Selasa, 25 Juni 2019

Halal Branding




Konsep branding untuk pasar Muslim memang tidak dapat dipisahkan dari iman dan harus melibatkan pertimbangan kebutuhan spiritual dari target konsumen (Muslim).  Dalam hal merek halal, dimensi spiritual sangat penting. Perspektif holistik memungkinkan rekonsiliasi antara etos spiritual Halal - Thayyiban dan aplikasi untuk merek berbasis agama.

Saat ini, permintaan akan obat-obatan yang mematuhi peraturan Muslim terus meningkat. Meningkatnya permintaan global akan obat-obatan halal sejalan dengan meningkatnya minat dan kekhawatiran umat Islam mengenai status obat-obatan halal.

Banyak dari mereka menantang industri tentang asal-usul bahan-bahan dari produk-produk ini, dan apakah mereka sesuai dengan gaya hidup Islam. Produk farmasi halal tidak hanya harus bebas dari bahan-bahan haram, tetapi mereka juga harus thayyib yang merupakan istilah yang diberikan untuk barang dan produk yang memenuhi standar kualitas. 

Secara umum, thayyib mengacu pada produk yang bersih, murni dan diproduksi berdasarkan proses dan prosedur standar. Dengan demikian, produk farmasi seharusnya tidak hanya halal, tetapi juga harus dinilai bersih menurut hukum Syariah.

Simbolisme potensial dari Halal dan Thayyiban, asosiasi positif dari konsep dan sikap moral yang kuat pada intinya memberikan sinyal tentang cara branding yang dapat mewujudkan pencarian spiritual merek dengan "niat ilahi". Karenanya, hubungan antara merek dan konsumen berhenti menjadi materialistis dan berubah menjadi perbuatan baik (Alserhan, 2011).

Konsep-konsep Halal dan Toyyiban memperluas pemikiran konseptual untuk memasukkan unsur-unsur baru di luar tanggung jawab sosial, untuk mencakup evolusi makna merek dari "nilai-nilai berorientasi fungsional. Nilai-nilai ini ditambah dengan nilai-nilai berorientasi emosional -- ketika kecanggihan manajemen merek meningkat -- mendorong janji visioner itu menambah nilai bagi semua pemangku kepentingan.  

Dimensi fungsional mencerminkan atribut nyata dan manfaat dari produk atau layanan yang terkait dengan merek. Dimensi emosional mencerminkan atribut yang tidak berwujud dan didorong oleh nilai. Dimensi spiritual mencerminkan atribut holistik dan pandangan terhadap merek yang berasal dari sistem kepercayaan, menambah komponen yang kuat untuk konstruksi merek tradisional.

Dalam Islam, keputusan pemasaran yang berkaitan dengan distribusi sangat penting. Dalam Islam, keputusan mengenai distribusi produk atau layanan harus mempertimbangkan bahwa maksimalisasi laba belum tentu yang paling tepat untuk kesejahteraan masyarakat. Bencana Exxon Valdes 1989 yang mengakibatkan jutaan galon minyak mentah yang tumpah di Alaska akan diminimalkan jika, misalnya, tanker berkulit ganda digunakan oleh Exxon.

Menurut prinsip-prinsip Islam, saluran distribusi tidak seharusnya membuat beban harga dan penundaan bagi pelanggan akhir. Penyimpangan etis dalam saluran distribusi seperti keterlambatan yang tidak perlu dalam pengiriman memaksa pelanggan untuk kembali berulang kali dan dengan demikian menyebabkan ketidaknyamanan yang tidak perlu, tidak diperbolehkan.

Islam tidak melarang perwakilan agensi dan saluran sebagai perantara untuk memfasilitasi gerakan dan fungsi akuisisi. Praktik yang tidak etis dalam pendistribusian bisa berupa pengemasan yang lemah atau gampang rusak tanpa keamanan dan perlindungan yang memadai untuk produk, pengemasan yang tidak sesuai, dan produk berbahaya dan beracun harus diangkut dengan sangat hati-hati tanpa kelalaian.

Menyakiti orang di jalan saat mengangkut barang berbahaya tidak bisa dimaafkan dan sama dengan praktik pemasaran yang tidak adil. Distributor seharusnya tidak menggunakan paksaan; mereka juga seharusnya tidak membuat beban bagi pelanggan akhir dalam hal harga dan keterlambatan yang lebih tinggi.

