00AUTHENTIC LEADERSHIP<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGlQZWU_CrvhH0B-hqAPLIneJR13S8WiTWhu5Uxs14ql35LqRPSRAySsgneMv6i4SCjsL4SV6pAsXapGorXV7eNayVpaZDlO8x_dLCSa-YHdk2yxkxpswgxhsdnki6lGhZJ7elYBg_Tq48n32Qb0XyQ7Jem_8Snwb-pDUC3hQY1ASByw9AvFyLPLcMmv89/s840/daniel%20vasella.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="473" data-original-width="840" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGlQZWU_CrvhH0B-hqAPLIneJR13S8WiTWhu5Uxs14ql35LqRPSRAySsgneMv6i4SCjsL4SV6pAsXapGorXV7eNayVpaZDlO8x_dLCSa-YHdk2yxkxpswgxhsdnki6lGhZJ7elYBg_Tq48n32Qb0XyQ7Jem_8Snwb-pDUC3hQY1ASByw9AvFyLPLcMmv89/s320/daniel%20vasella.jpg" width="320" /></a></div><br /><p>Dalam lima hingga tujuh tahun terakhir, kata Bill George dari Harvard
Business School, telah terjadi penurunan kepercayaan masyarakat terhadap para
pemimpin. Situasi ini, menunjukkan adanya tuntutan perlunya pemimpin bisnis
baru di abad ke-21. Pemimpin ini diharapkan lebih transparan, etis, dan
otentik, dengan fokus tidak hanya pada keuntungan, tetapi juga pada dampak
sosial dan lingkungan, serta membangun hubungan yang lebih berarti.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">George dikenal sebagai seorang profesor praktik manajemen di
Harvard Business School dan mantan ketua serta CEO dari Medtronic. Di Harvard,
George mengajarkan tentang kepemimpinan, etika, dan tanggung jawab perusahaan,
berbagi pengetahuannya dan pengalamannya dari dunia bisnis nyata. Sebagai
pemimpin Medtronic, sebuah perusahaan terkemuka di bidang teknologi medis, ia
membantu membawa perusahaan tersebut ke tingkat kesuksesan yang lebih tinggi. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">George juga terkenal karena bukunya yang berjudul
"Authentic Leadership" dan telah memberikan kontribusi penting dalam
diskusi tentang kepemimpinan otentik dan etika dalam praktik bisnis. Pengalaman
dan pengetahuannya dalam kepemimpinan telah membuatnya menjadi salah satu suara
yang dihormati dalam bidang manajemen dan kepemimpinan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pertanyaannya, apakah kepemimpinan otentik itu? "Kepemimpinan
otentik adalah tentang menjadi diri sendiri dan memimpin dari hati.," kata
Brené Brown. Kepemimpinan otentik adalah tentang menjadi diri sendiri sebagai
pemimpin, tidak meniru orang lain. Ini berarti memahami nilai-nilai dan tujuan
pribadi, membangun hubungan berarti, dan mencapai hasil dengan integritas. Mereka lahir dari pengalaman hidupnya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Simon Sinek, seorang penulis buku "Start With
Why," berpendapat bahwa lepemimpinan otentik adalah tentang menjadi
transparan dan jujur dengan diri sendiri dan orang lain. Sementara penulis
buku laris seperti <i>The 7 Habits of Highly Effective People, First Things
First</i>; Stephen R. Covey mengatakan bahwa kepemimpinan otentik adalah
tentang membangun hubungan yang kuat berdasarkan kepercayaan dan saling
menghormati. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">George sendiri mendefisikan kepemimpinan otentik adalah
tentang menciptakan perubahan positif di dunia.
Salah satu contohnya adalah Daniel Vasella, mantan Ketua dan CEO
Novartis. Lahir pada tahun 1953 di Fribourg, Swiss, Vasella menghabiskan masa
kecilnya berjuang melawan berbagai penyakit serius. Pengalaman-pengalaman ini
tidak hanya membentuk keinginannya menjadi seorang dokter, tetapi juga
mendorongnya untuk terus berjuang menghadapi kesulitan hidup.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kisah hidup Vasella diwarnai oleh berbagai cobaan yang
ekstrem sejak usia dini. Dia mengalami keracunan makanan pada usia empat tahun,
asma di usia lima tahun, yang kemudian diikuti oleh penyakit TBC dan
meningitis. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pengalaman-pengalaman ini membawa Vasella ke dalam
kesendirian dan kesakitan yang mendalam, terutama ketika ia harus menjalani
pengobatan jauh dari orang tua. Namun, dalam kesulitan itu, Vasella menemukan
kekuatan dan belas kasih melalui interaksi dengan seorang dokter yang akhirnya
memberikan pengaruh besar dalam hidupnya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tak hanya berjuang dengan penyakit, Vasella juga menghadapi
tragedi pribadi yang mendalam. Kematian kakak perempuannya karena kanker dan
kemudian kehilangan ayahnya saat Vasella berusia remaja, menambah lapisan
kesulitan dalam kehidupannya. Dalam masa-masa sulit ini, dia menemukan pelarian
dalam persahabatan dan cinta yang pada akhirnya membantunya menemukan arah dan
tujuan hidup.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pendidikan medis Vasella berlangsung dengan cemerlang, namun
pengalaman masa kecilnya yang penuh cobaan membuatnya memilih untuk tidak hanya
menjadi praktisi medis. Dia ingin berdampak lebih luas. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kesempatan ini muncul ketika Vasella memasuki dunia farmasi.
Di Sandoz, dan kemudian di Novartis, dia menunjukkan kemampuan kepemimpinannya.
Masa-masa di Amerika Serikat, baik sebagai perwakilan penjualan maupun manajer
produk, memperkaya pengalamannya dan membawanya pada posisi kepemimpinan yang
lebih tinggi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sebagai CEO Novartis, Vasella tidak hanya membawa perusahaan
ke puncak industri farmasi global, tetapi juga mewujudkan visinya untuk
membantu masyarakat melalui pengembangan obat-obatan baru yang menyelamatkan
jiwa, seperti Gleevec untuk leukemia mieloid kronis. Gaya kepemimpinannya yang
berpusat pada belas kasih, kompetensi, dan persaingan, merupakan refleksi dari
pengalaman hidupnya yang sarat dengan ujian dan belas kasih.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pengalaman Vasella hanya satu dari puluhan yang diberikan
oleh pemimpin otentik yang melacak inspirasinya langsung dari kisah hidup
mereka. Ketika ditanya apa yang memberi mereka kekuatan untuk memimpin,
pemimpin-pemimpin ini secara konsisten menjawab bahwa mereka menemukan kekuatan
mereka melalui pengalaman transformasi. Pengalaman-pengalaman itu memungkinkan
mereka untuk memahami tujuan yang lebih dalam dari kepemimpinan mereka.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Vasella adalah contoh bagaimana kepemimpinan yang autentik
seringkali bersumber dari pengalaman hidup yang transformatif. Kekuatan untuk
memimpin, bagi banyak pemimpin seperti Vasella, ditemukan melalui pengalaman
yang mengubah pandangan mereka tentang tujuan kepemimpinan yang lebih dalam. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Vasella bukan hanya seorang pemimpin perusahaan, tetapi juga
seseorang yang menunjukkan bagaimana kesulitan hidup dapat diubah menjadi
kekuatan untuk menginspirasi dan membawa perubahan positif bagi banyak orang.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kisah Daniel Vasella mengajarkan beberapa pelajaran moral
penting. Pertama, ketahanan dan kemampuan untuk menghadapi kesulitan adalah
kunci untuk mencapai kesuksesan. Kedua, empati dan belas kasih dapat membuat
dampak besar dalam kehidupan orang lain. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ketiga, pentingnya mengubah pengalaman negatif menjadi
pelajaran positif untuk pertumbuhan pribadi. Keempat, mencari dukungan ketika
dibutuhkan adalah langkah penting dalam mengatasi tantangan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kelima, kepemimpinan yang efektif tidak hanya tentang
pencapaian tujuan, tetapi juga tentang bagaimana memperlakukan dan memotivasi
orang lain. Terakhir, menggunakan kekuatan dan bakat untuk kebaikan lebih besar
menunjukkan makna sukses sejati. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kisah Vasella menunjukkan bagaimana ketekunan, empati, dan
keinginan untuk berkembang dapat mengubah kesulitan menjadi kekuatan
menginspirasi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">REFERENSI:<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">George, B., Ibarra, H., Goffee, R., & Jones, G. (2017). <i>Authentic
Leadership</i>. Harvard Business Review Press.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-51311635221780437242024-01-30T17:05:00.000-08:002024-01-30T17:05:20.889-08:00 SALAH PILIH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh71ywIJUzHpUxjT_Q3ai0PNfd29ozpNeVOGaJ002l_5SNy7Nie8-dqFH_3YAbt3r-JZTEvBt5nQgEeQUc9IDAvrLj1JiXKw2e4atsM-h4AFVDeVRiHzUk6TOSqVHed1CeqjWphar25PZunJkxa4Zp9Qm2GgsHMtIbSvfBpr0qmo4ZP0GaCY0wK-HrNuSub/s1980/vaio_s%20(1).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1167" data-original-width="1980" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh71ywIJUzHpUxjT_Q3ai0PNfd29ozpNeVOGaJ002l_5SNy7Nie8-dqFH_3YAbt3r-JZTEvBt5nQgEeQUc9IDAvrLj1JiXKw2e4atsM-h4AFVDeVRiHzUk6TOSqVHed1CeqjWphar25PZunJkxa4Zp9Qm2GgsHMtIbSvfBpr0qmo4ZP0GaCY0wK-HrNuSub/s320/vaio_s%20(1).jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-bottom: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-margin-bottom-alt: 10.0pt; mso-margin-top-alt: 0cm;">Keputusan dalam dunia bisnis sering kali
membawa konsekuensi jangka panjang yang bisa mengubah arah perusahaan. Kisah
unik antara Sony Vaio dan Apple, seperti yang dilaporkan oleh The Verge,
menawarkan contoh menarik tentang bagaimana pilihan yang tampaknya kecil dapat
memiliki dampak signifikan pada masa depan sebuah produk.</p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-bottom: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-margin-bottom-alt: 10.0pt; mso-margin-top-alt: 0cm;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-bottom: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-margin-bottom-alt: 10.0pt; mso-margin-top-alt: 0cm;">Seperti diceritakan The Verge, ada kesamaan
Visi dan benang merah antara pendiri Sony, Akio Morita dan pendiri Apple, Steve
Jobs. Keduanya punya dream membuat produk yang orang lain belum membuatnya dan
memasarkan produk tersebut. Mereka berdua tidak takut untuk mengambil risiko
dan mencoba hal-hal baru.</p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">“_Create your product and then create your
market_", bukan sekedar mengikuti pasar saja.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Walkman menjadi contoh kesuksesan Sony dan
iPod yang kemudian iPhone dll menjadi contoh kreasi Steve Jobs.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Tahun 1996, Sony mendirikan Vaio, merek
komputer pribadi. Nama Vaio merupakan akronim dari <i>Video Audio Integrated
Operation. </i>Vaio adalah komputer portabel pertama dari Vaio, dirancang untuk
pengguna yang mengutamakan kepraktisan dan gaya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Pada tahun 1997, Vaio mengenalkan seri SXP,
yang ditargetkan untuk profesional dengan fitur canggih seperti prosesor Intel
Pentium M dan layar beresolusi tinggi. Keduanya sukses di pasaran dan membantu
Vaio menjadi merek terkemuka. Tahun 2000, Vaio meluncurkan seri VAIO P,
komputer sangat tipis dengan layar sentuh, menambah daftar inovasi Vaio.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Namun, penjualan Vaio menurun mulai tahun
2006 karena persaingan yang ketat dan pergeseran ke perangkat mobile. Kerugian
finansial yang dialami Sony mencapai 4,5 miliar dolar AS pada tahun 2013. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Pada tahun 2014, Sony menjual bisnis PC
Vaio ke Japan Industrial Partners untuk meminimalkan kerugian. Meskipun masih
beroperasi, Vaio tidak kembali ke popularitas sebelumnya dan pada tahun 2023
hanya memiliki 2,5% pangsa pasar komputer pribadi di Jepang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Bisnis PC Vaio yang dilepas oleh Sony
ternyata juga punya sejarah unik yang melibatkan Apple dan pendirinya, Steve
Jobs. Nobuyuki Hayashi, seorang penulis lepas dari Jepang yang sudah lebih dari
dua puluh tahun melaporkan tentang Apple – seperti dikutip The Verge – mengungkapkan
cerita tentang ketertarikan Jpbs pada Vaio. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Merujuk keterangan Kunitake Ando, eks
presiden Sony, Hayashi menceritakan sebuah pertemuan yang diadakannya dengan
Jobs di Hawaii pada tahun 2001. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Setelah bermain golf bersama eksekutif Sony
lainnya, kata Ando, "Steve Jobs dan seorang eksekutif Apple lainnya
menunggu kami di akhir lapangan golf dengan memegang VAIO yang menjalankan Mac
OS." <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Tahun 1997, Jobs menutup bisnis
"klon" Mac. Jobs menutup bisnis "kloning" Macintosh yang
melisensi sistem operasi Apple untuk dipakai di komputer buatan perusahaan
lain. Jobs menilai bisnis ini merusak ekosistem dan brand Mac. Seluruh produsen
komputer selain Apple pun tak boleh memakai Mac OS lagi, “kecuali Sony Vaio”.
Menurut Ando, ini karena Jobs mengagumi lini notebook Vaio sehingga
"bersedia membuat pengecualian".<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Namun, waktunya tidak tepat. Saat itu penjualan
laptop berbasis Windows perusahaan baru saja mulai meningkat. Negosiasi antara
Sony dan Apple tidak mencapai titik temu karena sebagian besar managemen Sony
lebih memilih Windows sebagai basis OS nya, gagal membuahkan kolaborasi laptop
Vaio dan Mac OS.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Keputusan ini menunjukkan bagaimana
preferensi manajemen dan kondisi pasar saat itu dapat mengarah pada kesempatan
yang hilang. Steve Jobs, yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Sony dan
mengagumi Akio Morita, bahkan menggunakan laptop Vaio untuk pengujian selama
transisi Apple dari hardware berbasis PowerPC ke prosesor Intel. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Jika saja Sony memilih untuk
"mengizinkan" Vaio menggunakan Mac OS, mungkin nasib Vaio akan sangat
berbeda, menjadi produk yang tetap relevan dan bersaing di pasar bersama
produk-produk Apple.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Cerita ini menekankan bahwa keputusan
bisnis yang dibuat bukanlah berdasarkan keuntungan atau manfaat jangka pendek,
melainkan visi jangka panjang dan keberanian untuk membuat atau memilih
keputusan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Walaupun upaya kolaborasi antara Sony Vaio
dan Mac OS akhirnya tidak terwujud, pengalaman ini tetap menyisakan pelajaran
penting tentang nilai inovasi dan pentingnya membina kemitraan strategis. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Di tengah dinamika bisnis yang terus
berubah dengan cepat, keberanian untuk mengeksplorasi kolaborasi baru dan
mengambil risiko menjadi faktor penting dalam memastikan sebuah merek tetap
relevan dan berhasil.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Sumber:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><a href="https://www.theverge.com/2014/2/5/5380832/sony-vaio-apple-os-x-steve-jobs-meeting-report">https://www.theverge.com/2014/2/5/5380832/sony-vaio-apple-os-x-steve-jobs-meeting-report</a><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"> </span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"> </span></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-71744044350790195032024-01-28T15:48:00.000-08:002024-01-28T15:48:13.753-08:00 PERAGU (TIDAK PERCAYA DIRI)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix0OjzOk2A65SNDfPf7rbb34vd51b3eNXnKz2WAS0Be7X6PMtDKKWJaDt_Riwq9gW8QBo74xS4Acn4T7lpPRAJsNl7jgzervymlKjHM73kpJXUqPbbXXtVFov23dIX_3G04tzrOOZzahfHC0-TiweCyyNjfRwDTQBGCuYCcIUhAjYheTWTIQ2QOUE1a7xV/s1600/Tennessee%20Williams.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1063" data-original-width="1600" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix0OjzOk2A65SNDfPf7rbb34vd51b3eNXnKz2WAS0Be7X6PMtDKKWJaDt_Riwq9gW8QBo74xS4Acn4T7lpPRAJsNl7jgzervymlKjHM73kpJXUqPbbXXtVFov23dIX_3G04tzrOOZzahfHC0-TiweCyyNjfRwDTQBGCuYCcIUhAjYheTWTIQ2QOUE1a7xV/s320/Tennessee%20Williams.jpeg" width="320" /></a></div><br /><p><i>I don’t believe
anyone ever suspects how completely unsure i am of my work and myself and what
tortures of self-doubting the doubt of others has always given me. (Tennessee
Williams)</i></p>
<p class="MsoNormal">"Saya rasa tidak
ada yang menyadari betapa ragu-ragunya saya tentang pekerjaan saya sendiri dan
tentang diri saya. Keraguan dari orang lain selalu membuat saya menderita
karena meragukan diri sendiri."<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">—Tennessee Williams<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Tennessee Williams, yang nama lahirnya
Thomas Lanier Williams III, adalah seorang dramawan terkenal asal Amerika
Serikat. Lahir pada 26 Maret 1911, Williams dianggap sebagai salah satu
dramawan terbesar di Amerika abad ke-20. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Dia terkenal karena karya-karyanya yang
sering mengeksplorasi emosi manusia, konflik keluarga, seksualitas, dan
ketegangan sosial, yang sering kali dicampur dengan nuansa puitis dan
simbolisme yang kaya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Salah satu karyanya yang trekenal adalah _<i>Cat
on a Hot Tin Roof</i>_(1955. Drama ini menggali hubungan dalam sebuah keluarga
di Selatan Amerika, dengan tema-tema seperti kejujuran, keserakahan, dan
hubungan seksual<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Karya-karya Williams sering kali diwarnai
oleh pengalaman hidupnya sendiri, termasuk latar belakang keluarganya yang
bermasalah dan pergulatan pribadinya dengan seksualitas serta kecenderungan
depresif. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Dia menerima banyak penghargaan selama
karirnya, termasuk dua Penghargaan Pulitzer untuk Drama. Tennessee Williams
meninggal pada 25 Februari 1983, tetapi warisannya sebagai seorang dramawan
terus berlanjut melalui karya-karyanya yang tetap dipentaskan dan dipelajari
hingga hari ini.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Namun siapa sangka bahwa Williams adalah
seorang peragu terhadap dirinya sendiri dan pekerjaannya. Williams
mengungkapkan bahwa dia sering merasa sangat tidak yakin dan tidak percaya
diri, baik dalam karyanya sebagai penulis maupun secara pribadi. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Selain itu, dia juga menyatakan bahwa
keraguan atau skeptisisme yang ditunjukkan orang lain terhadapnya telah
menambah beban keraguan dirinya sendiri, yang membuatnya menderita secara
emosional. </span><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kisah lain, di sebuah
kafe kecil di kota London yang selalu ramai, duduklah seorang mahasiswa seni
yang tengah merenung. Namanya Rod Judkins, seorang mahasiswa di Royal College
of Art, tempat di mana bakat-bakat terbaik berkumpul. Judkins sering merasa
tidak cukup baik, terutama ketika melihat karya teman-temannya yang luar biasa.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Suatu hari, saat
sedang asyik menggambar, dia terkejut ketika seorang pria yang tak asing
baginya duduk di meja sebelah. Pria itu tidak lain adalah David Bowie, seorang
ikon yang karyanya menghiasi playlist Judkins. Dengan gugup, Judkins
memperkenalkan diri dan mengungkapkan kekagumannya. Yang mengejutkan, Bowie,
dengan kerendahan hatinya, membalas, "Saya hanya seorang pemusik biasa,
kamu, Judkins, kau adalah seniman sejati."<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pertemuan itu menjadi
titik balik bagi Judkins. Ia mulai menyadari bahwa bahkan orang-orang sukses
seperti Bowie pun merasa tidak cukup. Judkins pun belajar dari Bowie bahwa
keraguan diri bisa menjadi pemicu untuk terus berkarya dan berusaha lebih
keras.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Beberapa tahun
berlalu, Judkins menjadi seorang seniman yang diakui. Ia sering diundang untuk
berbicara di berbagai seminar dan workshop. Di setiap kesempatan, ia selalu
berbagi pengalaman tentang pertemuannya dengan Bowie dan bagaimana keraguan
diri bisa menjadi bahan bakar untuk berkembang.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">"Keraguan diri
membuat kita terus berjalan, mengejar yang lebih baik," ujarnya pada salah
satu sesi. "Ketidakpuasan diri adalah motivasi terbesar dalam
berkarya."<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Bahkan para seniman
dan tokoh terkenal sering kali merasa tidak yakin akan kemampuan mereka,
meskipun mereka telah mencapai kesuksesan besar. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kate Winslet misalnya.
