Bila kita Googling untuk menemukan definisi tentang komunikasi, kita akan mendapati banyak sekali definisi tentang komunikasi. Littlejohn (2009) juga memaparkan banyaknya definsisi tentang komunikasi.
Namun, dia dengan baik memberikan gambaran bahwa sebuah definisi haruslah dinilai berdasarkan seberapa baik definisi tersebut membantu akademisi untuk menjawab pertanyaan-pertayaan yang sedang mereka hadapi.
Salah satu definisi tentang komunikasi adalah berdasarkan tujuan. Disini orang mendefinisikan kounikasi dengan menyebutkan maksud. Misalnya, komunikasi adalah proses penyampaian sebuah pesan kepada penerima dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi perilaku penerima.
Pada kenyataannya, prosesnya tidak segampang yang
dibayangkan. Selama proses berlangsung banyak sekali hambatan atau kendali yang
bisa merusak atau menggangu pesan sehingga harapan dari penyampai pesan tidak
terpenuhi.
Ambil contoh ketika ingin menasehati atau ingin
membesarkan hati anak ketika dia sedang menghadapi masalah misalnya. Kita
berusaha untuk menyampaikan satu pesan dengan baik dengan cara yang baik bahkan
menurut kita pada waktu yang baik, namun efeknya bisa tidak seperti yang kita
harapkan.
Ada pegangan penting yang harus kita perhatikan ketika kita
berbicara dengan seseorang. Salah satunya adalah bahwa kita disarankan untuk
lebih mengenali lawan bicara kita. Kenapa? Studi terbaru yang dipublikasikan
dalam Journal of Personality and Social Psychology, untuk orang yang rendah
diri, dorongan yang meningkatkan penghargaan diri dari orang lain justru bisa
menjadi bumerang.
Hasil temuan studi menunjukkan, orang-orang rendah diri
cenderung melawan usaha teman-teman mereka yang mencoba membantu mereka merasa
lebih baik, khususnya strategi yang disebut "positive reframing",
yakni menyusun kembali suatu situasi menjadi lebih positif. "Orang yang rendah diri selalu merasa lebih nyaman dan
memilih berinteraksi dengan orang yang melihat mereka seperti mereka melihat
diri mereka sendiri," ujar peneliti studi, Denise Marigold, Ph.D., seperti
dilansir Huffington Post.
"Jika saya mengatakan hal negatif tentang hidup saya,
saya tidak ingin seseorang berdebat dengan saya," tambah asisten profesor
dalam studi pembangunan sosial, University of Waterloo's Renison University
College itu.
Menurut Marigold, untuk orang yang rendah diri, kalimat
seperti "Tidak, kau salah, Saya rasa kau luar biasa!" atau
"hidup ini indah!" dapat disalahpahami dan dianggap seakan tidak ada
satupun yang mengerti mereka. "Ketika orang lain mencoba menambah semangat mereka,
dapat saja (orang rendah diri) merasa ada sesuatu yang salah dengan perasaan
atau pikiran mereka," kata Marigold.
Sementara itu, menurut psikolog, Celeste Gertsen, Ph.D., orang yang rendah diri lebih rentan, sensitif dan waspada pada lingkungan mereka. "Mereka sering membesar-besarkan pernyataan-pernyataan negatif yang orang katakan pada mereka,..,' ujar Gertsen, yang tidak terlibat dalam studi.
Gertsen mengatakan, jika seseorang mengatakan sesuatu yang
menyakitkan pada orang yang rendah diri, maka dia akan menginternalisasi hal
itu lebih dari orang yang memiliki sensitivitas lebih tinggi.
Terdapat beberapa kalimat yang memunculkan kesalahpahaman
pada orang yang rendah diri. Marigold mengungkapkan, ketika seseorang tidak
merasa optimis setelah putus (dengan pasangannya), ekspresi optimisme tidak
akan diterima. Misalnya, "Kau hebat, kau akan menemukan seseorang yang
lain secepatnya", " Ini bukan masalah besar, kau akan bangkit".
Dengan kata lain, seringkali muncul prasangka lawan bicara
terhadap kita. Ini bukan karena dia membenci kita atau tidak. Namun, bisa juga
terjadi karena waktunya yang kurang. Misalnya, kita menyampaikan kalimat yang
menurut kita bisa membesarkan hati itu pada saat dia benar-benar merasa tidak
ada harapan. Bila pada kondisi demikian, menurut Marigold, kalimat-kalimat positif
ini bagi orang yang rendah diri justru dianggap meremehkan.