Tujuan akhir distribusi dalam Islam adalah untuk menciptakan nilai dan untuk menyediakan produk dan layanan yang memuaskan secara etis. Namun, dalam kerangka etis Islam, tujuan utama saluran distribusi adalah untuk menciptakan nilai dan mengangkat standar kehidupan dengan menyediakan produk dan layanan yang secara etis memuaskan (Saeed dkk., 2001).

Pariwisata halal telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir untuk memenuhi kebutuhan pelancong Muslim yang ingin menikmati layanan liburan penuh. Pada saat yang sama, mereka memiliki  persyaratan agama, adat dan budaya Islam. Sejumlah negara telah mengadaptasikan tawaran pariwisata mereka untuk memasukkan fasilitas dan akomodasi sesuai dengan kepercayaan religius wisatawan Muslim.

Destinasi favorit sebagian besar adalah negara-negara Islam seperti Malaysia, Turki dan Mesir. Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara non-Muslim termasuk Australia, Singapura dan Prancis telah menunjukkan minat yang kuat dalam pariwisata halal.

Destinasi-destinasi itu adalah favorit di antara pelancong Muslim karena mereka memiliki lembaga sertifikasi halal, yang memudahkan wisatawan untuk menemukan outlet makanan halal bersertifikat saat berlibur di sana. Malaysia, misalnya, termasuk terkemuka dalam industri pariwisata halal, dan berhasil menarik wisatawan Muslim dari seluruh dunia, terutama wisatawan Timur Tengah.

Baru-baru ini, Malaysia menempati peringkat pertama di antara 10 tujuan liburan ramah halal terbaik di dunia. Pemeringkatan didasarkan pada beberapa faktor termasuk ketersediaan makanan halal, fasilitas sholat dan akomodasi ramah halal.

Tantangannya adalah bagaimana pemasaran untuk wisatawan Muslim dilakukan tanpa mengasingkan non-Muslim. Sebab bagaimanapun, hotel dan destinasi yang melayani wisatawan Muslim tidak ingin menarik segmen wisatawan Muslim dengan mengorbankan pasar lain. Karena itu satu tantangannya adalah bagaimana strategi pemasaran yang harus mereka jalankan.

Salah satu pendekatan adalah memasarkan diri mereka sebagai hotel atau destinasi ramah keluarga tanpa menggunakan istilah "Muslim" atau "Halal." Al Jawhara, grup hotel yang berbasis di Dubai melakukan hal itu. Dalam iklan mereka, Jawhara mempromosikan "keramahan berorientasi keluarga yang unik," terlepas dari kenyataan bahwa hotel tersebut jelas melayani kebutuhan Muslim.

Grup hotel lain yang berhasil mengakomodasi kebutuhan Muslim sekaligus inklusif dan tidak menyebut dirinya sebagai hotel halal adalah Shaza Hotels. Operator hotel mewah ini berfokus pada keramahtamahan Arab yang otentik yang didasarkan pada nilai-nilai dan moral, dan karenanya menarik baik bagi Muslim maupun non-Muslim.

Cara lain untuk menghindari dilema pemasaran kepada umat Islam sementara yang lain tidak membuat orang lain dilanggar, adalah memasarkan kepada pemirsa Muslim melalui saluran pemasaran yang ditargetkan, seperti media Muslim, publikasi lokal di negara-negara mayoritas Muslim, serta kampanye iklan bertarget.

Dimensi ini erat kaitannya juga dengan tingkat religiusitas dari target pasar. Dalam konteks ini pengelola merek perlu memahami fenomena bahwa di dalam kalangan Muslim sendiri terdapat segmentasi.  Di masyarakat Muslim biasa dijumpai misalnya ada Muslim yang sangat religius dan Muslim yang tidak terlalu religious. Ini memiliki pengaruh pada inisiatif pemasaran, terutama komunikasi dan pengiriman pesan.