"Terkadang, sebelum saya berangkat syuting, saya terbangun dan merasa
tidak mampu; saya merasa seperti penipu dan takut akan dipecat. Saya juga
sering berpikir negatif tentang penampilan saya," ungkap Kate Winslet,
yang terkenal sebagai aktris muda berprestasi dengan enam nominasi Academy
Award dan pemenang Best Actress untuk film The Reader.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">John Lennon, meskipun
terkenal dan percaya diri, sebenarnya juga mengalami ketidakpastian yang
mendalam. Dia mengungkapkan perasaan ini dalam lirik lagu "Help!", di
mana ia menyatakan perasaan depresi dan meminta bantuan. Meskipun sukses dengan
The Beatles, Lennon tetap merasa rendah diri.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Banyak orang sukses
lainnya di dunia kreatif juga sering merasa tidak yakin dengan kemampuan
mereka, bahkan khawatir akan diketahui orang lain bahwa mereka sebenarnya tidak
berbakat. Mereka cenderung menganggap kesuksesan mereka sebagai keberuntungan,
bukan karena keahlian mereka. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, perasaan tidak
yakin ini justru menjadi motivasi bagi mereka untuk terus bekerja keras dan
menjaga standar tinggi dalam karya mereka. Keraguan diri dan ketakutan akan
kegagalan bisa menjadi pendorong yang kuat untuk terus mencapai lebih banyak
lagi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pandangan ini
menawarkan perspektif berbeda dari anggapan umum bahwa kepercayaan diri dan
kepuasan diri adalah kunci utama keberhasilan. Sebaliknya keraguan diri, yang
sering dianggap sebagai hambatan, sebenarnya dapat menjadi katalisator penting
untuk pertumbuhan dan pencapaian. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kate Winslet, John
Lennon dan lainnya yang merasa tidak cukup meskipun telah mencapai kesuksesan
besar, menggambarkan bahwa keberhasilan tidak selalu berjalan seiring dengan
kepuasan diri. Keraguan diri yang mereka alami bukanlah penghalang, melainkan
pemicu yang mendorong mereka untuk terus berkembang dan berusaha lebih keras. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini menunjukkan bahwa
keraguan diri dapat berperan sebagai faktor motivasi yang kuat, yang sering
kali menghasilkan dorongan untuk melampaui batas-batas dan mencapai keunggulan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, penting untuk
membedakan antara keraguan diri yang konstruktif dan yang merusak. Keraguan
diri yang konstruktif mendorong seseorang untuk mengenali kelemahan dan bekerja
keras untuk mengatasinya, sementara keraguan diri yang merusak dapat menghambat
tindakan dan mencegah individu mencapai potensi penuh mereka. Teks ini
tampaknya lebih menekankan pada aspek konstruktif dari keraguan diri, yang,
ketika diarahkan dengan benar, dapat menjadi kekuatan pendorong di balik
inovasi dan prestasi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pangalaman-pengalaman
tadi merefleksikan bagaimana persepsi mereka tentang keberhasilan dan
faktor-faktor yang mendorongnya. Dalam masyarakat yang sering kali memuji
kepercayaan diri dan pencapaian instan, penting untuk mengakui dan menghargai
proses yang lebih dalam di balik kesuksesan, yang sering kali termasuk keraguan
diri, ketidakpastian, dan perjuangan berkelanjutan untuk perbaikan diri. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pendekatan ini
menawarkan pandangan yang lebih seimbang dan realistis tentang apa yang
diperlukan untuk mencapai keunggulan sejati, baik dalam seni, bisnis, atau
kehidupan pribadi. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kisah Winslet, Williams,
Judkins dan John Lenon membuktikan bahwa kerendahan hati dan keraguan diri
bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang mendorong kreativitas dan
pertumbuhan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ia mengajarkan bahwa
dalam kekurangan dan ketidakpastian, tersembunyi peluang untuk menjadi lebih
baik. Winslet, Judkins, dan lainnya seperti banyak seniman besar lainnya,
menemukan kekuatan dalam keraguan diri dan menjadikannya alat untuk berkarya
secara autentik dan berdampak.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Referensi<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Judkins, R. (2016). <i>The art of creative
thinking: 89 ways to see things differently</i>. Perigee, Penguin Publishing
Group.</span><span style="display: none; mso-ansi-language: EN-ID; mso-hide: all;">Bagian
Atas Formulir<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"> </span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"> </span></p>
<p class="MsoNormal"><br /></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-22347138103634509902024-01-27T02:33:00.000-08:002024-01-27T02:33:21.875-08:00MENGHARGAI ATURAN<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dw7fUUe8bOnXANWLyGNn2abADYzIg03i4JKupDODBNx4l7P8Uzp3Azr300oB7ZdS7vkuMdD4XhEiYbCakGBtQ' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /><p></p><div>_ Tahukah Anda bahwa
Roger Federer – sang juara Wimbledon berkali-kali -- pernah tidak bisa masuk Wimbledon? Video beberapa
tahun lalu ini mengingatkan kita semua tentang kesopanan Roger Federer, baik di
dalam maupun di luar lapangan tenis. Ia menunjukkan sikap yang luar biasa
ketika dihentikan oleh petugas keamanan karena tidak memiliki lencana aksesnya._</div><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Juara berkali-kali
turnamen Wimbledon, Roger Frederer, suatu hari pernah ditolak masuk arena Wimbledon
oleh petugas keamanan. Kisah ini menjadi lebih menarik ketika diketahui bahwa
Federer hanya ingin menikmati secangkir teh di Wimbledon, tetapi tidak
diizinkan masuk karena tidak membawa kartu keanggotaan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Dalam episode _"The Daily Show"_
yang disiarkan pada 8 Desember 2022 malam, Federer mengklarifikasi pengalaman
uniknya itu. </span>Federer menceritakan,
dia baru saja kembali dari Tokyo untuk urusan sponsor dan ingin menemui dokter
di London untuk konsultasi mengenai kedua mengenai lututnya yang sedang
bermasalah. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">“Saya di Tokyo untuk
sponsor saya, Uniqlo, dan saya kembali ke London untuk menemui dokter guna
mendapatkan pendapat kedua tentang lutut saya karena akhir-akhir ini lutut saya
tidak baik,” kata Frederer.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Setelah janji dokter,
dia memiliki waktu luang dua jam sebelum terbang pulang ke keluarga. Mereka
memutuskan untuk mampir ke Wimbledon untuk minum teh. Namun, saat tiba di
gerbang, petugas keamanan menanyakan kartu keanggotaannya, yang ternyata tidak
dia bawa.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Situasi menjadi
canggung ketika Federer mencoba menjelaskan bahwa dia itu termasuk anggota
Wimbledon karena telah memenangkan turnamen itu beberapa kali. Namun, petugas
tersebut tetap pada aturannya. Frederer mengalah. Dia tidak masuk ke Wimbledon.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Akhirnya, petugas keamanan
mengizinkan masuk setelah seorang penggemar yang mempunyai kartu keanggotaan mengajaknya.
Federer mengaku penggemar itu di luar sempat memintanya untuk selfie. Karena
penggemarnya itu, Frederer menghabiskan waktu satu jam untuk minum teh di
Wimbledon, merenungkan kejadian unik tersebut.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Kejadian ini
mencerminkan sebuah paradoks yang menarik. Di satu sisi, ada peraturan yang
harus diikuti oleh semua orang, termasuk tokoh-tokoh terkenal seperti Federer.
Di sisi lain, ada ekspektasi bahwa orang-orang dengan status tertentu mungkin
mendapatkan perlakuan khusus. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Federer, meskipun
sebagai pemenang berkali-kali di Wimbledon, masih harus mengikuti aturan yang
sama seperti orang lain, yaitu memiliki kartu keanggotaan untuk memasuki area
tersebut.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Namun, situasi ini
juga menunjukkan bagaimana pengaruh dan popularitas seseorang bisa mengubah
keadaan. Ketika seorang penggemar mengenali Federer dan mengajaknya masuk,
barulah petugas keamanan mengizinkannya. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Hal ini menimbulkan
pertanyaan tentang seberapa jauh keberadaan dan pengaruh seseorang dapat
mempengaruhi keputusan dan aturan yang telah ditetapkan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Kisah Federer ini
bukan hanya tentang penolakan masuk ke Wimbledon, tetapi juga tentang bagaimana
masyarakat memandang aturan dan pengaruh individu terhadapnya. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ini merupakan cerminan
dari dinamika sosial di mana aturan dapat ditekuk berdasarkan status sosial
seseorang, sekaligus menunjukkan pentingnya menjaga konsistensi dalam penerapan
aturan, tanpa memandang status atau prestasi individu.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ketika pada akhirnya
Federer diizinkan masuk, kisah ini menyoroti dinamika kompleks antara keadilan,
ketenaran, dan penerapan aturan dalam masyarakat. Ini juga menunjukkan
bagaimana figur publik seperti Federer dapat mempengaruhi persepsi publik
tentang etiket dan kerendahan hati. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Kisah ini bukan hanya
tentang seorang bintang tenis yang tidak diizinkan masuk ke klub di mana ia
telah mencapai kesuksesan besar, tetapi juga tentang bagaimana kita sebagai
masyarakat menghargai aturan dan memberikan pengecualian.<o:p></o:p></p><p>
</p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa
ini berkaitan erat dengan nilai karakter, kerendahan hati, dan kebaikan. Mematuhi
peraturan tanpa manipulasi adalah pintu gerbang menuju terciptanya ketertiban..<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br />edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-62499117670991914252024-01-26T15:31:00.000-08:002024-01-26T15:31:08.077-08:00ARROGANSI<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dxIZd1vpFNydDbYNf-o9nX0H0-AwUapwxwFzmD4RYEkVbfl4IvBZW8PS7L6XKHrMfQik4NbLhxTtQzHvDKbCA' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /><p class="MsoNormal">Awal tahun 1980 Apple
mencapai puncak kesuksesannya dengan produk-produk inovatif seperti Apple I dan
Apple II. Steve Jobs, bersama dengan Steve Wozniak dan Tim Cook, berhasil
menciptakan sebuah perusahaan yang merubah cara komputer pribadi secara
revolusioner.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Namun, seiring
berjalannya waktu, kepemimpinan Jobs mulai menimbulkan ketegangan dalam
perusahaan. Jobs dikenal karena sikapnya yang keras kepala dan seringkali
merasa bahwa visinya adalah satu-satunya yang benar. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pada saat itu, John
Sculley, seorang eksekutif dari PepsiCo, diundang untuk menjadi CEO Apple,
dengan harapan bahwa dia bisa membantu mengelola perusahaan yang semakin
kompleks.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pertentangan antara
Jobs dan Sculley segera muncul. Mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai
arah strategis perusahaan. Jobs ingin fokus pada inovasi dan produk yang mahal,
sementara Sculley lebih memilih pendekatan yang lebih konvensional dan mengutamakan
keuntungan jangka pendek. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pendekatan Jobs yang
didorong oleh kepercayaan pada visinya sendiri, kadang-kadang terwujud sebagai
sikap mengabaikan ide dan kontribusi orang lain. Ini akhirnya menyebabkan
ketegangan dalam perusahaan, terutama dengan Sculley. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ketegangan ini
mencapai puncaknya ketika Jobs mencoba menggulingkan Sculley dari posisinya
sebagai CEO. Namun, upayanya gagal, dan pada tanggal 31 Mei 1985, dalam sebuah
rapat dewan yang dramatis, Steve Jobs dipecat dari perusahaan yang dia dirikan
sendiri.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">"Saya pikir kita semua perlu
berhati-hati terhadap arrogansi arrogansiyang selalu mengintip ketika kita
berhasil,” katanya dalam sebuah wawancara tahun 2003.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal">“Saya dipecat dari
Apple saat berusia 30 tahun dan diundang untuk kembali 12 tahun kemudian. Jadi
itu sulit saat itu terjadi, tetapi mungkin itu adalah hal terbaik yang pernah
terjadi pada saya."<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Meskipun pemecatan
tersebut tampaknya merupakan akhir dari karier Jobs, itu sebenarnya adalah awal
dari babak baru dalam hidupnya. Setelah dipecat, dia mendirikan perusahaan
komputer lain yang disebut NeXT. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Perusahaan ini
berfokus pada komputer workstation canggih untuk keperluan pendidikan dan
bisnis. Selain itu, Jobs juga mengakuisisi Pixar Animation Studios, yang
kemudian menghasilkan film-film sukses seperti "Toy Story."<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Perjalanan Jobs selama
masa di luar Apple mengajarkannya banyak pelajaran berharga. Dia belajar
tentang kerendahan hati, manajemen yang lebih baik, dan pentingnya kolaborasi.
Pada akhirnya, NeXT dan Pixar mengalami sukses, dan Jobs menjadi seorang miliarder
sekali lagi.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pada tahun 1996, Apple
sedang mengalami kesulitan dan memutuskan untuk mengakuisisi NeXT. Steve Jobs
kembali ke Apple sebagai penasehat dan akhirnya mengambil alih perusahaan
tersebut sebagai CEO pada tahun 1997. Kembalinya Jobs ke Apple menandai awal dari
periode renaissance untuk perusahaan tersebut. Dia memimpin Apple meluncurkan
produk-produk inovatif seperti iMac, iPod, iPhone, dan iPad, yang mengubah
industri teknologi dan mengembalikan Apple ke puncak kesuksesan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Arrogansi sering kali
merupakan hasil sampingan kesuksesan. Ketika seseorang atau organisasi mencapai
puncak prestasi, cenderung merasa puas dan terlalu percaya diri. Ini
menciptakan lingkungan di mana masukan penting dan perspektif baru sering
diabaikan, karena keyakinan bahwa apa yang berhasil sebelumnya akan selalu
berhasil di masa depan. Namun, pandangan ini berbahaya dan seringkali keliru.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pertama, arrogansimenghambat
pembelajaran dan adaptasi. Di dunia yang terus berubah, kunci kesuksesan adalah
kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan. Arrogansimenciptakan
dinding di mana umpan balik negatif sering diabaikan atau dianggap tidak
relevan. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam mengidentifikasi kesalahan dan
peluang untuk perbaikan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Tanpa kemampuan untuk
belajar dari kesalahan, pertumbuhan menjadi terhambat dan peluang untuk inovasi
hilang.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Kedua, arrogansidapat
merusak hubungan dan kerjasama. Dalam tim atau organisasi, sikap sombong dari
seorang pemimpin atau anggota kunci dapat menciptakan ketidakpuasan dan konflik
internal. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ini dapat menghambat
komunikasi yang efektif dan kerjasama, yang keduanya krusial untuk keberhasilan
jangka panjang. Dalam dunia bisnis yang semakin terhubung dan bergantung pada
kerjasama, kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain adalah esensial.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ketiga, arrogansi mendorong
ketidaksetujuan terhadap perubahan. Dalam konteks bisnis dan teknologi,
perubahan adalah kenyataan. Perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan pasar, teknologi, dan preferensi konsumen dengan cepat akan
tertinggal. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Sikap sombong yang
meremehkan kebutuhan untuk berubah atau berinovasi dapat menyebabkan kesalahan
strategis yang mahal. Ini adalah pelajaran yang sudah terbukti berulang kali
dalam sejarah bisnis, di mana perusahaan besar jatuh karena ketidakmampuan mereka
untuk beradaptasi dengan perubahan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Arrogansi menghambat
kemampuan memimpin dengan efektif. Pemimpin yang sombong sering kali tidak
mampu menginspirasi atau memotivasi tim mereka. Mereka mungkin gagal mengakui
kontribusi tim dan kurangnya empati bisa menciptakan lingkungan kerja yang
tidak menyenangkan. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Sebaliknya, pemimpin
yang rendah hati, yang menyadari bahwa mereka tidak selalu memiliki semua
jawaban dan terbuka untuk belajar dari orang lain, cenderung lebih berhasil
dalam memotivasi tim mereka menuju kesuksesan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Kisah Steve Jobs
adalah contoh nyata bagaimana kesombongan dapat berdampak pada karier
seseorang, bahkan seorang visioner sekalipun. Meskipun Jobs memiliki visi yang
luar biasa dan mencapai kesuksesan besar dengan Apple, ketidakmampuannya untuk
berkolaborasi dan merespons masukan orang lain menyebabkan konflik internal
yang akhirnya mengarah pada pemecatannya. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Namun, Jobs juga
menunjukkan bahwa orang dapat belajar dari kesalahan mereka dan tumbuh sebagai
individu. Pengalaman di luar Apple membentuk ulang cara dia berinteraksi dan
memimpin, dan ketika dia kembali ke perusahaan, dia menjadi lebih terbuka
terhadap kolaborasi dan memahami pentingnya kerendahan hati.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Dalam dunia yang terus
berubah, kemampuan untuk belajar, beradaptasi, dan berkolaborasi adalah kunci
untuk pertumbuhan dan kemajuan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penting
untuk selalu menjaga diri dari kesombongan dan tetap terbuka terhadap pembelajaran
serta ide-ide orang lain. Kesombongan bukanlah tanda keberhasilan, melainkan
penghalang potensial terbesar bagi pertumbuhan kita sebagai individu dan
organisasi.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><br /></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-55622630032104095372024-01-25T15:21:00.000-08:002024-01-25T15:21:26.426-08:00PENCIPTA, BUKAN PENIRU<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dy7o1TPa0qbiWip44_ZaGYrxiUp9vwJYJNDuPmIdUjlb0jHX3j7Qv_ofI7J3nNf5OmTJyOpAzIMZsNgjYDDBw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /><p><br /></p>
<p class="MsoNormal"><i>Don’t rely on what the world tells you is possible. Create
the world you want</i><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Jangan mengandalkan apa yang dikatakan dunia tentang apa
yang mungkin. Ciptakan dunia yang Anda inginkan (Vinod Khosla - pendiri Sun
Microsystems dan Khosla Ventures).<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><br /></p><p class="MsoNormal">Dalam dunia di mana para ahli sering menetapkan batasan,
Vinod Khosla berdiri sebagai simbol pemberontakan terhadap status quo.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Khosla adalah seorang investor dan pengusaha di bidang
teknologi. Ia adalah salah satu pendiri Sun Microsystems, sebuah perusahaan
yang berperan penting dalam pengembangan teknologi komputer dan jaringan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Setelah Sun Microsystems, Khosla beralih ke dunia investasi,
mendirikan Khosla Ventures, sebuah firma ventura kapital yang fokus pada
berbagai inisiatif teknologi dan lingkungan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sikap inovatif dan keberanian Vinod Khosla dalam
berinvestasi -- dia tak ragu mendukung ide-ide yang dianggap radikal -- secara
langsung terhubung dengan filosofinya tentang dua jenis orang; ada yang terpaku
pada masa lalu dan ada juga yang proaktif menciptakan masa depan yang mereka
inginkan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Khosla menggambarkan dirinya sebagai seseorang yang termasuk
dalam kategori kedua. Ini menunjukkan bahwa sikap berani dan inovatif dalam
investasi merupakan cerminan dari pemikirannya tentang pentingnya berinovasi
dan berpikir secara mandiri, melewati batasan-batasan yang biasanya diberikan
oleh pemikiran konvensional.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Mengandalkan para ahli atau pandangan umum, menurut Khosla,
seringkali dapat membatasi kemampuan seseorang untuk melihat potensi yang lebih
besar dan berbeda. Para ahli biasanya membuat prediksi berdasarkan data dan
tren masa lalu, yang mungkin tidak selalu akurat atau relevan untuk masa depan
yang terus berubah. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini menunjukkan bahwa berpegang pada cara pandang lama dan
konvensional bisa menghalangi proses inovasi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Vinod Khosla menantang cara berpikir yang terpaku pada
sejarah untuk meramalkan masa depan. Sebagai contoh, ia menyoroti prediksi
Departemen Energi AS pada 2010 yang sangat meremehkan pertumbuhan mobil
listrik, dengan hanya memperkirakan sekitar 2,305 unit di pasar AS sampai 2035.
Realitanya, pada tahun 2014 saja, Tesla telah mengirim sekitar 80,000 mobil
listrik. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini menunjukkan bahwa meramal masa depan berdasarkan tren
masa lalu bisa sangat menyesatkan dan membatasi inovasi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Para ahli juga seringkali salah dalam memprediksi masa depan.
Dia memberikan contoh bagaimana kartun tahun 1889 menggambarkan listrik sebagai
ancaman eksistensial bagi manusia, mirip dengan ketakutan yang muncul seputar
AI saat ini. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Contoh lainnya adalah Lord Kelvin, presiden Royal Society
pada awal 1900-an, yang pernah mengatakan bahwa mesin terbang lebih berat dari
udara adalah hal yang mustahil, tidak lama sebelum Wright Brothers berhasil
terbang. Thomas Edison juga pernah meremehkan arus bolak-balik, dan Time
Magazine meragukan potensi belanja jarak jauh.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dari sini, Khosla menyimpulkan bahwa masa depan adalah milik
mereka yang berani bermimpi dan cukup 'tidak masuk akal' untuk mencoba
mewujudkan mimpi-mimpi tersebut, yang tidak takut gagal, serta yang berani
mengambil risiko besar dan radikal. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pesan penting dari Khosla adalah untuk tidak hanya
mengandalkan para ahli atau apa yang dikatakan dunia tentang kemungkinan,
melainkan untuk menciptakan dunia yang kita inginkan. Dia mengajak kita untuk
membedakan antara orang yang hanya mengekstrapolasi masa lalu dengan mereka
yang berani menciptakan dunia yang mereka impikan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini adalah panggilan untuk berinovasi, bertindak berani, dan
mandiri dalam menghadapi masa depan. Jadi pencipta, bukan pengikut. Ambil
inisiatif untuk menjadi pencipta dan pembuat perubahan, bukan sekedar peniru.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-7590497522841921992024-01-24T14:43:00.000-08:002024-01-24T14:48:34.853-08:00KUTUKAN PENGETAHUAN<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9UJeoGkxaxJrKMtVQ5f5tBKM2T7fvJg5HMXMu7eJT6WXlF7vbIvQczy2u_zvO_fjYFbbLh02F5-5Nlc4rypipNxu-SC1_JZh6Ifbla4NLznmje-yuyKa7w-HUgfbmt3rxLByDIzSx6aXOijVpTG5W0Jiofz9Cbsz9Yof3hasQT7Kue4e9yXJ_TNHWVFxQ/s1792/kutukan%20pengetahuan.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1792" height="183" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9UJeoGkxaxJrKMtVQ5f5tBKM2T7fvJg5HMXMu7eJT6WXlF7vbIvQczy2u_zvO_fjYFbbLh02F5-5Nlc4rypipNxu-SC1_JZh6Ifbla4NLznmje-yuyKa7w-HUgfbmt3rxLByDIzSx6aXOijVpTG5W0Jiofz9Cbsz9Yof3hasQT7Kue4e9yXJ_TNHWVFxQ/s320/kutukan%20pengetahuan.png" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><i>Kutukan pengetahuan
muncul ketika seseorang mengalami kesulitan untuk menjelaskan informasi secara
sederhana karena menganggap orang lain memahami topik tersebut dengan cara yang
sama. Ini terjadi karena pengetahuan yang mereka miliki.<o:p></o:p></i></p>
<p class="MsoNormal">Tahun 1990, Elizabeth
Newton meraih gelar Ph.D. dalam psikologi di Stanford dengan mempelajari
permainan sederhana. Dia menugaskan orang ke salah satu dari dua peran:
"tappers" atau "listeners."</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tappers menerima
daftar dua puluh lima lagu terkenal, seperti "<i>Happy Birthday to You</i>"
dan "<i>The Star-Spangled Banner</i>." Setiap tapper diminta untuk
memilih lagu dan mengetuk ritme kepada seorang pendengar (dengan menabuh atau mengetuk
di atas meja). Tugas pendengar adalah menebak lagu berdasarkan ritme yang
ditabuhkan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tugas pendengar dalam
permainan ini cukup sulit. Selama eksperimen Newton, 120 lagu telah ditabuhkan.
Pendengar hanya berhasil menebak 2,5 persen dari lagu-lagu tersebut: 3 dari
120.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, inilah yang
membuat hasilnya layak untuk disertasi dalam bidang psikologi. Sebelum
pendengar menebak nama lagu, Newton meminta para tapper untuk memprediksi
peluang bahwa pendengar akan menebak dengan benar. Mereka memprediksi bahwa
peluangnya adalah 50 persen.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Nyatanya, para tapper hanya
berhasil menyampaikan pesan mereka 1 dari 40 kali, tetapi mereka berpikir bahwa
mereka berhasil menyampaikan pesan mereka 1 dari 2 kali. Mengapa?<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ketika seorang tapper
mengetuk, dia mendengar lagu itu di kepalanya. Cobalah sendiri—tabuhkan ritme
"The Star-Spangled Banner." Tidak mungkin untuk menghindari mendengar
melodi dalam pikiran Anda. Sementara itu, pendengar tidak dapat mendengar
melodi itu—yang mereka dengar hanyalah sejumlah ketukan yang terputus, seperti
semacam kode morse yang aneh.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam eksperimen ini,
para tapper terkejut dengan seberapa kerasnya pendengar bekerja untuk menangkap
melodi itu. Bukankah lagunya jelas? Ekspresi wajah para tapper, saat seorang
pendengar menebak "<i>Happy Birthday to You</i>" untuk "<i>The
Star-Spangled Banner</i>," sangat berharga: Bagaimana mungkin kamu begitu
bodoh?<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Menjadi seorang tapper
sulit. Masalahnya adalah para tapper telah diberi pengetahuan (judul lagu) yang
membuatnya mustahil bagi mereka untuk membayangkan bagaimana rasanya tidak
memiliki pengetahuan itu. Ketika mereka mengetuk, mereka tidak dapat membayangkan
bagaimana pendengar mendengar ketukan yang terisolasi daripada lagu. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini adalah *Kutukan
Pengetahuan* (Curse of Knowledge). Setelah kita tahu sesuatu, kita merasa sulit
membayangkan bagaimana rasanya tidak tahu itu. Pengetahuan kita telah
"mengutuk" kita. Dan menjadikan kita kesulitan untuk berbagi
pengetahuan kita dengan orang lain, karena kita tidak dapat dengan mudah
menciptakan kembali keadaan pikiran pendengar kita.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Contoh dari
"Kutukan Pengetahuan" bisa dilihat dalam situasi sehari-hari,
misalnya dalam konteks seorang ahli komputer yang mencoba menjelaskan cara
kerja komputer kepada seseorang yang tidak memiliki latar belakang di bidang
teknologi. Ahli komputer tersebut mungkin menjelaskan dengan menggunakan
istilah-istilah teknis seperti "CPU," "RAM," atau
"sistem operasi," menganggap bahwa konsep-konsep ini mudah dipahami. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, bagi seseorang
yang tidak familiar dengan teknologi, istilah-istilah ini mungkin terdengar
asing dan membingungkan. Ahli komputer tersebut mungkin kesulitan memahami
mengapa penjelasannya tidak mudah dimengerti. Padahal, menurut dia, pengetahuan
tersebut sudah menjadi hal yang sangat mendasar dan jelas.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam kasus ini, ahli
komputer tersebut "terkutuk" oleh pengetahuannya sendiri. Dia tidak
mampu mengingat atau membayangkan bagaimana rasanya tidak memiliki pengetahuan
tentang teknologi komputer. Akibatnya, dia kesulitan menyampaikan pengetahuannya
kepada orang lain yang tidak memiliki latar belakang yang sama, membuat
komunikasi menjadi tidak efektif. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini menunjukkan betapa
pentingnya untuk selalu mengingat bahwa apa yang tampak jelas bagi seseorang
mungkin tidak jelas bagi orang lain, dan pentingnya mengadaptasi cara kita
menjelaskan sesuatu agar sesuai dengan tingkat pemahaman audiens kita.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Eksperimen tappers dan
listeners ini terjadi setiap hari di dunia nyata. Ketika CEO membahas
"membuka nilai bagi pemegang saham" (unlocking shareholder value),
ada pemahaman dalam pikirannya yang tidak terdengar oleh karyawan. Unlocking
shareholder value merujuk pada serangkaian strategi atau keputusan manajemen
yang bertujuan untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham suatu perusahaan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini berarti membuat
perusahaan lebih bernilai di mata investor dan pemegang saham, yang sering kali
diukur melalui kenaikan harga saham, pembagian dividen yang lebih tinggi, atau
peningkatan kesehatan keuangan perusahaan secara umum.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Saat seorang CEO
berbicara tentang "membuka nilai bagi pemegang saham," ia menggunakan
istilah dan konsep yang sangat familiar baginya dan mungkin bagi orang-orang di
lingkungan bisnis tingkat atas. CEO tersebut memiliki pemahaman mendalam tentang
strategi bisnis, keuangan, dan pasar saham yang membentuk latar belakang
pemikirannya saat ia menggunakan istilah tersebut.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, bagi karyawan
yang tidak memiliki latar belakang atau pengetahuan dalam keuangan korporat
atau strategi pasar saham, istilah "membuka nilai bagi pemegang
saham" mungkin tidak memiliki arti yang jelas. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Mereka mungkin tidak
memahami bagaimana strategi bisnis tertentu dapat meningkatkan nilai saham
perusahaan atau apa dampaknya terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Karyawan mungkin lebih fokus pada aspek pekerjaan sehari-hari mereka dan
mungkin tidak terbiasa dengan jargon keuangan atau strategis yang digunakan di
tingkat manajemen atas. Masalah ini sulit dihindari, karena sebagai CEO dengan
pengalaman bertahun-tahun dalam bisnis, dia mungkin tidak bisa
"melupakan" pengetahuannya. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam situasi ini,
CEO, yang "terkutuk" oleh pengetahuannya sendiri, mungkin tidak
menyadari bahwa penggunaan istilah spesifik tersebut tidak efektif dalam
berkomunikasi dengan karyawan yang tidak memiliki latar belakang yang sama.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ada dua cara untuk
mengatasi Kutukan Pengetahuan: tidak belajar sama sekali atau mengubah cara
kita menyampaikan ide. Cara pertama, membuat kita tidak tahu apa-apa. Cara
kedua menuntut kita menyesuaikan bahasa dan penjelasan untuk memastikan bahwa
semua audiens, terlepas dari tingkat pengetahuan mereka, dapat memahami konsep
yang disampaikan. Kita harus mencoba berpikir seperti orang yang tidak tahu apa
yang kita tahu. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kita perlu menjelaskan
hal-hal dengan cara yang lebih sederhana dan tidak menganggap bahwa orang lain
mengerti apa yang kita bicarakan. Dengan cara ini, kita bisa membantu orang
lain mengerti dan belajar lebih baik, dan kita juga bisa membuka pikiran kita
sendiri untuk ide-ide baru.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Masalah ini sulit
dihindari. Seorang CEO dengan pengalaman bertahun-tahun dalam bisnis mungkin
tidak bisa "melupakan" pengetahuannya. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ada dua cara untuk
mengatasi Kutukan Pengetahuan: tidak belajar sama sekali atau mengubah cara
kita menyampaikan ide.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Buku ini akan
mengajarkan cara mengubah ide untuk mengatasi Kutukan Pengetahuan. Ada enam
prinsip yang bisa dijadikan panduan. Contohnya, pernyataan CEO untuk
"memaksimalkan nilai bagi pemegang saham" mungkin sederhana, tapi
kurang praktis dan tidak menarik. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tahun 1961, John F.