Keragaman tersebut memiliki implikasi tersehadap strategi pemasaran atau komunikasi pemasaran yang dibuat. Dalam konteks ini ada kesadaran akan pentingnya mengedukasi konsumen tentang halal. Ini sekaligus menjadi mendidik konsumen tentang arti halal merupakan tantangan. Di sini perusahaan memiliki dilema. Di satu sisi, jika mereka ingin menjangkau konsumen non-Muslim misalnya, mereka harus menjelaskan apa itu halal.

Di sisi lain, konsumen mungkin memiliki keraguan jika konsep ini tidak dijelaskan dengan benar. Misalnya, kelompok kepentingan seperti aktivis hak-hak hewan mungkin memiliki keraguan tentang metode penyembelihan yang diperlukan. Namun, makanan halal  dan sehat, dapat menjangkau konsumen yang berorientasi kesehatan jika konsep tersebut dikomunikasikan dengan cara yang benar.

Pengecer besar seperti Tesco sangat terampil dalam mengelola merek makanan dari semua sumber, termasuk makanan etnis. Salah satu implikasi untuk komunikasi merek adalah menjaga profil halal tetap rendah dan profil merek tetap tinggi.

Dengan melakukan hal itu, umat Islam yang mencari makanan halal bisa melihat logo sertifikasi halal dalam cetakan kecil di bagian belakang kemasan, dan non-Muslim dapat melihat merek lebih awal dan pesan merek yang menyoroti atribut rasional dan emosional seperti kesehatan, keaslian organik, dan sebagainya.

Membidik Konsumen Muslim, Dilirik Konsumen Non-Muslim




Konsep branding untuk pasar Muslim tidak dapat dipisahkan dari iman dan harus melibatkan pertimbangan kebutuhan spiritual dari target konsumen (Muslim).  Dalam hal merek halal, dimensi spiritual sangat penting, Halal – Thayyiban. Tantangannya adalah bagaimana membidik konsumen Muslim namun tetap menjadi pilihan konsumen Non-Muslim?

Sampai awal 2000an, jangan harap Anda menemui produk kosmetik Wardah di swalayan maupun toko-toko. Namun jika Anda mengunjungi tempat-tempat media dakwah seperti mejelis taklim atau pengajian untuk wanita muslim,  produk kosmetik yang digagas Nurhayati Subakat ini, dengan mudah dijumpai.

Saat itu, kosmetika merek Wardah memang sangat populer di kalangan ibu-ibu pengajian. Beda dengan produk tata rias lain yang tidak membidik konsumen tertentu, Wardah memang memiliki pasar khusus. Maklum Wardah yang mengusung moto kosmetika suci dan aman --tidak mengandung alkohol dan bahan haram lainnya-- ini memang dilempar untuk kaum muslim.

Oleh sebab itu jangan heran apabila rangkaian produk kosmetik -- seperti tata rias, perawatan kulit, perawatan sehari-hari dan perawatan rambut -- yang khas ini, memang lebih mudah dijumpai di lokasi-lokasi yang melibatkan banyak kaum muslimah.

Kesuksesan Wardah di pasaran produk kosmetika yang notebene persaingannya lumayan ketat ini, memang tidak lepas dari kejelian Nurhayati melihat ceruk pasar. "Meskipun para pemain di industri kosmetika ini sudah terlalu banyak, tapi saya masih melihat celah pasar. Karena selama ini saya belum melihat kosmetik yang memposisikan khusus untuk kaum muslimah saja," ungkap Nurhayati.

Hanya populer di kalangan wanita muslim, ternyata bukan soal buat Wardah. Diam-diam angka nominal penjualan Wardah juga sudah menjurus ruarr biasa. Awal 2000, omzet produk Wardah sudah di atas Rp1 miliar per bulan. Padahal ketika awalnya dilempar ke pasaran pada 1995 silam, omzet Wardah masih  hanya berputar pada Rp200 ribu per bulan.

Strategi membidik target pasar tertentu, belakangan memang bukan satu-satunya faktor kesuksesan produk Wardah di pasaran kosmetika domestik.  Jalur distribusi yang tidak terpaku pada satu sistem, boleh jadi faktor berikutnya yang menjadi penentu keberhasilan Wardah di pasaran. Strateginya gado-gado.

Awalnya Wardah hanya menggunakan sistem tradisional (direct selling). Setelah itu, penjualan Wardah juga dilakukan lewat cara semi multilevel marketing (MLM), serta MLM murni. Untuk urusan distribusi, Wardah saat itu menggandeng Ahad.Net, PT Mutiara Arum Lestari (MAL), dan Ny. Riani di Bandung.