Kennedy menyerukan agar "menempatkan seorang pria di bulan dan
mengembalikannya dengan selamat sebelum akhir dekade." Ini sederhana,
mengejutkan, konkret, kredibel, emosional, dan seperti sebuah cerita.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam konteks ini,
Kennedy tidak menempatkan dirinya sebagai CEO. Seandainya JFK adalah CEO,
mungkin dia akan berkata, "Misi kami adalah menjadi pemimpin internasional
di industri antariksa melalui inovasi yang berpusat pada tim dan inisiatif
antariksa yang ditargetkan secara strategis."<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Untungnya, JFK lebih
intuitif daripada CEO modern; dia tahu bahwa misi yang abstrak dan tidak jelas
tidak akan memikat dan menginspirasi orang. Misi ke bulan adalah contoh
bagaimana seorang komunikator menghindari Kutukan Pengetahuan. Ini adalah ide
yang brilian dan indah yang memotivasi jutaan orang selama satu dekade.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">REFERENSI</p><p class="MsoNormal"><span style="color: #374151; font-family: Söhne, ui-sans-serif, system-ui, -apple-system, "Segoe UI", Roboto, Ubuntu, Cantarell, "Noto Sans", sans-serif, "Helvetica Neue", Arial, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol", "Noto Color Emoji"; font-size: 20px; white-space-collapse: preserve;">Heath, C., & Heath, D. (2007). </span><em style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(69,89,164,.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border: 0px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box; color: #374151; font-family: Söhne, ui-sans-serif, system-ui, -apple-system, "Segoe UI", Roboto, Ubuntu, Cantarell, "Noto Sans", sans-serif, "Helvetica Neue", Arial, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol", "Noto Color Emoji"; font-size: 20px; white-space-collapse: preserve;">Made to Stick: Why Some Ideas Survive and Others Die</em><span style="color: #374151; font-family: Söhne, ui-sans-serif, system-ui, -apple-system, "Segoe UI", Roboto, Ubuntu, Cantarell, "Noto Sans", sans-serif, "Helvetica Neue", Arial, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol", "Noto Color Emoji"; font-size: 20px; white-space-collapse: preserve;">. Random House.</span></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-21695756767439403612024-01-23T13:03:00.000-08:002024-01-23T13:03:02.783-08:00 BALLMER<p><br /></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl9gasRZ-HkSDfruMQL-UvxeEG3FE3W6zB8ieGboSnx7YPcrC6_lSINakcIrRYLHNeLCZ077mxsupE6l6iR6h0KGOhI6iN1_GN1r7IG7pM5pBh_Ku7UCx-b_39dfOLLrYKKBdm8e6gpOOAZwLaBfZQT-CNc0-IAjEqeYzyQgKTjWQnzimr9qJwOe5UClFD/s1600/BALMER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1106" data-original-width="1600" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl9gasRZ-HkSDfruMQL-UvxeEG3FE3W6zB8ieGboSnx7YPcrC6_lSINakcIrRYLHNeLCZ077mxsupE6l6iR6h0KGOhI6iN1_GN1r7IG7pM5pBh_Ku7UCx-b_39dfOLLrYKKBdm8e6gpOOAZwLaBfZQT-CNc0-IAjEqeYzyQgKTjWQnzimr9qJwOe5UClFD/s320/BALMER.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p>
<p class="MsoNormal">Steve Ballmer adalah CEO Microsoft dari tahun 2000 hingga
2014. Ballmer mengambil alih kepemimpinan Microsoft dari Bill Gates pada
Januari 2000. Pada saat itu, Microsoft adalah pemimpin yang tak tertandingi di
industri perangkat lunak dengan produk-produk seperti Windows dan Office.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Di bawah kepemimpinan Ballmer, Microsoft mencoba
mengadaptasi diri dengan perubahan cepat di industri teknologi. Era Ballmer
mencakup beberapa keputusan strategis yang penting, namun kadang kontroversial.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ballmer terus memfokuskan Microsoft pada Windows dan Office,
sumber utama pendapatan perusahaan. Namun, ini juga berarti bahwa Microsoft
terkadang lambat bereaksi terhadap tren baru di industri teknologi, seperti
kebangkitan smartphone dan media sosial.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Microsoft meluncurkan produk-produk baru di bawah Ballmer,
termasuk Xbox, Bing, dan Azure. Xbox menjadi sukses besar, sedangkan Bing dan
Azure mengalami tantangan lebih dalam bersaing dengan rival seperti Google dan
Amazon.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Microsoft di bawah Ballmer juga dikenal karena tindakan
kerasnya terhadap pesaing. Misalnya, perusahaan berusaha menantang dominasi
iPod Apple dengan Zune, yang akhirnya gagal menarik minat pasar.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Meski Microsoft tetap mengalami pertumbuhan finansial di
bawah Ballmer, perusahaan ini menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan
perubahan lanskap teknologi, terutama dalam hal mobile dan cloud computing.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Di bawah Ballmer, Microsoft gagal menangkap tren penting di
industri, terutama di bidang mobile dan media sosial. Keterlambatan memasuki
pasar smartphone, dengan Windows Phone, dan kegagalan untuk bersaing secara
efektif dengan Apple dan Google di area ini, adalah titik kritis.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pada 2013, Ballmer mengumumkan rencananya untuk pensiun
sebagai CEO Microsoft, dan pada 2014, ia digantikan oleh Satya Nadella.
Pergantian ini membawa perubahan signifikan dalam strategi dan budaya
perusahaan, dengan fokus yang lebih besar pada cloud computing, kecerdasan
buatan, dan kolaborasi produk.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Salah satu praktik kontroversial yang diperkenalkan oleh
Ballmer adalah sistem 'stack ranking'. Sistem ini merupakan bagian dari model
manajemen sumber daya manusia di perusahaan tersebut, yang bertujuan untuk
menilai kinerja karyawan secara periodik.
Dalam sistem ini, karyawan dinilai dan dibandingkan satu sama lain.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Karyawan diberi peringkat relatif terhadap rekan-rekan
mereka, dengan sebagian kecil dari karyawan di puncak peringkat, sebagian besar
di tengah, dan sebagian kecil di bagian bawah. Karyawan yang mendapatkan nilai bagus
menempati posisi di atas dan mendapatkan imbalan, sedangkan karyawan yang
berada di bagian bawah peringkat sering kali menghadapi konsekuensi negatif,
termasuk pemecatan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kebijakan ini mungkin dimaksudkan untuk memacu kompetisi
sehat. Meskipun dimaksudkan untuk
mendorong kinerja, pada praktiknya, kebijakan ini dikritik karena merusak kerja
tim dan moral karyawan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ia menciptakan lingkungan kerja yang toxic. Karyawan menjadi
lebih fokus pada bagaimana mengungguli rekan kerja daripada bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Akibatnya, lingkungan kerja berubah menjadi arena
pertarungan, di mana kesuksesan individu dicapai dengan mengorbankan orang
lain.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Menurut beberapa laporan, sistem ini menciptakan lingkungan
kerja yang toxic dan menghambat inovasi karena karyawan lebih fokus pada
persaingan internal daripada kolaborasi dan inovasi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kebijakan 'stack ranking' dikatakan berkontribusi pada
kegagalan Microsoft dalam mengembangkan produk-produk inovatif baru. Ada kesan
bahwa perusahaan menjadi lebih berkonsentrasi pada menjaga keberhasilan produk
yang sudah ada daripada mengambil risiko dengan ide-ide baru.</p><p></p><p class="MsoNormal">Masa kepemimpinan Steve Ballmer di Microsoft mengajarkan
kita tentang dampak mendalam dari kebijakan dan praktik manajemen dalam
membentuk budaya organisasi dan persepsi karyawan. Era kepemimpinan Steve
Ballmer di Microsoft merupakan suatu periode di mana kebijakan yang diadopsi
tidak hanya merusak kepercayaan internal tapi juga menanamkan sikap sinisme di
antara karyawan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kebijakan dan praktik yang diterapkan di tempat kerja
memiliki dampak signifikan terhadap budaya organisasi dan persepsi karyawan. Dalam
konteks ini, adalah penting membangun kepercayaan dan menghindari pembentukan
budaya kerja yang toxic. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kebijakan seperti 'stack ranking', yang dimaksudkan untuk
mendorong kinerja melalui persaingan, sebenarnya menciptakan lingkungan yang
merusak semangat tim dan menghambat kolaborasi serta inovasi. Hal ini
mengungkapkan betapa kerusakan moral dan kepercayaan internal dapat berdampak
negatif pada kinerja dan pertumbuhan perusahaan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dari sudut pandang praktis, era Ballmer menunjukkan
pentingnya manajemen kinerja yang seimbang dan berorientasi pada pertumbuhan.
Ini menggarisbawahi kebutuhan untuk fleksibilitas dan adaptasi dalam merespons
perubahan tren pasar, seperti yang terlihat dari lambatnya Microsoft dalam
mengadopsi inovasi di era mobile dan media sosial. Juga terlihat bahwa fokus
pada inovasi dan kemauan untuk bereksplorasi di luar zona nyaman merupakan
kunci untuk tetap relevan di pasar yang kompetitif.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pergantian kepemimpinan dari Ballmer ke Satya Nadella
membawa perubahan dalam strategi dan budaya perusahaan, menggambarkan betapa
pentingnya kepemimpinan yang mendukung kolaborasi dan inovasi, bukan kompetisi
internal. Kepemimpinan yang inklusif dan mendorong kerja tim ternyata lebih
efektif dalam mencapai tujuan bersama dan memastikan kesejahteraan karyawan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Masa kepemimpinan Ballmer di Microsoft memberikan pelajaran
berharga tentang bagaimana kebijakan dan praktik di tempat kerja dapat
mempengaruhi tidak hanya hasil perusahaan tetapi juga kesejahteraan dan
motivasi karyawan. Hal ini menjadi peringatan bagi organisasi lain untuk
merancang kebijakan dan praktik yang mendukung kepercayaan, kerja sama, dan
inovasi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">REFERENSI<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Zaki, J. (2023). Don’t Let Cynicism Undermine Your
Workplace. Dalam HBR’s 10 Must Reads On Trust. Harvard Business Review Press.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-34935135729070636182024-01-13T05:27:00.000-08:002024-01-13T05:27:22.442-08:00*PIL PAHIT*<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2d2WJ6rKIPTVloCh3AF3F6tVmXQcZ0as_9ENGk87Bcp1JnUR8uLnCHpJ_A1f33-AAf1dLMlyq09_ESxKKGpktueLoDl2YDfdYgyIDhYpq_pfrPjGfhKjN8eFYr9T1_Ww_Br78EW9R_I5jsMcoyVqeIg9SWvIXGMUedkPbWaZSLNHr9nrx_7B3lTFj8EXM/s1000/The%20Greatest%20Gatsby.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1000" data-original-width="656" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2d2WJ6rKIPTVloCh3AF3F6tVmXQcZ0as_9ENGk87Bcp1JnUR8uLnCHpJ_A1f33-AAf1dLMlyq09_ESxKKGpktueLoDl2YDfdYgyIDhYpq_pfrPjGfhKjN8eFYr9T1_Ww_Br78EW9R_I5jsMcoyVqeIg9SWvIXGMUedkPbWaZSLNHr9nrx_7B3lTFj8EXM/s320/The%20Greatest%20Gatsby.jpg" width="210" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pil pahit merupakan
sebuah metafora. Orang barat sering meggambarkannya sebagai <span lang="EN-US">pil pahit yang harus ditelan (<i>a bitter pill to swallow</i>). Istilah itu
berasal dari praktik medis di mana pil sering kali tidak dilapisi dan memiliki
rasa yang sangat pahit. Hal ini terutama berlaku untuk pil yang mengandung
quinine dari kulit pohon cinchona, yang efektif dalam mengobati malaria.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Karena rasa pahitnya, ekspresi ini kemudian
digunakan secara figuratif untuk menggambarkan situasi yang sulit atau tidak
menyenangkan yang harus diterima atau dihadapi. Sekarang istilah itu digunakan
secara luas untuk menggambarkan pengalaman atau berita yang tidak menyenangkan,
tetapi harus diterima. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Asal-usul frasa ini mengingatkan kita bahwa
dalam kehidupan, terkadang ada situasi yang sulit atau pahit yang harus
dihadapi, mirip dengan pengalaman menelan pil yang pahit di masa lalu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal">Dalam konteks sosial
dan pribadi, "pil pahit" ini dapat berupa kegagalan, kehilangan, atau
kekecewaan yang mendalam. Namun, kemampuan untuk "menelan pil pahit"
ini sering kali menjadi titik balik untuk introspeksi, ketahanan, dan akhir
kebijaksanaan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Metafora "pil
pahit" mengajarkan kita untuk menerima realitas yang sulit, belajar
darinya, dan bergerak maju dengan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan.
Ini adalah pengingat bahwa kesulitan sering kali membuka jalan bagi pertumbuhan
pribadi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri dan dunia di sekitar
kita.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam novel "The
Great Gatsby" karya F. Scott Fitzgerald (terbit tahun 1925), tokoh utama,
Jay Gatsby, harus menelan pil pahit ketika dia mengetahui bahwa cintanya, Daisy
Buchanan, telah menikah dengan orang lain. Pada tahun 2013, novel ini diangkat
menjadi film drama romansa 3D tahun 2013. Film ini ditulis dan disutradarai Baz
Luhrmann dan dibintangi Leonardo DiCaprio, Tobey Maguire, Carey Mulligan, dan
Joel Edgerton.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">_The Great Gatsby_ menceritakan
kisah cinta yang tragis antara Jay Gatsby, seorang jutawan misterius, dan Daisy
Buchanan, seorang wanita bangsawan yang sudah menikah. Novel ini berlatar di
Long Island, New York, pada tahun 1920-an, era Jazz Age yang ditandai dengan
kemakmuran dan hedonisme.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Narator novel ini
adalah Nick Carraway, seorang penulis iklan yang baru pindah ke Long Island.
Nick berteman dengan Gatsby, yang tinggal di rumah mewah di West Egg. Gatsby
mengadakan pesta-pesta mewah yang selalu dipadati oleh orang-orang kaya dan
terkenal. Nick mulai penasaran dengan Gatsby dan mulai mencari tahu tentang
masa lalunya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Gatsby berasal dari
keluarga miskin di Midwest. Dia jatuh cinta pada Daisy Buchanan ketika mereka
masih muda, tetapi mereka terpaksa berpisah karena perbedaan kelas. Gatsby
bertekad untuk menjadi kaya dan sukses sehingga dia bisa merebut kembali cinta
Daisy. Dia bekerja keras dan akhirnya menjadi jutawan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Gatsby akhirnya
bertemu kembali dengan Daisy, tetapi dia mengetahui bahwa Daisy sudah menikah
dengan Tom Buchanan, seorang pria kaya dan kasar. Daisy masih mencintai Gatsby,
tetapi dia takut untuk meninggalkan Tom. Gatsby dan Daisy mulai berselingkuh,
tetapi hubungan mereka tidak bisa bertahan lama.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ketika Tom mengetahui
perselingkuhan Daisy, dia marah dan mengancam untuk menghancurkan Gatsby.
Gatsby dan Daisy akhirnya menyadari bahwa mereka tidak bisa bersama. Gatsby
dibunuh oleh George Wilson, suami Myrtle Wilson, seorang pelacur yang dicintai
Tom. Daisy melarikan diri bersama Tom, meninggalkan Nick sendirian di Long
Island.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kisah "The Great
Gatsby" adalah tentang penerimaan realitas yang menyakitkan dan pentingnya
memahami batasan dari apa yang bisa kita kontrol dalam hidup. Jay Gatsby harus
menerima kenyataan pahit bahwa cinta yang ia perjuangkan, Daisy Buchanan, tidak
bisa bersamanya. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini mengajarkan kita
bahwa terkadang, tidak peduli seberapa keras kita berusaha, beberapa hal dalam hidup
tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Selain itu, novel ini juga
mengajarkan tentang bahaya mengidolakan masa lalu dan kegagalan dalam
melepaskan diri dari kenangan yang tidak lagi relevan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Gatsby terjebak dalam
ilusi tentang masa lalu yang ideal, yang akhirnya membawanya ke kehancuran.
Kisahnya mengingatkan kita untuk hidup di masa kini dan menerima kenyataan
dengan apa adanya, daripada terjebak dalam impian yang tidak mungkin terwujud.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-52184705064592279612024-01-10T15:34:00.000-08:002024-01-10T15:34:19.178-08:00MENGAJARKAN KEINGINAN<p> </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwW1h1TKDuVCV894DSX-kafk2z_el7mzP6OGjcT5g21-gpnwyw6mtNrSLNAZ-iUuB0NEmlT5ONeeYM6NS3U2Q' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /><i><br /></i><p></p><p><i>Jika Anda ingin
membangun sebuah kapal, jangan hanya menyuruh orang untuk mengumpulkan kayu,
membagi tugas, dan memberi perintah. Sebaliknya, ajarkan mereka untuk
merindukan lautan yang luas dan tak berujung</i>.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal">Antoine de
Saint-Exupéry, lahir pada 29 Juni 1900 di Lyon, Prancis, adalah seorang penulis
dan pilot Prancis yang terkenal dengan karyanya _"<i>Le Petit Prince"</i>_
(Sang Pangeran Kecil). </p><p class="MsoNormal">Pada tahun 1931, ia menikahi Consuelo Suncin dan
mengalami kecelakaan di gurun Libya pada 1935. Musibah ini menginspirasinya
untuk menulis buku "Wind, Sand and Stars" (Terre des Hommes).<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Otobiografi yang
kemudian terpilih sebagai pemenang National Book Award menggambarkan tentang keajaiban
terbang. Buku ini menawarkan narasi menarik tentang petualangan udara,
dikombinasikan dengan prosa lirik dan semangat seorang filsuf, menjadikannya
salah satu karya paling populer yang pernah ditulis tentang penerbangan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Salah satu
pernyataannya yang terkenal adalah_jika Anda ingin membangun sebuah kapal,
jangan hanya menyuruh orang untuk mengumpulkan kayu, membagi tugas, dan memberi
perintah. Sebaliknya, ajarkan mereka untuk merindukan lautan yang luas dan tak
berujung_.<span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Antoine de Saint-Exupéry menekankan peran
penting inspirasi dan motivasi dalam kepemimpinan, terutama dalam konteks
pembangunan kapal. Alih-alih hanya memberikan tugas teknis seperti mengumpulkan
kayu atau membagi pekerjaan, ia menyarankan agar mengajarkan tim untuk
merindukan laut yang luas dan tak berbatas. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Pendekatan Saint-Exupéry menunjukkan bahwa
dalam kepemimpinan, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu dapat lebih
berharga daripada sekadar menyampaikan pengetahuan atau keterampilan.</span><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam konteks ini,
Saint-Exupéry menekankan pentingnya menginspirasi tim dengan visi yang lebih
besar dan bermakna. Ini tentang menciptakan keinginan yang mendalam dan
kecintaan pada tujuan akhir yang akan mendorong tim untuk lebih berdedikasi dan
inovatif dalam pekerjaan mereka. </p><p class="MsoNormal">Seorang pemimpin yang mampu menumbuhkan hasrat
akan laut, dalam metafora ini, akan lebih berhasil dalam membangun kapal yang
kuat dan efisien daripada yang hanya memberi perintah.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pendekatan
kepemimpinan seperti ini memerlukan pemahaman mendalam tentang apa yang
memotivasi dan menggerakkan orang. Ini bukan tentang memaksakan tujuan, tetapi
tentang menumbuhkan keinginan alami untuk mencapai sesuatu yang luar biasa. </p><p class="MsoNormal">Kepemimpinan yang menginspirasi membuka jalan bagi eksplorasi, kreativitas, dan
komitmen yang lebih besar dari tim, karena mereka merasa terhubung secara
emosional dengan tujuan yang mereka kejar.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, menginspirasi
tim dengan visi yang luas tidak berarti mengabaikan aspek teknis atau
organisasi dalam proyek. Sebaliknya, inspirasi harus berjalan seiring dengan
arahan dan bimbingan yang jelas tentang bagaimana mencapai tujuan tersebut.
Keseimbangan antara memberi inspirasi dan memberi arahan merupakan kunci dari
kepemimpinan yang efektif.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-66890145238186354672024-01-08T15:14:00.000-08:002024-01-08T15:14:41.246-08:00TIM YANG SUKSES<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dxg6EmuXHSDq1f-SqjwqowPoHXfehBQt0a8mAugXi1H-t9Ul5ZecTeY63fltvcR4SUxouH8LvI1BbN9wT31TA' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /> <p></p><p class="MsoNormal">JAM 6 TENG<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">*TRUST*</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">A team is not a group
of people that work together. A team is a group of people that trust each other<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Simon Sinek<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Sebuah tim bukan sekadar kumpulan orang
yang bekerja bersama, melainkan sekelompok individu yang saling percaya,
menghormati, dan peduli satu sama lain. Apa yang dikatakan Sinek </span>menawarkan perspektif yang lebih dalam tentang
esensi sebenarnya dari sebuah tim. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pendekatan ini
menunjukkan bahwa fondasi utama sebuah tim yang sukses adalah kepercayaan dan
rasa saling menghargai di antara anggotanya. Intinya adalah sebuah tim yang
efektif bukanlah semata-mata kolaborasi kerja, melainkan kepercayaan mutual
antar anggota<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pentingnya kepercayaan
dalam sebuah tim tidak bisa diabaikan. Tanpa kepercayaan, kolaborasi hanya
berjalan di permukaan dan seringkali tidak mampu menghasilkan sinergi yang
sebenarnya. Kepercayaan memungkinkan anggota tim untuk bekerja secara terbuka,
saling mendukung, dan berbagi ide tanpa rasa takut atau curiga. Hal ini
menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif untuk inovasi dan kreativitas.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Namun, membangun dan
mempertahankan kepercayaan dalam tim bukanlah tugas yang mudah. Kepercayaan
membutuhkan waktu untuk tumbuh dan sangat bergantung pada interaksi serta
komunikasi yang jujur dan transparan di antara anggota tim. Ini juga menuntut
pemimpin yang dapat menjadi contoh dan mendorong budaya kepercayaan dalam tim.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Di sisi lain,
ketiadaan kepercayaan dapat mengarah pada berbagai masalah seperti konflik
internal, penurunan produktivitas, dan bahkan sabotase. Ketika anggota tim
tidak percaya satu sama lain atau kepada pimpinannya, mereka cenderung bekerja
secara individualistik dan kehilangan fokus pada tujuan bersama.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Dalam praktiknya,
mengembangkan tim yang berlandaskan pada kepercayaan memerlukan upaya yang
berkelanjutan dan konsisten. Ini termasuk mendorong komunikasi yang terbuka,
menghargai kontribusi setiap individu, dan menangani konflik dengan cara yang
konstruktif. Oleh karena itu, pemahaman bahwa tim yang kuat dibangun atas dasar
kepercayaan harus menjadi prinsip dasar dalam setiap organisasi atau perusahaan
yang ingin mencapai kesuksesan jangka panjang.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Simon Sinek adalah
seorang penulis, pembicara, dan konsultan bisnis asal Inggris-Amerika. Dia
dikenal dengan konsep "Golden Circle", yang menggarisbawahi
pentingnya memahami "Mengapa" di balik apa yang Anda lakukan, sebelum
"Bagaimana" dan "Apa".<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Sinek lahir di
Wimbledon, London, pada tahun 1973. Dia lulus dari Universitas Brandeis dengan
gelar di bidang sejarah dan studi Amerika. Setelah lulus, dia bekerja sebagai
copywriter di agen periklanan New York, Euro RSCG dan Ogilvy & Mather.<o:p></o:p></p><p>
</p><p class="MsoNormal">Pada tahun 2009, Sinek
merilis buku pertamanya, "Start with Why: How Great Leaders Inspire
Everyone to Take Action". Buku ini menjadi bestseller internasional dan
memicu gerakan untuk mendorong orang untuk memahami "Mengapa" di
balik apa yang mereka lakukan.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-22702644319213067392024-01-06T15:27:00.000-08:002024-01-06T15:27:11.656-08:00MAYA ANGELOU<p> </p><p><br /></p><p><i></i></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMMQCB4oIFW0E0XF2G2dEocbz4GIPPYS6_MVzwVIrrf2FBsSOyHlUW_CxPRSFqctzhGvhCPWsA85foq_ltFABHYou1Ke4Rf4-wJF8nMK8yDW43mUjSxVaJj0nJtTWwWiAY-FgviX5JcV0L0a8I89_DZRQSF0Y4o9Tv1jBvlUH1sj7TE6BfAPgKnprTP2E9/s1188/Maya%20Angelou.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="624" data-original-width="1188" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMMQCB4oIFW0E0XF2G2dEocbz4GIPPYS6_MVzwVIrrf2FBsSOyHlUW_CxPRSFqctzhGvhCPWsA85foq_ltFABHYou1Ke4Rf4-wJF8nMK8yDW43mUjSxVaJj0nJtTWwWiAY-FgviX5JcV0L0a8I89_DZRQSF0Y4o9Tv1jBvlUH1sj7TE6BfAPgKnprTP2E9/s320/Maya%20Angelou.jpg" width="320" /></a></i></div><i><br />A bird does not sing
because it has an answer. It sings because it has a song</i><p></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">"Seekor burung
tidak bernyanyi karena ia memiliki jawaban. Ia bernyanyi karena ia memiliki
sebuah lagu."<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">MAYA ANGELOU<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Maya Angelou adalah
seorang penulis, penyair, dan aktivis hak sipil Amerika yang terkenal. Lahir
pada 4 April 1928 di St. Louis, Missouri, dengan nama asli Marguerite Annie
Johnson, Angelou mengalami masa kecil yang penuh tantangan, termasuk rasisme,
pelecehan seksual, dan trauma yang menyebabkan dia menjadi bisu selama beberapa
tahun.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ungkapan <i>A bird does
not sing because it has an answer. It sings because it has a song</i> sangat populer di kalangan penggiat kesetaraan. Ungkapan itu adalah metafora tentang
pentingnya mengekspresikan diri dengan bebas, tanpa tekanan untuk selalu
memberikan jawaban atau mencapai sesuatu yang spesifik. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini seperti
mengingatkan bahwa dalam membuat karya seni atau saat berkreasi, tidak selalu
harus ada alasan atau tujuan yang jelas; kadang-kadang, melakukan sesuatu hanya
karena ingin melakukannya adalah alasan yang cukup.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ungkapan ini juga
menekankan keunikan setiap individu. Seperti burung yang memiliki lagunya
masing-masing, setiap orang memiliki cara unik dalam mengekspresikan diri. Hal
ini menggarisbawahi pentingnya menghargai dan merayakan perbedaan, serta
menyadari bahwa tidak semua orang harus berkontribusi atau berekspresi dengan
cara yang sama.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Di sisi lain, ungkapan
ini juga mengajak individu untuk merenungkan dan mengeksplorasi diri sendiri.
Ini adalah tantangan untuk menemukan apa yang benar-benar membuat seseorang
bersemangat dan apa yang ingin mereka bagi dengan dunia, menemukan 'lagu' mereka
sendiri di tengah banyaknya suara dan hiruk pikuk kehidupan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Angelou, seorang
perempuan yang lahir di tengah pergolakan zaman, merangkai perjalanan hidupnya
dengan benang-benang peristiwa yang keras namun berwarna. Di lembah kelam
rasisme dan diskriminasi yang membayangi masa kecilnya di Amerika Selatan, ia
bertumbuh, berakar dalam ketidakadilan yang mendalam. Sebagai wanita
Afrika-Amerika, ia berjalan di atas jembatan yang goyang antara warna kulit dan
gender, tempat setiap langkahnya diwarnai prasangka dan hambatan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tragedi yang mencekam
mengejarnya sejak usia muda, saat ia menjadi korban kekerasan seksual oleh
pacar ibunya. Luka itu bukan hanya mengiris tubuhnya, tapi juga menjalar ke
jiwa, membungkam suaranya selama bertahun-tahun dalam kebisuan yang
menyakitkan. Angelou, yang percaya bahwa suaranya telah memicu tragedi yang
lebih besar, memilih untuk menenggelamkan kata-katanya dalam lautan kesunyian.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam melintasi padang
gurun kesulitan ekonomi sebagai ibu tunggal, Angelou menyulam kehidupannya
dengan seribu satu pekerjaan. Dari pelayan hingga penari, setiap pekerjaan yang
ia lakoni bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga menjadi medan tempa kekuatan
dan ketahanannya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sebagai penulis dan
aktivis, Angelou sering menemui tembok penghalang. Industri yang didominasi
oleh orang kulit putih dan laki-laki membuat jalan yang ia tempuh menjadi lebih
berliku dan menantang. Namun, dengan tekad yang tak kunjung padam, ia terus merangkak,
mendaki, bahkan menerobos hambatan tersebut.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kritik dan penolakan
pun seringkali menghampiri karya dan pandangannya. Namun, sebagaimana batu yang
terkikis menjadi patung yang indah, setiap kritik dan penolakan itu hanya
menempa Angelou menjadi lebih kuat dan teguh. Dari setiap cobaan dan kesulitan,
ia menemukan benih-benih inspirasi dan motivasi yang ia taburkan dalam
karyanya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Maya Angelou, dengan
segala pergulatan dan tantangan yang ia hadapi, tak pernah berhenti tumbuh dan
berkembang. Setiap pengalaman pahitnya bertransformasi menjadi sumber inspirasi
yang ia bagikan kepada dunia. Melalui kata-kata dan tindakannya, ia mengajarkan
tentang kekuatan untuk bangkit, berbicara, dan membuat perubahan. Dalam setiap
lembar karyanya, terukir pelajaran bahwa di balik setiap kesulitan, terdapat
kekuatan dan motivasi untuk terus bergerak maju.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-13809112189686685292024-01-05T15:35:00.000-08:002024-01-05T15:35:01.329-08:00*RAHASIA KEBERUNTUNGAN DALAM PERSPEKTIF KRITIS*<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM3Z2hPw7FUi-ag54G8_o5Fk-KcLDKQXL53eUL-F1SPhDH73n8MXtUBa3ksnw1a0pXCQDsNzv3X3N7_3DLIPkJ0NC-bsWFeYlryX9ASBjFE8WbkghyRWRcujVSklBZtkuoIrJxTCG5vkz4BjpDMrQ_lbvwvtnaYLLhUMYCjtGty-uafvDFufWQep3NZLey/s3840/RAHASIA%20KEBERUNTUNGAN.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2160" data-original-width="3840" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM3Z2hPw7FUi-ag54G8_o5Fk-KcLDKQXL53eUL-F1SPhDH73n8MXtUBa3ksnw1a0pXCQDsNzv3X3N7_3DLIPkJ0NC-bsWFeYlryX9ASBjFE8WbkghyRWRcujVSklBZtkuoIrJxTCG5vkz4BjpDMrQ_lbvwvtnaYLLhUMYCjtGty-uafvDFufWQep3NZLey/s320/RAHASIA%20KEBERUNTUNGAN.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><i><span lang="EN-US">Rahasia keberuntungan adalah kebahagiaan
yang ada dalam genggaman kita</span></i><i><o:p></o:p></i></p><p class="MsoNormal">Ralph Waldo Emerson,
Self-Reliance and Other Essays<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Makna dari frase yang
diungkapkan Ralph Waldo Emerson adalah bahwa keberuntungan atau kesuksesan
tidak sepenuhnya bergantung pada faktor eksternal atau keberuntungan belaka,
melainkan lebih banyak terletak pada sikap dan tindakan kita sendiri. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ungkapan ini
menggarisbawahi pentingnya menemukan kebahagiaan dan kepuasan dalam diri
sendiri, bukan hanya mencari kebahagiaan dalam hal-hal luar atau pencapaian
material. Dengan kata lain, kebahagiaan dan keberuntungan bukan sesuatu yang
hanya terjadi pada kita atau yang kita tunggu datang, melainkan sesuatu yang
kita ciptakan dan bentuk melalui cara kita melihat dunia, bagaimana kita
merespons situasi, dan tindakan yang kita ambil. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ini menekankan
pentingnya kekuatan pribadi dan proaktivitas dalam menciptakan kehidupan yang
memuaskan dan bermakna.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Ralph Waldo Emerson
adalah seorang esais, penyair, dan pemimpin gerakan transendentalis Amerika
Serikat pada abad ke-19. Ia dikenal sebagai salah satu pemikir Amerika yang
paling berpengaruh dan karya-karyanya telah menginspirasi banyak orang di
seluruh dunia. Emerson lahir di Boston, Massachusetts pada tahun 1803. Ia lulus
dari Harvard College pada tahun 1821<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Seperti kita ketahui,
konsep "rahasia keberuntungan" sering diangkat sebagai mantra bagi
mereka yang mencari kesuksesan. Namun, seberapa sering kita berhenti dan
mempertanyakan apa sebenarnya yang tersembunyi di balik tirai glamor ini? <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Rahasia keberuntungan,
seringkali diinterpretasikan sebagai kombinasi kerja keras, integritas,
ketepatan waktu, dan serangkaian nilai mulia lainnya, tentu memegang peran
penting. Namun, apakah kisah-kisah sukses seperti Thomas Edison, Warren
Buffett, atau Oprah Winfrey memberikan gambaran yang lengkap dan realistis
tentang pencapaian kesuksesan?<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Pertama, kita harus
mengakui bahwa narasi keberuntungan sering kali disederhanakan menjadi cerita
yang rapi, di mana usaha keras dan nilai-nilai mulia selalu menghasilkan
ganjaran. Namun, realitas sering kali lebih rumit. Misalnya, Thomas Edison
tidak hanya terkenal karena kerja kerasnya, tetapi juga karena strategi
bisnisnya yang cerdas dan kadang kontroversial, serta pemanfaatan ide-ide dari
para peneliti lain.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Dalam lembaran sejarah
inovasi, kita menemukan Thomas Edison, penemu yang visioner. Ia, dengan lebih
dari 1.000 paten di namanya, hidup dengan filosofi "Genius adalah 1%
inspirasi dan 99% keringat." Cerita Edison tidak hanya tentang lampu yang menyala,
tapi tentang jam-jam tak terhitung yang dihabiskan dalam gelap, mencari cahaya
pengetahuan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Warren Buffett, di
sisi lain, memang dikenal dengan integritas dan kebijaksanaannya dalam
investasi. Namun, kesuksesannya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
waktu, lingkungan ekonomi, dan akses ke sumber daya yang tidak dimiliki oleh
banyak orang.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Dalam kehidupan, Warren
Buffett, raja dari dunia investasi, selalu berjuang menegakkan integritas sebagai
pilar kuat dalam setiap keputusan bisnisnya. Dia percaya bahwa tidur dengan
perasaan puas lebih berharga daripada bangun dengan penyesalan.
Keberhasilannya, lebih dari sekadar angka, adalah cerminan dari prinsip yang
tak tergoyahkan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Di panggung politik,
Angela Merkel mengajarkan kita tentang keindahan ketepatan waktu. Kanselir
Jerman yang disiplin ini menghormati waktu seperti menghormati janji,
menunjukkan bahwa setiap detik dalam kepemimpinan adalah berharga dan harus
dimanfaatkan dengan bijak.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Oprah Winfrey, meski
merupakan contoh luar biasa dari dampak sopan santun dan empati, juga harus
dinilai dalam konteks peluang dan tantangan unik yang ia hadapi sebagai seorang
wanita kulit hitam dalam industri media yang didominasi kulit putih.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Oprah Winfrey, ratu
media yang karismatik, membawa seni sopan santun ke dalam setiap percakapan.