Meskipun penjualan secara multilevel menggelembungkan penjualan Wardah,  Wardah saat itu masih menggarap penjualan langsung. Langkahnya ini didukung oleh empat tim yang terdiri atas delapan  orang per tim yang kerjanya berkeliling dengan mobil khusus untuk memasarkan Wardah secara tradisional. Karena jumlahnya masih terbatas, makanya jangkauannya masih sebatas wilayah Jabotabek dan Jawa Barat.

Meski tidak terlalu wah, Wardah juga beriklan di sejumlah acara di televisi swasta. Sesuai dengan misi produknya, saat itu Wardah beriklan di acara-acara religius seperti Siraman Rohani, Tasawuf dan Penyejuk Iman. Diakui Nurhayati, belanja iklan Wardah di televisi memang hanya Rp20 juta per bulan yang dialokasikan lewat acara-acara religius.

Wardah kini menuai sukses besar dengan mengidentifikasi diri mereka dengan Islam. Penelitian Kantar Worldpanel menunjukkan bahwa merek terus bergerak semakin kuat. Wardah berhasil membangun posisi terdepan di pasar dalam make-up sehingga pada tahun 2014 misalnya, pangsa pasar kosmetik dari 5 persen menjadi 16 persen di wilayah perkotaan.

Namun, kesuksesan itu lebih dari sekadar menawarkan produk perawatan kecantikan halal. Sebagai brand kosmetik, Wardah terus berinovasi dengan meluncurkan berbagai produk yang dapat menjawab kebutuhan gaya hidup modern. Di antaranya, perempuan millennials usia 18-30 tahun yang aktif, seperti first jobber maupun profesional muda.

Untuk pasar yang memiliki mobilitas yang tinggi, sehingga tidak punya waktu yang cukup untuk ber-make up ini, Wardah menawarkan produk make up instan all in one. Produk ini memiliki formula yang membuat hasil riasan tahan lama. Contohnya, lip matte-nya yang tahan sampai 12 jam. Selain itu, Wardah menyajikan warna kekinian yang memang menjadi tren dan preferensi perempuan muda saat ini.

Secara tradisional, agama sering dianggap sebagai elemen abadi dari lingkungan budaya. Karena itu, perusahaan dipaksa untuk menyesuaikan penawaran dan praktik pemasaran mereka dengan karakteristik keagamaan di suatu negara, terutama jika produknya sensitif terhadap lingkungan keagamaan. Akibatnya, agama terkadang dipandang sebagai faktor pembatas karena membatasi penggunaan beberapa produk dan layanan.

Acuan ini juga sering memunculkan interpretasi bahwa konsumen Muslim tidak seperti konsumen lain pada umumnya. Stereoptipe yang sering muncul bahwa konsumen Muslim tidak menyukai Barat, atau anti Amerika. Padahal di banyak belahan bumi, konsumen Muslim juga mengikuti gaya hidup seperti menonton TV, berselancar di internet, makan burger, dan sebagainya.

Di Malaysia, Nestle Malaysia dan Halal Centre of Excellence-nya telah menjadi produsen produk halal terbesar di dunia. Di Amerika Serikat, Saffron Road dengan produk halal dan organiknya telah menjadi model keberhasilan bagi pengusaha Muslim dan non-Muslim. Dari Asia hingga Amerika, sektor makanan halal menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Islam dan global yang lebih luas.

Hanya saja sistem diet dan konsumsi Islam berbeda dan unik dibandingkan dengan sistem diet etnis lainnya. Komunitas dunia kini mulai memahami pentingnya kebutuhan umat Islam akan makanan dan konsumsi lain yang dikenal sebagai halal.

Pasar untuk makanan dan produk halal bersertifikat tumbuh kuat, baik di dalam negeri maupun internasional. Meskipun istilah halal tidak pernah menarik perhatian sebanyak saat ini, saat ini di mana ada konsumen Muslim yang selera dan preferensi diatur oleh aturan halal pada spesifikasi makanannya, pasar makanan halal nyatanya sangat besar.