Dengan gaya wawancaranya yang empatik, dia membuka hati jutaan orang,
membuktikan bahwa kehangatan dan penghargaan bisa lebih berdampak daripada
kata-kata yang paling cerdas sekalipun.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Di dunia yang terus
berubah, Bill Gates, sang pionir teknologi, tak pernah berhenti belajar. Dengan
setiap buku yang dibuka, dia mengembangkan wawasan yang lebih luas,
menggarisbawahi bahwa kecerdasan adalah tentang kemampuan untuk terus tumbuh
dan berkembang.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Steve Jobs, yang
filosofi hidupnya sejajar dengan desain revolusionernya, mengajarkan kita
tentang pentingnya mengenal diri sendiri. Dia percaya bahwa intuisi adalah
kompas paling akurat dalam menciptakan, sebuah pelajaran tentang bagaimana
keunikan diri dapat mengubah dunia.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Di tengah badai
perjuangan, Nelson Mandela berdiri sebagai simbol optimisme. Dengan harapan
yang tak pernah pudar, ia mengubah sebuah negara dan memberikan inspirasi bagi
dunia, membuktikan bahwa kekuatan positif bisa mengalahkan rintangan terbesar.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Dan akhirnya, kita
temukan Mother Teresa, yang dengan tulusnya membantu orang lain, menjadi
lambang kebaikan dan kemurahan hati. Kisah hidupnya mengingatkan kita bahwa
kebahagiaan sejati datang dari memberi tanpa mengharapkan kembali.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Melalui cerita-cerita
ini, kita diajak untuk merenung dan menerapkan nilai-nilai keberuntungan dalam
kehidupan kita. Dari Edison hingga Mother Teresa, setiap narasi mengajarkan
kita bukan hanya bagaimana mencapai kesuksesan, tetapi bagaimana menjadikan perjalanan
itu bermakna dan memuaskan.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Seringkali, dalam sebuah
narasi ada beberapa aspek seperti keberuntungan, warisan, dan kondisi
sosial-ekonomi yang tidak cukup mendapat perhatian. Padahal, seperti kita
ketahui, di banyak kasus, kesuksesan seseorang juga dipengaruhi oleh latar
belakang keluarga, pendidikan, dan jaringan sosial yang ada sejak awal. Hal ini
membawa kita pada pertanyaan tentang meritokrasi dan seberapa jauh usaha
individu sebenarnya dapat membawa mereka.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Dalam menganalisis
"rahasia keberuntungan", kita juga harus mempertimbangkan faktor
keberuntungan itu sendiri. Berapa banyak kesuksesan yang sebenarnya adalah
hasil dari keadaan yang tepat pada waktu yang tepat, daripada hanya usaha keras
atau nilai pribadi?<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Kisah-kisah inspiratif
para tokoh terkenal memang menyediakan motivasi dan panduan yang berharga.
Namun, penting untuk menyadari bahwa jalan menuju kesuksesan sering kali tidak
linier dan dipenuhi dengan variabel yang tidak terduga. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">
</p><p class="MsoNormal">Memahami ini bukan
hanya membantu kita memandang perjalanan kita sendiri secara lebih realistis,
tetapi juga memberikan apresiasi yang lebih mendalam terhadap kompleksitas dan
keunikan setiap cerita sukses.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-65710590548210674382024-01-03T15:40:00.000-08:002024-01-03T15:40:40.683-08:00CRAZY DREAMS TAKE CRAZY EFFORT<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dxtEf-UxalgG8kkWbby0a0UPadsY_EYRxzjAzSwQhEJpz-FoCG3cuJD5WEw-yc1GZcZWUkZ5uB4crAck0O05w' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /><p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Mengejar mimpi besar sering kali
membutuhkan upaya yang luar biasa. Christopher Paul Gardner lahir pada 9
Februari 1954. Gardner mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam hidupnya
yang menjadikannya contoh nyata bagaimana seseorang bisa mengubah nasibnya
melalui usaha keras dan tekad yang kuat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal">Sebagai seorang
salesman, Gardner berjuang membesarkan anaknya setelah istrinya
meninggalkannya. Gardner memiliki impian untuk menjadi seorang pialang saham,
tetapi impiannya tersebut tampak mustahil karena ia tidak memiliki pendidikan
yang layak. Namun, Gardner tidak menyerah dan bekerja keras untuk mewujudkan
impiannya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Masa kecilnya tidak
mudah, diwarnai oleh ketidakhadiran ayah dan kekerasan dalam rumah tangga.
Namun, ibunya, Bettye Jean Gardner, menjadi sosok yang memberikan inspirasi dan
dorongan bagi Chris untuk percaya pada dirinya sendiri. Bettye Jean mengajarkan
kepadanya bahwa "Kamu hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri. Bantuan tak
akan datang." <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pengalaman-pengalaman
sulit ini membentuk tekad Chris untuk menjauhi segala bentuk kelemahan dan
ketidakbahagiaan di masa depan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Setelah mengabdikan
diri dalam Angkatan Laut Amerika Serikat dan menjalani pelatihan medis, Gardner
menghadapi dilema besar saat menyadari bahwa impian menjadi seorang dokter akan
menjadi sulit untuk diwujudkan. Namun, dengan tekad yang sama, dia mencari
peluang lain dan menemukan panggilan di dunia keuangan. Itu adalah pertemuan
dengan seorang pialang saham yang mengubah arah hidupnya secara dramatis.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Gardner tidak hanya
bekerja keras dalam program pelatihan pialang saham, tetapi dia juga harus
mengatasi masalah pribadi yang rumit. Dia menjadi ayah tunggal untuk anaknya,
Christopher Jarrett Gardner Jr., dan mengalami masa sulit sebagai gelandangan,
bahkan harus tidur di kantor dan tempat-tempat umum. Meskipun keadaan sulit,
dia tidak pernah menyerah.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kisah perjuangan
Gardner tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menjadi contoh nyata bahwa kita
semua memiliki kekuatan dalam diri kita untuk meraih impian kita, asalkan kita
memiliki tekad dan ketekunan yang kuat. Melalui ketekunan dan kerja kerasnya, Gardner
akhirnya mendirikan perusahaannya sendiri, Gardner Rich & Co, yang
merupakan prestasi luar biasa.<o:p></o:p></p>
<span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Kisah hidup Christopher Paul Gardner juga
menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia dan telah diabadikan dalam
film "The Pursuit of Happyness," yang diperankan oleh Will Smith.
Dalam pesan dan perjalanan hidupnya, kita belajar bahwa ketika kita memiliki
impian dan tekad yang kuat, tidak ada halangan yang tidak bisa kita atasi.
Christopher Paul Gardner adalah bukti hidup bahwa dengan tekad, kerja keras,
dan keyakinan pada diri sendiri, kita dapat meraih kebahagiaan dan sukses dalam
hidup kita</span>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-44390513418559889522024-01-02T14:45:00.000-08:002024-01-02T14:45:42.541-08:00 DISAGREE AND COMMIT - BERBEDA PENDAPAT TAPI SATU TUJUAN<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dzQyYspRu900YNdLwbi6a1g3i0TNIBX9lsWmU5wwi2tLy3Yvbyy848qqgSNgpAFjKbBSUTVUqMY3-rLuLYn9g' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /><i>Dalam dunia yang sering kali terbelah oleh
perbedaan, ada satu prinsip yang mendobrak tembok pemisah: *Disagree and commit*.
Pemikiran revolusioner ini bukan hanya mengubah cara kita berdiskusi, tapi juga
bagaimana kita bersatu demi mencapai tujuan bersama.</i><p></p>
<p class="MsoNormal">Di tengah dinamika
kerja tim yang sering kali diwarnai oleh perdebatan panjang dan melelahkan,
muncul sebuah prinsip yang menawarkan solusi efisien: _"Disagree and
commit"_ atau _"Setuju untuk tidak setuju dan berkomitmen"._
Prinsip ini bukan sekadar jargon, melainkan filosofi praktis yang mengajarkan
kita untuk menghargai proses pembelajaran dari ketidaksepakatan sambil tetap
bergerak maju bersama.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam sebuah organisasi
atau tim, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah. Namun, pada titik
tertentu, keputusan harus diambil. Di sinilah "setuju untuk tidak setuju
dan berkomitmen" berperan sebagai jembatan yang memungkinkan transisi dari
perbedaan menuju aksi kolektif. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam hierarki
perusahaan, seringkali individu dengan posisi lebih tinggi yang membuat
keputusan terakhir. Namun, kebijaksanaan tidak selalu berpihak pada mereka yang
berada di puncak. Terkadang, mereka yang lebih dekat dengan 'kebenaran
lapangan' memiliki perspektif yang lebih akurat terhadap situasi yang dihadapi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Jeff Bezos, pendiri
Amazon, dalam masterclassnya tentang resolusi konflik, memaparkan betapa
seringnya dia harus berada dalam posisi dimana dia tidak sepenuhnya setuju
dengan usulan timnya. Namun, bukannya menghalangi, dia memilih untuk memberi
kepercayaan—berkomitmen—pada keputusan tersebut. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Komitmen ini bukanlah
tanpa syarat; itu adalah taruhan pada kepercayaan dan pengalaman kolega yang
memungkinkan tim untuk bergerak maju, meski dalam ketidakpastian.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Prinsip ini juga
mencerminkan pengakuan bahwa tidak semua keputusan hitam dan putih. Ada
momen-momen dimana kebenaran tidak sepenuhnya terungkap, dan dalam situasi
seperti itu, kompromi atau kekerasan kepala tidak akan membawa kita pada solusi
yang efektif.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"> "Setuju untuk tidak setuju dan
berkomitmen" menjadi pendekatan yang mengedepankan pencarian kebenaran
melalui aksi bersama, bukan melalui kelelahan atau setengah-setengah.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam praktiknya,
"setuju untuk tidak setuju dan berkomitmen" menghimbau kita untuk
melampaui ego, mengakui bahwa ada saatnya pandangan kita mungkin tidak lengkap,
dan bahwa keputusan kolektif—dibuat dengan cepat dan tanggung jawab—adalah
kunci untuk mempertahankan kecepatan dan efisiensi. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Ini adalah tentang
membangun budaya kerja dimana keputusan diambil tidak hanya atas dasar
konsensus semu, tetapi melalui komitmen bersama untuk mencapai hasil yang
optimal.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Amazon, sebagai
contoh, dengan karyawan sejuta lebih, tetap cepat dan tangkas bukan karena
kurangnya perbedaan, melainkan karena adanya komitmen untuk maju bersama meski
terdapat perbedaan. Ini adalah pembuktian bahwa kecepatan dan keputusan
berkualitas tinggi bukanlah produk dari keseragaman pendapat, tetapi hasil dari
prinsip "setuju untuk tidak setuju dan berkomitmen" yang telah
tertanam dalam budaya mereka. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Prinsip ini, pada
intinya, adalah sebuah pujian terhadap kerja sama, sebuah pengakuan bahwa dalam
keragaman pendapat terdapat potensi sinergi yang besar, asalkan kita berani
berkomitmen untuk mengejar tujuan bersama.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">*Rempoa, 3 Januari
2024*<span style="display: none; mso-hide: all;">Bagian Atas Formulir<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"> </span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"> </span></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-44906380705158276622023-10-31T19:20:00.001-07:002023-10-31T19:20:28.493-07:00METIS - KECERDASAN LICIK<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOknU3ur7ZP3f_uzAheM2JZrzRGhLb5tKoep1vr4ycFQvY-ztxfjgmYaw7l920GXIRN00xpcq4-aniSM6MhGgDO5jhvJhhpzHp5t4hOko0K9Z7AnTIJDa3MQlS2rHz4Q6WmrA0NCP3QdbssQyEnXg7GIQLX1Cxl8oePzodk8agZQV4X2OSJ_zQ0lUL8gA0/s612/metis%20-%20kecerdasan%20licik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="612" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOknU3ur7ZP3f_uzAheM2JZrzRGhLb5tKoep1vr4ycFQvY-ztxfjgmYaw7l920GXIRN00xpcq4-aniSM6MhGgDO5jhvJhhpzHp5t4hOko0K9Z7AnTIJDa3MQlS2rHz4Q6WmrA0NCP3QdbssQyEnXg7GIQLX1Cxl8oePzodk8agZQV4X2OSJ_zQ0lUL8gA0/s320/metis%20-%20kecerdasan%20licik.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Antilochus, dalam
mitologi Yunani, adalah sosok yang terkenal melalui karya Homer, terutama epos
"Iliad." Sebagai putra Raja Pylos, Nestor, Antilochus menjadi salah
satu prajurit muda yang ikut serta dalam Perang Troya. Keberaniannya dan kecepatannya
di medan perang mencerminkan rasa hormatnya yang mendalam kepada ayahnya. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dia meninggal saat
melindungi ayahnya, Nestor, dari serangan Memnon, seorang pejuang heroik dari
Ethiopia yang berpihak pada Troya. Mengingat pengorbanannya, Antilochus
dihormati sebagai contoh ideal dari seorang putra yang berbakti. Pengorbanan
Antilochus mengukuhkannya sebagai simbol seorang pejuang yang berani dan
pengabdian seorang putra kepada orang tuanya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">"Iliad" adalah mahakarya
literatur klasik karya Homer, penyair legendaris Yunani. Epos ini mengisahkan
peristiwa selama 51 hari di tahun kesepuluh Perang Troya, pertempuran epik
antara Troya dan sekutu kerajaan Yunani. Sebagai salah satu karya sastra paling
tua, "Iliad" memegang peranan penting dalam sejarah literatur dunia.</span><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Di luar keberanian dan
kepahlawanannya itu, salah satu momen terkenal Antilochus dalam
"Iliad" adalah ketika dia berlomba kereta kuda, memanfaatkan akal dan
strategi untuk mengalahkan pesaing yang memiliki kuda lebih unggul. Meskipun
kuda-kuda Antilochus bukan yang tercepat, salah satu keungggulan Antilochus
adalah kecerdasan dan strategi yang diajarkan oleh ayahnya, Nestor. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Nestor, dikenal
sebagai lambang kebijaksanaan, memberi tahu Antilochus bahwa meskipun kudanya
mungkin lebih lambat, dengan strategi yang tepat, dia masih bisa menang. Antilochus
benar-benar memperhatikan dan mematuhi petuah ayahnya itu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Saat balapan
berlangsung, Antilochus memanfaatkan metis, kecerdasan taktis Yunani, untuk
mengecoh pesaingnya. Strateginya? Pada saat-saat kritis dalam balapan,
Antilochus membuat manuver berani dengan mengendarai keretanya melintasi
lintasan yang sempit, memaksa pesaingnya, Menelaus, untuk menahan kendaraannya.
Manuver ini memungkinkan Antilochus untuk mendapatkan keunggulan dan akhirnya
mengungguli Menelaus.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kemenangan Antilochus
bukan semata-mata karena kecepatan atau kekuatan, tetapi karena kecerdasan dan
strateginya. Ini menggambarkan esensi dari metis, di mana keberhasilan bisa
dicapai melalui kecerdasan dan adaptasi, bukan hanya kekuatan murni. Episode ini
menjadi representasi dari nilai-nilai Yunani kuno tentang pentingnya taktik,
strategi, dan kecerdasan dalam menghadapi tantangan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Metis merupakan konsep
dalam budaya dan pemikiran Yunani Kuno yang menggambarkan tipe kecerdasan dan
cara berpikir khusus. Tidak seperti kecerdasan rasional yang sistematis dan
logis, Metis lebih bersifat licik, fleksibel, dan adaptif. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam pemikiran
Yunani, Metis mencakup berbagai karakteristik seperti kebijaksanaan, ketajaman
berpikir, kecerdikan, kelihaian, kewaspadaan, dan berbagai keterampilan lain
yang diperoleh dari pengalaman. Konsep ini mengacu pada kecerdasan yang
beradaptasi dengan situasi yang berubah-ubah, ambigu, dan tak terduga, yang
tidak dapat diukur atau dianalisis dengan logika murni.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam kalimat lain, Metis
adalah kecerdasan yang menekankan pentingnya kelihaian dan adaptabilitas. Bukan
hanya logika murni yang dihargai, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi,
memanfaatkan sumber daya yang ada, dan berpikir di luar kotak. Bayangkan Metis
sebagai kecerdasan jalan pintas; bukan pendekatan langsung, tetapi pendekatan
yang lebih licik, cerdas, dan kreatif.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Menurut Detienne & Vernant (1991), metis
berbeda dari diskursus filosofis yang berkembang di Yunani kuno. Konsep metis
merepresentasikan jenis kecerdasan yang berbeda dari pemikiran rasional, yang
saat itu masih baru dan rapuh. Dalam konteks ini, metis melibatkan kombinasi
kecerdasan, kebijaksanaan, ketajaman berpikir, kecerdikan, kelihaian, dan
pengalaman. Akibatnya, metis seringkali diabaikan oleh filosof sebagai bentuk
kecerdasan alternatif.</span><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Untuk menggambarkan bagaimana
metis bisa menjadi sebuah tindakan, Detienne & Vernant (1991) mengambil
contoh gurita, hewan yang dikenal dengan adaptabilitas dan kelihaian fisiknya.