Produsen dan pemasar memahami bahwa setiap Muslim harus memastikan bahwa apa yang mereka makan berasal dari sumber halal. Ini tidak hanya berarti memeriksa bahan-bahan saja, tetapi juga memastikan bahwa seluruh proses sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.

Sampai satu dekade yang lalu, produk makanan halal hanya ditawarkan di toko-toko pojok tradisional dan tukang daging.  Kini, pasar halal telah menyaksikan perubahan permintaan secara universal dan rantai pasokan produk makanan halal terus berkembang.

Produk halal semakin tersedia di toko-toko grosir gaya Barat termasuk supermarket dan rantai hypermarket. Di banyak negara barat, supermarket dan produsen makanan mulai menjangkau konsumen Muslim dengan menawarkan pilihan produk makanan halal yang lebih luas.

Makanan halal menjadi bagian yang meningkat dari diet Barat dan telah menjadi industri global bernilai miliaran dolar yang melibatkan perusahaan multinasional seperti Tesco, Unilever dan Nestlé yang telah secara agresif memperluas lini produk bersertifikat halal mereka.

Pertumbuhan pasar kosmetik halal dan perawatan pribadi halal kini menjadi terbesar dan memiliki nilai finansial besar setelah makanan halal. Penggerak utama permintaan kosmetik halal dan produk kecantikan halal ini berasal dari demografi populasi Muslim profesional muda yang sadar religius dan dinamis. 

Dalam ruang lingkup kosmetik halal, konsep tersebut mencakup aspek-aspek penting dari produksi seperti bahan-bahan halal dan penggunaan zat-zat yang diizinkan yang harus dibuat, disimpan, dikemas, dan dikirim sesuai dengan persyaratan Syariah. Menariknya, kosmetik halal juga mendapatkan momentum di antara konsumen modern yang sadar lingkungan dan bersedia membayar premi untuk produk kosmetik organik, alami, dan bersahaja yang sesuai dengan gaya hidup modern mereka.


Senin, 24 Juni 2019

TOILET: THE NEW CITY ICON


Toilet Hundertwasser dianggap sebagai daya tarik utama itu kota Kawakawa. Toilet itu paling banyak difoto di Selandia Baru. Bus-turis yang melihat toilet dan berfoto di sekitarnya jauh lebih banyak daripada orang-orang yang berkunjung hanya untuk menggunakan fasilitas itu. Di Selandia Baru memang banyak ditemui toilet umum yang unik.

Apa yang membedakan kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Banyuwangi dan kota-kota lainnya? Jakarta terkenal dengan Monumen Nasional (Monas). Ikon itu dikenal banyak orang karena di logo Pemerintah Jakarta terdapat Tugu Monas. Bandung mempunyai gedung Sate, Surabaya memiliki Tugu Pahlawan. Banyuwangi mempunyai rumah Oseng.

Tanda tapak (landmark ) yang mudah dikenali ini menjadi identitas kota Jakarta. Demikian pula dengan kota-kota lainnya. Di London ada Big Ben, Menara Eiffel (Paris), Patung Liberty (New York) dan Christ the Redeemer (Rio de Janeiro). Lalu kalau suatu kota memiliki ikon itu dan dikunjungi banyak wiatawan, cukupkah ikon itu?

Ada persamaan diantara perbedaan ikon-ikon tadi, pengunjung butuh tempat yang bisa memuaskan kebutuhan untuk menyelaraskan dengan fungsi tubuhnya, buang air. Karena itu, pengelola kota atau tempat destinasi harus menyediakan toilet. Itu sebabnya, banyak orang mengatakan bahwa toilet bisa menjadi pembeda beriktnya setelag ikon-ikon tadi.

Kenapa? Toilet adalah budaya. Budaya masing-masing orang atau kelompok atau masyarakat berbeda-beda. Setiap hari, orang beberapa kali ke toilet beberapa kali, dimanapun termasuk di tempat destinasi tadi. Untuk menikmati hidup, dengan kata lain, untuk menciptakan pengalaman yang melekat di memori pengunjung, pengelola kota harus mengembangkan budaya toilet baik untuk menjawab beragam tuntutan pengunjung.