Disini, gurita dapat dianggap sebagai representasi dari Metis. Gurita, tanpa
tulang, dapat mengubah bentuk tubuhnya untuk masuk ke celah sempit untuk
menghindari predator atau menangkap mangsa. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kemampuan gurita untuk
mengubah warna kulitnya agar cocok dengan lingkungannya, baik untuk bersembunyi
dari musuh maupun untuk mengejutkan mangsa, juga menunjukkan kelihaian dalam
dunia alam; bukan berdasarkan kekuatan fisik, tetapi kemampuan adaptasi dan
kecerdikan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Hewan lain yang merepresentasian
Metis adalah Rubah. Sebagai simbol kecerdikan dalam banyak kebudayaan, Rubah sering
digambarkan sebagai makhluk yang mampu mengelabui predator atau musuh yang
lebih kuat dengannya. Dalam berbagai cerita rakyat, rubah mengelabui singa atau
hewan buas lainnya dengan kelihaian dan kecerdikan, bukan kekuatan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Rubah sering kali
digambarkan sebagai makhluk yang licik dalam berbagai budaya. Dalam konteks
Metis, rubah melambangkan kecerdikan dan kemampuan untuk membuat strategi yang
cepat dalam menghadapi ancaman atau mencari makanan. Rubah tidak mengandalkan
kekuatan fisik semata, melainkan pada kelihaian dan kemampuan untuk memprediksi
serta merespons tindakan musuh atau mangsanya. Dengan demikian, rubah menjadi
simbol dari aspek metis yang menekankan pada kecerdasan taktik dan strategi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Menerapkan Metis ke
dalam konteks manusia, seorang pebisnis yang sukses dapat dikaitkan tidak hanya
dengan pengetahuan teknis, tetapi juga dengan kemampuan untuk beradaptasi
dengan pasar yang berubah, merespons tantangan, dan memanfaatkan peluang yang
muncul. Demikian pula, seorang guru yang mampu menyesuaikan metode
pengajarannya sesuai dengan kebutuhan unik setiap siswanya, menunjukkan
kefleksibilitasannya dalam mendidik, mengedepankan pemahaman dan partisipasi
siswa.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam dunia yang serba
cepat dan selalu berubah, pemahaman tentang Metis mengajarkan bahwa terkadang
pendekatan yang tidak konvensional, adaptif, dan fleksibel seringkali lebih
efektif daripada mengandalkan logika dan kekuatan semata.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"> </span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">*REFERENSI*<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Detienne, M., & Vernant, J.-P. (1991). <i>Cunning
Intelligence in Greek Culture and Society</i> (J. Lloyd, Trans.). University of
Chicago Press. (Original work published 1974)<o:p></o:p></span></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-91448943820950747162023-07-01T17:51:00.001-07:002023-07-01T17:51:13.649-07:00PERADABAN DIMULAI DARI HAL-HAL KECIL<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZPKUqGDSTeM89d-wGDfENYq-iKg-8BGk4Xjib_-mFjJEUgqOg3eS8w3zo95F1ZDOYp8O4W0YyFOYcuD1vxCg4gQR_Nrb7x3pdv6LRU_kmHvccStwzCm5xowi_LExNXLfQBfrAAkFL3mA8mjtyS1HKsoBabLzNQ-eimoxDYdYDJ5J2TnzVQB9ByzWsTvUk/s700/1069278_245596_lopez_updates.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="700" height="183" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZPKUqGDSTeM89d-wGDfENYq-iKg-8BGk4Xjib_-mFjJEUgqOg3eS8w3zo95F1ZDOYp8O4W0YyFOYcuD1vxCg4gQR_Nrb7x3pdv6LRU_kmHvccStwzCm5xowi_LExNXLfQBfrAAkFL3mA8mjtyS1HKsoBabLzNQ-eimoxDYdYDJ5J2TnzVQB9ByzWsTvUk/s320/1069278_245596_lopez_updates.jpg" width="320" /></a></div><br /><p class="MsoNormal"><span lang="EN">Malam-malam, William Cruise, seorang agen khusus </span><span lang="EN-US"><a href="https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/FBI?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp" title="FBI"><span lang="EN" style="color: black; text-decoration-line: none;">FBI</span></a></span><span lang="EN">,
menjemput _"<i>The Mother</i>"_ (yang diperankan oleh </span><span lang="EN-US"><a href="https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Jennifer_Lopez?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp" title="Jennifer Lopez"><span lang="EN" style="color: black; text-decoration-line: none;">Jennifer Lopez</span></a></span><span lang="EN">),
seorang agen dan pembunuh yang tidak disebutkan namanya. </span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN" style="color: black; mso-ansi-language: EN; mso-themecolor: text1;">Dalam perjumpaan setelah lebih dari 12 tahun tak ketemu, _The
Mother_ tidak megucapkan “Halo” kepada Cruise. Karena itu, saat masuk ke dalam
mobil, Cruise menyindir _The Mother_ dengan mengatakan bahwa peradapan dimulai dari
hal-hal kecil seperti menyapa dengan kata _halo_. Mendapat sindirin itu, The
Mother pun mengucapkan kata halo. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">"Salam" atau "Halo" adalah frasa pembuka yang paling
sering digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia saat mereka berinteraksi
satu sama lain. Misalnya, saat bepergian, "salam" atau
"halo" biasanya menjadi alat yang paling efektif untuk memulai dialog
dengan orang lain. Tak jarang, topik pembicaraan bisa berkisar tentang fenomena
populer saat itu, seperti film terkini "The Mother."<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US" style="color: black; mso-themecolor: text1;">Dalam
komunikasi pemasaran, "Salam" atau "Halo" mungkin tampak
sepele, namun memiliki peran yang sangat penting. Ini adalah langkah awal dalam
membangun hubungan dengan pelanggan atau klien, dan bisa menciptakan kesan
pertama yang baik dan hangat. Sapaan sederhana ini dapat membuka pintu untuk
percakapan dan interaksi yang lebih dalam, yang pada akhirnya dapat memperkuat
hubungan antara merek dan konsumen.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">"_The Mother_" yang tayang di Netflix mulai 12 Mei 2023,
adalah sebuah film bergenre aksi dan thriller yang disutradarai oleh Niko Caro,
dengan pemeran utamanya Jennifer Lopez. The Mother dirilis di pekan Hari Ibu
Internasional, dan merupakan sebuah cara dari Netflix untuk memeriahkan momen
hari spesial yang jatuh pada 14 Mei.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US" style="color: black; mso-themecolor: text1;">Ceritanya
dimulai dari saat The Mother diinterogasi oleh Agen Khusus Cruise. Di tengah
interogasi kelompok yang menginginkan The Mother mati menyerang rumah aman yang
menjadi tempat perlindungan The Mother. Cruise ditembak dan terluka parah, agen
FBI yang tersisa terbunuh, tetapi The Mother tidak terluka. Dia
menyelamatkan hidup Cruise dan membuat <a href="https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Bomb?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp" title="Bom"><span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">bom</span></a> yang tertunda waktu</span><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><a href="https://www.insiden24.com/tag/jennifer-lopez"><span lang="EN-ID" style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">The</span></a></span><span lang="EN" style="color: black; mso-ansi-language: EN; mso-themecolor: text1;"> Mother</span><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;"> melarikan
diri dari sekelompok penyerang berbahaya, kemudian tinggal di tengah hutan
bersalju untuk melatih dan menempa dirinya seperti prajurit militer. Suatu
hari, ia keluar dari persembunyiannya demi menemui putrinya yang dulu ia tinggalkan,
dan melindungi putrinya itu dari para penjahat kejam yang ingin balas dendam.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">penjahat kejam yang ingin balas dendam bisa menjadi titik balik penting
yang mengancam peradaban. Aksi mereka bisa merusak harmoni dan tatanan
masyarakat, mendorong peradaban ke tepi jurang kehancuran.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Namun, dalam menghadapi ancaman tersebut, peradaban seringkali menemukan
cara untuk melawan dan bertahan. Mereka mungkin bergerak bersama, melakukan
'hal-hal kecil' seperti berbagi sumber daya, membantu satu sama lain, atau
bahkan hanya menunjukkan keberanian dan keteguhan hati dalam menghadapi
kesulitan. Ini mengilustrasikan bagaimana 'hal-hal kecil' dalam peradaban -
nilai-nilai, tindakan, dan tekad individu - bisa menjadi kekuatan penting dalam
melawan ancaman.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Ini bisa dimulai dengan tindakan-tindakan kecil seperti membentuk
perlawanan, berbagi informasi, atau merencanakan strategi. Meski masing-masing
tindakan ini mungkin tampak kecil, ketika dilakukan bersama-sama, mereka bisa
memiliki dampak besar dan bahkan mengubah arah konflik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Peradaban dimulai dari hal-hal kecil adalah suatu pernyataan yang
mengilustrasikan betapa detail kecil dan langkah-langkah kecil dapat membentuk
fondasi dari suatu peradaban dan kemajuan masyarakat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Bahasa misalnya. Sebagai alat komunikasi, mungkin tampak sederhana dan
mendasar, namun peranannya dalam pembentukan peradaban sangat besar. Bahasa
memungkinkan manusia untuk berbagi ide, berkolaborasi, dan membangun
masyarakat. Setiap kata dan kalimat, sekecil apa pun, membantu mengekspresikan
gagasan, menyelesaikan konflik, dan membentuk budaya - semua ini adalah unsur
penting dari peradaban (Pinker, 1994).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Demikian pula dengan konsep hukum dan aturan. Setiap hukum, meskipun
hanya berupa teks singkat dalam dokumen, membentuk dasar bagaimana masyarakat
berfungsi dan berinteraksi. Mereka membantu menciptakan struktur dan
ketertiban, memungkinkan kerjasama dan koeksistensi damai antara individu dan
kelompok dalam masyarakat (Rawls, 1971).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Namun, seiring dengan pentingnya "hal-hal kecil" ini,
perubahan sistemik dan tindakan besar seringkali diperlukan. Misalnya, meskipun
hukum individu penting, reformasi hukum besar-besaran mungkin diperlukan untuk
mengatasi isu-isu seperti diskriminasi atau ketidakadilan sistemik (Sen, 1999).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Gagasannya adalah, pertimbangkan inovasi kecil seperti penemuan roda.
Pada awalnya, roda mungkin tampak sebagai penemuan kecil dan sederhana, tetapi
dampaknya pada peradaban manusia sangat besar. Roda memungkinkan transportasi
barang dan orang menjadi lebih efisien, yang pada gilirannya memfasilitasi
perdagangan, penjelajahan, dan ekspansi geografis. Ini mengubah cara hidup
manusia dan membantu membentuk peradaban seperti yang kita kenal sekarang
(Diamond, 1999).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Pertimbangkan tindakan kecil seperti mendaur ulang atau mengurangi
penggunaan plastik sekali pakai. Meskipun masing-masing tindakan ini mungkin
tampak kecil dan tidak berarti, ketika dilakukan oleh jutaan atau miliaran
orang, mereka dapat memiliki dampak besar terhadap lingkungan dan dapat
membantu mencegah perubahan iklim (Harari, 2015).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Namun, penting juga untuk mengakui bahwa walaupun tindakan kecil dapat
berdampak besar, perubahan sistemik dan besar seringkali diperlukan untuk
mengatasi tantangan terbesar yang dihadapi oleh peradaban kita, seperti
ketidaksetaraan ekonomi dan perubahan iklim (Sen, 1999).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-themecolor: text1;">Pada akhirnya, pernyataan "Peradaban dimulai dari hal-hal
kecil" menekankan pentingnya partisipasi, kerja keras, dan perubahan
bertahap, tetapi juga menunjukkan bahwa perubahan besar dan sistemik juga
penting.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-ID;">Referensi:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-bottom: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-margin-bottom-alt: 10.0pt; mso-margin-top-alt: 0cm;"><span style="mso-ansi-language: EN-ID;">Diamond, J. (1999).
Guns, Germs, and Steel: The Fates of Human Societies. W.W. Norton &
Company.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-bottom: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-margin-bottom-alt: 10.0pt; mso-margin-top-alt: 0cm;"><span style="mso-ansi-language: EN-ID;">Harari, Y. N. (2015).
Sapiens: A Brief History of Humankind. Harper.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-bottom: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-margin-bottom-alt: 10.0pt; mso-margin-top-alt: 0cm;"><span style="mso-ansi-language: EN-ID;">Pinker, S. (1994).
The Language Instinct: How the Mind Creates Language. Harper Perennial Modern
Classics.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-bottom: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-margin-bottom-alt: 10.0pt; mso-margin-top-alt: 0cm;"><span style="mso-ansi-language: EN-ID;">Rawls, J. (1971). A
Theory of Justice. Belknap Press.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-bottom: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-margin-bottom-alt: 10.0pt; mso-margin-top-alt: 0cm;"><span style="mso-ansi-language: EN-ID;">Sen, A. (1999).
Development as Freedom. Oxford University Press.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN;"><o:p> </o:p></span></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-9571252624743012792023-06-18T16:42:00.001-07:002023-06-18T16:42:31.502-07:00BABAK BELUR DALAM SURVEI: REALITAS VS INTERPRETASI<p><i><br /></i></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjFC3pexWC_6uiTFi2nN0eHFbIJMbxyGSUmRNErXsjwDxwqDa9zvXDuAWuwYSzBIu9fOw9Mvw6550Kh9IncXvT3Lp2yjCwVEUITfdH2wlzrLQFm6mZTD-3naVnpkyt5_bWQh4kvj-ZOCwgWG3XdhyKOZeFWqgY1LQjIqKQA-ASNCPVudi1Lga8HWZttw/s764/Survei.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="764" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjFC3pexWC_6uiTFi2nN0eHFbIJMbxyGSUmRNErXsjwDxwqDa9zvXDuAWuwYSzBIu9fOw9Mvw6550Kh9IncXvT3Lp2yjCwVEUITfdH2wlzrLQFm6mZTD-3naVnpkyt5_bWQh4kvj-ZOCwgWG3XdhyKOZeFWqgY1LQjIqKQA-ASNCPVudi1Lga8HWZttw/s320/Survei.jpg" width="320" /></a></div><br /><i><br /></i><p></p><p><i>Di era yang semakin kompetitif ini,
pemahaman terhadap pendapat dan preferensi konsumen menjadi suatu keharusan
dalam merumuskan strategi penjualan produk. Dalam konteks ini, survei memainkan
peran krusial.</i> </p><p>Namun, dari pengalaman seorang peneliti padi di IRRI, Filipina,
realitas menunjukkan bahwa hasil survei bisa menjadi labirin penyesatan jika
pertanyaannya tidak disusun dengan cermat dan obyektif. Jadi, bagaimana
sebenarnya kita menerjemahkan suara konsumen melalui survei? Ini adalah kisah
yang menggali lebih dalam tentang peran survei dan tantangan interpretasi di
baliknya.</p>
<p class="MsoNormal">Survei, sebagai alat
untuk memahami pendapat dan preferensi konsumen, memiliki potensi yang
signifikan dalam menentukan arah kebijakan atau strategi penjualan sebuah
produk. Tetapi, dalam praktiknya, interpretasi hasil survei bisa menjadi rumit
dan bahkan menyesatkan jika penyusunan pertanyaannya tidak dilakukan dengan
hati-hati dan obyektif.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pagi ini, di group WA,
seorang teman yang kini bekerja di pusat penelitian padi (IRRI) di Filipina menceritakan
pengalamannya tentang survey. Suatu ketika dia membaca laoran hasil survei yang
dilakukan pada konsumen produk organik dan Organisme Hasil Rekayasa Genetik
(GMO). <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Survei pertama yang
dilakukan terhadap konsumen di California menunjukkan preferensi utama pada
produk organik yang bebas pestisida daripada non-GMO. Padahal, seperti yang dia
yakini, pada kenyataannya, label non-GMO menjadi daya tarik utama di pasar
global. Dalam penafsiran dia, setelah membaca hasil survey itu, hasil survei
tidak selalu mencerminkan realitas pasar.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Lebih lanjut, survei
kedua yang dilakukan oleh ahli komunikasi membuktikan bagaimana framing
pertanyaan bisa mempengaruhi hasil survei. Dengan hanya mengubah sudut pandang
pertanyaan, respons konsumen terhadap produk GMO dan non-GMO berubah drastis.
Artinya, pengetahuan dan persepsi konsumen dapat sangat dipengaruhi oleh cara
sebuah pertanyaan disajikan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam survei terakhir,
konsumen Eropa tampaknya menolak adanya DNA rekombinan dalam makanan mereka.
Tetapi, ketika ditanya lebih lanjut, hanya sebagian kecil yang benar-benar
paham bahwa semua tanaman memiliki DNA. Ini menggarisbawahi betapa rendahnya
pemahaman konsumen tentang topik ini dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi
jawaban mereka dalam survei.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dari ketiga contoh
ini, terungkap bahwa framing dan penyusunan pertanyaan dalam survei sangat
mempengaruhi hasilnya. Dalam konteks ini, penting bagi peneliti untuk menyusun
pertanyaan survei yang netral dan dirancang untuk memahami apa yang sebenarnya
diinginkan konsumen. Menyesatkan atau mempengaruhi konsumen untuk menjawab
sesuai keinginan peneliti hanya akan menghasilkan data yang tidak akurat dan
berpotensi merusak kepercayaan konsumen.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dengan kata lain,
survei harus disusun dengan pemahaman yang mendalam tentang subjek dan audiens
yang dituju. Hanya dengan cara ini, data yang diperoleh dari survei dapat
mencerminkan realitas yang sebenarnya dan memberikan wawasan yang berharga.
Kesimpulannya, peran kritis survei dalam memahami konsumen menuntut
obyektivitas, kejujuran, dan transparansi dalam proses penyusunan dan
interpretasinya.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-91430982285189563222023-06-15T15:58:00.002-07:002023-06-15T15:58:18.936-07:00JURNALISME ERA BUZZER<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdEFxPxC9jtAlH6_c5r_qv_E_AXdQWPrc_R1ve4jLYZgfszAETo_aJ0FVUUf8HVgtZi4X4DTNLz_Sm537BftIWjdNk4NNJaOosgkmrlA_zozsCcpYWlsEB3LDkvg_oVjsE-gqqQzRtt51cRyDxTnXEITQOwSeNc1uWK1i2SLOqN-0hHY2Q5CBD5wbnOg/s1600/WhatsApp%20Image%202023-06-15%20at%2018.34.20.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="904" data-original-width="1600" height="181" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdEFxPxC9jtAlH6_c5r_qv_E_AXdQWPrc_R1ve4jLYZgfszAETo_aJ0FVUUf8HVgtZi4X4DTNLz_Sm537BftIWjdNk4NNJaOosgkmrlA_zozsCcpYWlsEB3LDkvg_oVjsE-gqqQzRtt51cRyDxTnXEITQOwSeNc1uWK1i2SLOqN-0hHY2Q5CBD5wbnOg/s320/WhatsApp%20Image%202023-06-15%20at%2018.34.20.jpeg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal"><i>Perkembangan
signifikan dalam jurnalisme terjadi sepanjang beberapa dekade terakhir. Dengan
adanya kemajuan teknologi informasi, peran media konvensional berubah dan
bergeser seiring munculnya platform media sosial.</i></p><p class="MsoNormal"><i><o:p></o:p></i></p><p class="MsoNormal">Kritik terhadap
kondisi jurnalisme saat ini sering merujuk pada dua aspek berbeda: jurnalisme
investigatif, yang dianggap puncak kualitas, dan "buzzer statement",
bentuk jurnalisme yang kurang substantif dan dianggap merusak kredibilitas
profesi.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Jurnalisme
investigatif dianggap bentuk jurnalisme yang paling disegani. Dedikasi tinggi
terhadap kebenaran dan pencarian informasi yang mendalam membuat jurnalisme
investigatif berpotensi mengungkap fakta-fakta penting untuk perubahan sosial.