Budaya ini terdiri dari banyak masalah yang beragam dan saling terkait termasuk penyediaan, perencanaan dan desain, sikap budaya, perilaku, kesehatan masyarakat, keselamatan, keterampilan dan metode pembersihan, pemeliharaan bangunan, aksesibilitas penyandang cacat, norma dan standar penetapan, kebijakan dan perundang-undangan, manajemen, penelitian dan pengembangan, teknologi, pendidikan publik dan isu-isu lingkungan seperti pengolahan dan daur ulang air dan limbah.

Di seluruh dunia, toilet berkembang menurut tradisi budaya setempat. Bagaimana toilet itu dirancang dan dibangun dan disediakan kepada public, masing-masing negara atau kota memiliki konsep yang berbeda tergantung bagaimana pemerintah setempat melihat pentingnya kebersihan dan kesehatan warganya.

Karena itu, rancangan dan bentuk bangunan toilet umum berbeda untuk masing-masing kota atau daerah. Konsekuensinya juga pada apa yang tersedia di dalamnya, termasuk akses ke kertas sekali pakai dan ketersediaan air. Intinya, fungsi tubuh kita yang paling alami ini ditangani dengan berbagai cara yang berbeda.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu negara atau kota juga melahirkan konsep bangunan yang juga berbeda. Toilet pabrik melayani pengunjung yang berbeda dari pusat perbelanjaan, atau sekolah, rumah sakit, kantor, kedai kopi, klub renang atau hotel, dan masalah ini berbeda lagi di berbagai lokasi perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan. Tingkat pengembangan atau kemakmuran di setiap lokasi juga memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan dan prioritas.

Kebutuhan pengguna toilet juga beragam. Tuntutan dan ketentuan harus berbeda untuk pria, wanita, anak, orang tua, bayi, dan berbagai jenis orang yang kurang beruntung secara fisik seperti mereka yang memiliki gangguan penglihatan, penderita inkontinensia, dan kursi roda yang terikat. Lebih jauh, perbedaan budaya perlu diperhitungkan, terutama dalam pandangan globalisasi yang cepat.

Banyak yang telah menemukan bahwa fasilitas toilet yang baik tidak hanya merupakan layanan penting tetapi sebenarnya dapat menawarkan pengembalian investasi yang sehat. Toilet adalah alat pencegahan penyakit. Mereka membantu mengurangi biaya penyediaan kesehatan masyarakat, dan meningkatkan kualitas hidup, produktivitas, dan moral masyarakat.

Seperti yang dibuktikan oleh 'Loo of the Year Award' di Inggris, pusat perbelanjaan dan hotel menemukan bahwa menyediakan toilet yang bagus menghasilkan dividen yang baik dalam bentuk peningkatan lalu lintas pembelanjaan dan tingkat hunian.

Perusahaan, seperti kawasan perbelanjaan Great World City dan Singapore Zoo, menampilkan toilet mereka sebagai daya tarik penting bagi pengunjung. Beijing, melalui Biro Pariwisata Beijing, adalah contoh yang bagus tentang bagaimana sebuah kota dapat meningkatkan pendapatan pariwisata dengan meningkatkan citranya melalui penyediaan fasilitas toilet umum yang lebih baik.

Selandia Baru menghabiskan banyak uang untuk memperbaiki infrastruktur guna mengatasi meningkatnya jumlah wisatawan. Mereka membangun toilet yang menarik dan unik sehingga menciptakan tempat wisata baru. Toilet Matakana misalnya, elemen-elemen desainnya diambil dari sejarah lokal - kamar-kamar melengkung yang menyerupai lambung kapal untuk mencerminkan pentingnya pembangunan kapal di daerah tersebut.

  Matakana Public Toilet

Hundertwasser Toilets adalah toilet umum yang terletak di 60 Gillies Street, jalan utama kota Kawakawa di Selandia Baru utara. Toilet umum yang dirancang sangat unik selesai dibangun pada tahun 1999 dan dinamai Hundertwasser dari nama perancangnya, Friedensreich Hundertwasser. Ini adalah salah satu dari beberapa blok toilet yang dipandang sebagai karya seni internasional dan objek wisata tersendiri.

Toilet tersebut ditopang oleh kolom-kolom keramik berwarna cerah yang mendukung serambi yang melengkung. Gaya khas Hundertwasser, dengan garis-garis bergelombang, ubin keramik tidak beraturan, patung-patung kecil yang terintegrasi, kaca berwarna dan pohon hidup yang dimasukkan ke dalam arsitektur.