Hal ini mencerminkan nilai-nilai mulia dari jurnalisme: kebenaran,
objektivitas, dan pelayanan publik.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Namun, "buzzer
statement" berada di sisi lain spektrum jurnalisme. Praktik ini merujuk
pada pembuatan konten media untuk tujuan spekulasi atau menciptakan sensasi,
sering kali tanpa mempertimbangkan akurasi atau relevansi informasi. Meskipun
"buzzer statement" berhasil menarik perhatian dan menghasilkan klik,
praktik ini bisa merusak kepercayaan publik terhadap media.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Krisis kepercayaan
publik dan krisis finansial yang dialami media arus utama semakin mempertegas
pentingnya isu ini. Masalah muncul saat media, dalam upaya mencari sumber
pendapatan tambahan, memilih untuk menerapkan pendekatan yang lebih sensasional
dan berfokus pada produksi konten yang mudah menjadi viral. Sayangnya, praktik
seperti ini seringkali merendahkan kualitas dan merusak integritas profesi
jurnalisme.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Media sosial tumbuh
menjadi alternatif penting dalam era ini. Meski memberikan akses kepada publik
untuk membagikan dan menemukan informasi dengan cepat, media sosial juga
menjadi tempat subur bagi penyebaran informasi palsu dan misinformasi. Dalam
konteks di mana 'buzzer statement' menjadi umum, peran media sosial dalam
memfasilitasi penyebaran konten viral dapat memperburuk masalah ini.<o:p></o:p></p><p>
</p><p class="MsoNormal">Secara keseluruhan,
perkembangan dalam jurnalisme dan peran media sosial menciptakan tantangan baru
dan kompleks. Penting untuk mengingat nilai-nilai utama jurnalisme dan berusaha
mempertahankan nilai-nilai tersebut di tengah perubahan ini.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-44215553554808813932023-05-26T17:00:00.003-07:002023-05-26T17:00:19.839-07:00GADO-GADO DAN PECEL: REFLEKSI INKLUSIVITAS DALAM WARISAN KULINER INDONESIA<p><i></i></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_68R1TY990J0iMA_kvE0rdorO_bH9rEsbfWjyfB5IThSBL3z0yvEa8rhn8NQPJJUg15EtM-BW8bnsj28SCo8eChgkcefGOQG7JSRUANDruKVy8_FiK9SXD_pav8qpybCAZKLXbNbazLbln6vF5Bk2boyQejuN_SzoDBjoIPAUiLr-1e_T2HvHwqtdXQ/s745/Gado-gado.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="489" data-original-width="745" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_68R1TY990J0iMA_kvE0rdorO_bH9rEsbfWjyfB5IThSBL3z0yvEa8rhn8NQPJJUg15EtM-BW8bnsj28SCo8eChgkcefGOQG7JSRUANDruKVy8_FiK9SXD_pav8qpybCAZKLXbNbazLbln6vF5Bk2boyQejuN_SzoDBjoIPAUiLr-1e_T2HvHwqtdXQ/s320/Gado-gado.jpg" width="320" /></a></i></div><i><span lang="EN-US"><p><i><span lang="EN-US"><br /></span></i></p>Gado-gado dan pecel, dua ikon kulinari
khas Indonesia, tidak hanya menawarkan rasa yang lezat namun juga melukiskan
inklusivitas budaya dan sosial dalam cermin kuliner Indonesia. Dari pedagang
kaki lima hingga restoran mewah, kedua hidangan ini merayakan keragaman dan
keterjangkauan, sambil mempertahankan esensi dan integritas mereka di tengah
tekanan modernisasi dan globalisasi.</span></i><p></p>
<p class="MsoNormal">Gado-gado dan pecel
adalah khas kuliner Indonesia. Mereka sering menghiasi meja makan sehari-hari
maupun dalam berbagai acara spesial. Meski kedua makanan ini memiliki dasar
yang sama, yaitu berupa sayuran rebus yang disiram dengan bumbu kacang dan
disajikan dengan kerupuk atau peyek, terdapat perbedaan dan persamaan unik yang
membuat keduanya menjadi makanan yang istimewa.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Gado-gado, yang
berasal dari Betawi atau Jakarta, memiliki rasa bumbu kacang yang lebih kental
dan manis. Dalam penyajiannya, sering kali ditambahkan lontong dan telur rebus.
Gado-gado mencerminkan kekayaan dan keragaman kuliner ibu kota, di mana
berbagai elemen dapat dipadukan menjadi satu hidangan yang nikmat.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Dari situs Dinas Kebudayaan DKI, asal-usul
nama gado-gado berasal dari istilah "digado" dalam bahasa Betawi yang
berarti dikonsumsi tanpa nasi. Ini karena, dalam kebanyakan kasus, gado-gado
tidak dimakan dengan nasi, melainkan dengan lontong sebagai alternatif
pengganti nasi.</span><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sementara itu, pecel,
makanan khas dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, memiliki bumbu kacang yang lebih
encer dan rasa yang cenderung pedas. Sayuran yang digunakan dalam pecel
biasanya lebih beragam dan bisa mencakup daun singkong dan kacang panjang.
Pecel membawa nuansa pedesaan dan tradisional, dengan kepedasan yang menjadi
cerminan dari kehangatan dan keberanian masyarakat Jawa.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, meskipun
gado-gado dan pecel memiliki perbedaan dalam hal asal daerah dan komposisi
bumbu, kedua makanan ini memiliki kesamaan yang mencolok. Mereka berdua
menyajikan kombinasi sayuran rebus dan bumbu kacang, menciptakan komposisi rasa
yang unik dan menggugah selera. Nilai gizi yang seimbang dari kedua makanan ini
juga membuat mereka menjadi pilihan yang sehat, memberikan protein, serat, dan
berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Di samping itu, baik
gado-gado maupun pecel juga menunjukkan fleksibilitas yang memungkinkan
penyesuaian berdasarkan preferensi individu. Anda bisa menambah atau mengurangi
jenis sayuran, atau bahkan menyesuaikan level kepedasan dari bumbu kacang
sesuai dengan selera Anda.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Gado-gado dan pecel adalah
contoh luar biasa dari inklusivitas kuliner, dengan bahan-bahan yang dapat
disesuaikan berdasarkan preferensi individu. Misalnya, bagi mereka yang tidak
mengkonsumsi daging, gado-gado menawarkan sumber protein lain seperti tempe dan
tahu. Selain itu, berbagai jenis sayuran dalam gado-gado memastikan asupan
nutrisi yang seimbang.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, inklusivitas
gado-gado memiliki batas. Bagi mereka yang memiliki alergi kacang, makanan ini
dapat menimbulkan masalah serius, mengingat bumbu kacang adalah komponen kunci.
Selain itu, gula yang biasanya ditambahkan ke dalam bumbu dapat menjadi masalah
bagi individu dengan diabetes atau mereka yang sedang mengikuti diet rendah
gula.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Gado-gado juga
mencerminkan inklusivitas sosial dan budaya. Makanan ini dapat ditemukan di
seluruh Indonesia, dari penjual kaki lima hingga restoran berbintang,
menunjukkan bahwa gado-gado dinikmati oleh berbagai kalangan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Seperti halnya
gado-gado, pecel juga menunjukkan inklusivitas dalam komposisi bahan-bahannya.
Bagi mereka yang mengikuti diet vegan atau vegetarian, pecel bisa menjadi
pilihan yang baik. Namun, pecel juga memiliki tantangan yang sama dengan
gado-gado dalam hal alergi kacang.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Selain itu, pedasnya
bumbu pecel mungkin tidak cocok untuk beberapa orang, terutama mereka yang
memiliki masalah pencernaan atau mereka yang tidak terbiasa dengan makanan
pedas. Ini menggarisbawahi pentingnya variasi dalam penyajian dan resep untuk
memastikan makanan bisa dinikmati oleh sebanyak mungkin orang.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dari perspektif
budaya, pecel dan gado-gado memiliki inklusivitas yang kuat. Pecel dan
gdo-gadon telah menjadi bagian integral dari kuliner Jawa dan dapat ditemukan
di berbagai daerah di Jawa, baik di warung makan pinggir jalan hingga restoran
mewah.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Inklusivitas adalah
aspek penting dalam setiap sektor kehidupan, termasuk dalam konteks pedagang
gado-gado dan pecel di Indonesia. Kedua jenis makanan ini mewakili keragaman
dan keterjangkauan kuliner Indonesia, mencerminkan inklusivitas dalam
masyarakat yang beragam.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pedagang gado-gado dan
pecel biasanya bisa ditemukan di berbagai tingkat sosial ekonomi, dari penjual
kaki lima di pinggir jalan hingga restoran berbintang. Hal ini mencerminkan
inklusivitas ekonomi, memungkinkan semua lapisan masyarakat untuk menikmati
hidangan tersebut. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, pertanyaan
inklusivitas lebih lanjut muncul ketika kita melihat siapa yang memasak dan
menjual makanan ini. Apakah peluang tersebut terbuka bagi semua orang, atau
apakah ada hambatan tertentu untuk sekelompok orang tertentu?<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Inklusivitas juga relevan
dalam konteks aksesibilitas makanan bagi konsumen. Baik gado-gado maupun pecel
memiliki variasi bahan dan penyajian yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan
diet dan preferensi masing-masing individu. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tantangannya adalah
bagaimana memastikan bahwa variasi ini tetap ada dan dapat diakses oleh semua
orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan diet, seperti alergi kacang
atau diet rendah gula.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Inklusivitas berarti
menghormati dan mewujudkan keragaman budaya dalam kuliner. Gado-gado dan pecel,
sebagai bagian dari warisan kuliner Indonesia, mewakili inklusivitas budaya dan
regional. Tantangannya adalah bagaimana menjaga keaslian dan integritas
hidangan ini dalam menghadapi tekanan modernisasi dan globalisasi.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Penting juga untuk
mempertimbangkan keterbatasan inklusivitas ini, seperti masalah alergi dan
toleransi terhadap rasa tertentu. Gambaran ini menunjukkan bahwa inklusivitas
dalam makanan bukan hanya tentang memenuhi berbagai preferensi diet, tetapi
juga mempertimbangkan kesehatan dan keberagaman budaya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">RUJUKAN <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Brissenden, R. (2007).
Southeast Asian Food: Classic and Modern Dishes from Indonesia, Malaysia,
Singapore, Thailand, Laos, Cambodia and Vietnam. Tuttle Publishing.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Forbes, M. L. (2011).
Rice, Spice and All Things Nice: Savor the Flavors of South-East Asian Cooking.
Roli Books.<o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1634193354224128031.post-78752773280269580322023-03-30T19:12:00.000-07:002023-03-30T19:12:12.153-07:00KEPEMIMPINAN PUBLIC RELATIONS DAN PROBLEMATIKANYA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrBhqH1w3FPZRsefF4zX3ApE-Vd5LN4UunRwocXfamBS47PiPd8Qdz8w7EnSKYZSAYkd7VXvDCE6XzCz0QY5Kl6vlRJMA29YnP5yvAYQGL3O5skk6ARZus7INJr5fO4uyospf-eC9Wp88e0WoXt9zBOCzpHh5b52VWWiW-vyVS7Ww_cCzt20uZ21hrbg/s1187/strategic%20leadership.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="446" data-original-width="1187" height="120" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrBhqH1w3FPZRsefF4zX3ApE-Vd5LN4UunRwocXfamBS47PiPd8Qdz8w7EnSKYZSAYkd7VXvDCE6XzCz0QY5Kl6vlRJMA29YnP5yvAYQGL3O5skk6ARZus7INJr5fO4uyospf-eC9Wp88e0WoXt9zBOCzpHh5b52VWWiW-vyVS7Ww_cCzt20uZ21hrbg/s320/strategic%20leadership.jpg" width="320" /></a></div><br /><p>Kepemimpinan industri public relations (PR)
era digital memiliki banyak tantangan. Para profesional public
relations saat ini bekerja di lingkungan yang semakin sulit dan kompleks.
Tekanan dari luar organisasi meliputi akuntabilitas baru, pemangku kepentingan
yang semakin berkuasa, sikap skeptis publik yang semakin meningkat, dan lanskap
komunikasi yang baru.</p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Secara internal, ada tuntutan yang semakin
meningkat untuk menunjukkan kontribusi strategis, sekaligus membutuhkan
kemampuan untuk melatih dan memberikan saran kepada manajer senior yang
terpapar tekanan lingkungan ini. Ini sekaligus mencerminkan adanya problematika
yang dihadapi kepemimpinan publis relations saat ini. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Beberapa problematika kepemimpinan public
relations dipaparkan Anne Gregory dan Paul E. Willis di </span>buku <i>Strategic Public Relations Leadership </i>(Routledge,
2023). Salah satu masalah kepemimpinan
dalam PR adalah terkait dengan pengukuran hasil yang akurat. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam industri PR,
seringkali sulit untuk mengukur dampak dari kampanye PR. Banyak perusahaan
hanya memperhatikan output dan bukan outcome, sehingga hasil yang diukur tidak
selalu sesuai dengan tujuan awal kampanye PR. Ini menimbulkan masalah ketika
para pemimpin PR harus mempertanggungjawabkan anggaran yang telah digunakan
kepada manajemen atas dampak kampanye yang dilakukan.<span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal">Selain itu, para
pemimpin PR juga dihadapkan pada tantangan untuk dapat menavigasi perubahan
lingkungan bisnis yang terus berubah. Di era digital saat ini, para pemimpin PR
harus mampu memahami dan mengikuti tren media sosial dan teknologi yang terus
berkembang, serta dapat menyesuaikan strategi PR dengan berbagai perubahan
tersebut.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Problematik
kepemimpinan PR juga berkaitan dengan tuntutan untuk memiliki keterampilan yang
lebih luas, termasuk kemampuan untuk memahami data dan teknologi. Para pemimpin
PR perlu mampu menggunakan teknologi dan alat analitik untuk mengumpulkan data
dan menganalisisnya, sehingga dapat memahami kebutuhan dan preferensi konsumen
secara lebih baik. Selain itu, kemampuan untuk memahami angka dan data juga
sangat penting untuk mengukur keberhasilan kampanye PR dan menentukan arah
strategi PR di masa depan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kepemimpinan PR juga
harus mampu mengembangkan dan mempertahankan budaya perusahaan yang positif dan
inklusif. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepuasan karyawan dan memperkuat
citra merek perusahaan. Para pemimpin PR harus dapat menciptakan budaya yang
mendorong kreativitas dan inovasi, serta membangun hubungan yang baik antara
karyawan, klien, dan mitra bisnis.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Terakhir, kepemimpinan
PR juga harus dapat mengelola krisis dengan baik. Dalam industri PR, krisis
dapat terjadi sewaktu-waktu dan dapat berdampak negatif pada citra merek dan
reputasi perusahaan. Oleh karena itu, para pemimpin PR harus mampu mengatasi
krisis dengan cepat dan tepat, serta mampu membangun kembali citra positif
perusahaan dengan cara yang efektif.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Beberapa saran dan
solusi yang ditawarkan Willis dan Gregory untuk mengatasi problematik
kepemimpinan dalam industri public relations. <i>Pertama</i>, penting bagi
pemimpin public relations untuk memahami dan mengevaluasi peran mereka dalam
organisasi secara menyeluruh. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Seorang pemimpin
public relations harus memahami dan mengambil tanggung jawab dalam memahami
tujuan, nilai, dan misi organisasi serta memastikan bahwa public relations
berkontribusi secara efektif dalam mencapai tujuan tersebut. Hal ini juga
termasuk membangun kemitraan yang strategis dengan pemimpin dan anggota tim
lainnya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><i>Kedua</i>, penting bagi pemimpin public relations untuk
mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang memadai. Willis dan Gregory
menekankan bahwa seorang pemimpin public relations harus memahami tugas dan
tanggung jawabnya, termasuk dalam mengembangkan strategi, mengelola tim,
mengkomunikasikan informasi dengan jelas, dan memastikan transparansi dan
akuntabilitas.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><i>Ketiga</i>, pemimpin public relations juga harus memiliki
pemahaman yang baik tentang teknologi dan media sosial serta bagaimana
mengelola dampaknya pada organisasi dan masyarakat. Pemimpin public relations
harus mampu menggunakan teknologi dan media sosial secara efektif dalam
mendukung tujuan organisasi serta mengatasi tantangan dan risiko yang terkait
dengan penggunaannya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Buku ini memberikan
wawasan yang berguna tentang kontribusi strategis public relations dan
kepemimpinan public relations. Dalam menjelaskan topik yang kompleks, para
penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan contoh kasus yang relevan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Buku ini dapat menjadi
sumber bacaan yang berguna bagi praktisi public relations yang ingin
meningkatkan kemampuan strategis mereka atau para eksekutif senior yang ingin
memahami kontribusi public relations dalam mencapai tujuan organisasi.(Edhy
Aruman)<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Rujukan: <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US">Gregory, A., & Willis, P. E. (2023).
Strategic Public Relations Leadership, Second Edition. Routledge.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>edhyaruman.comhttp://www.blogger.com/profile/14609843357419751539noreply@blogger.com0