Di atasnya terdapat semacam taman rerumputan. Tumbuhan seakan tumbuh dari atap. Hundertwasser  sempat meminta agar setiap vegetasi yang dipindahkan untuk pembangunan g toilet itu ditanam kembali di atap hijau gedung.

Tidak ada garis lurus di dalam bangunan. Bagian dalam diperlengkapi  dengan sebagian besar ubin putih, diselingi dengan ubin warna-warna, dan  nat hitam diantaranya. Jika Anda duduk di salah satu kafe di seberang jalan, Anda dapat menyaksikan bis-bis wisata berhenti sehingga pengunjung dapat memotret fasilitas. Bahan daur ulang, termasuk botol kaca dan batu bata bekas dari komunitas bekas cabang Bank of New Zealand, digunakan di seluruh sudut bangunan.

Secara fungsional, tidak berbeda dengan toilet umum 'normal' lainnya. Ada area pria dan wanita yang terpisah, tetapi kedua belah pihak terkadang dilihat oleh pengunjung yang lebih penasaran setelah memberikan peringatan sebelumnya.  Tahun lalu, Menteri Pariwisata Selandia Baru Kelvin Davis mengumumkan alokasi $ 19,3 juta dana pariwisata, dengan sejumlah perubahan untuk memperbaiki toilet umum. Ini menandakan pentingnya penyediaan toilet umum.

Minggu, 23 Juni 2019

TOILET 4 - Bukan Sekadar Arsitektur



Marine Drive adalah boulevard sepanjang 3,6 kilometer di Mumbai Selatan di kota Mumbai, India. Jalan itu dibangun oleh mendiang dermawan Bhagojisheth Keer & Pallonji Mistry. Ini adalah jalan beton enam jalur berbentuk 'C' di sepanjang pantai, yang merupakan teluk alami.

Jalan tersebut menghubungkan Nariman Point ke Babulnath dan Bukit Malabar. Marine Drive terletak di tanah reklamasi yang menghadap ke barat-selatan-barat. Sebuah promenade terletak sejajar dengan jalan ini. Marine Drive juga dikenal sebagai Kalung Ratu karena, jika dilihat pada malam hari dari titik yang tinggi di sepanjang perjalanan, lampu jalan menyerupai tali mutiara di kalung.



Di sudut jalan pejalan kaki Marine Drive, terdapat toilet yang lebih mirip seni daripada infrastruktur. Toilet umum di tepai pantai yang ramah lingkungan dan berteknologi tinggi itu dirancang oleh Serie Architects yang berbasis di Mumbai. Tak mengherankan bila kemudian, toilet itu dimasukkan dalam UNESCO World Heritage Site.

Toilet itu sekarang menjadi 'pemilik' kebanggaan warga setempat. Toilet JSW-Samatech — yang secara informal dinamai ulang dengan Marine Drive Toilet (MDT) —mungkin merupakan tampilan paling berani dari kemitraan publik-swasta. 

Perusahaan konglomerat yang juga masuk di bisnis sanitasi  bergandengan tangan dengan badan kota, BMC, untuk membuat infrastruktut fungsionalitas yang keren. Tapi itu bukan yang pertama untuk JSW Group atau Samatech. Setelah berkolaborasi dalam proyek sanitasi perempuan di stasiun kereta Mumbai Central, mereka menjadi makin tertantang untuk lebih masuk ke usaha semacam itu.

Dari perspektif desain, toilet ini lebih masuk ke jenis struktur bangunan yang cocok untuk situs warisan. Tampilan estitisnya menambah fungsinya sebagai sarana public. Toilet ini seakan sebagai gagasan tentang toilet kota dan mengubahnya menjadi semacam ikon kota.

Bahwa toilet telah membuat pengunjung (dan penduduk) berhenti untuk melihat sebentar dan sebagai tempat untuk foto selfie menunjukkan kesuksesan dari sisi arsitektur. Bahwa daya dorongnya menuju keberlanjutan dapat, dan akan, membantu mencegah krisis lingkungan yang bahkan lebih buruk menunjuk pada tujuan semula dari pembangunan toilet itu.