Minggu, 12 Maret 2017

MITOS BRANDING - Yang Terbaik Belum Tentu Menjadi Sang Pemenang


Yunita Gouw, seorang juru masak otodidak 52 tahun, bersaa suaminya,  Soe Bin Ang, datang ke Amerika Serikat dari Indonesia pada tahun 1984. Pada tahun 1991, pasangan ini membuka Restoran Borobudur, sebuah nama candi di dekat Magelang, Jawa Tengah. Di Daly City. Mereka menggabungkan bisnis restoran dan katering kecil yang mengantarkan makanan ke mahasiswa Indonesia di San Francisco State University dan University of California, San Francisco.

Di kota itu sebelumnya ada beberapa restoran Indonesia namun umumnya tak bisa bertahan lama. Mereka datang dan pergi, namun Borobudur Restaurant membuktikan daya tahannya sebagai restoran dan catering khas masakan Indonesia. Nyonya Gouw, pemilik restoran di pusat kota San Francisco itu, mengatakan bahwa dia tidak yakin mengapa begitu banyak pesaingnya telah jatuh. Tapi selama 22 tahun, Nyonya Gouw menjalankan bisnis restonya, dia fokus menyediakan menu Gado-Gado (campuran sayuran kukus, tahu dan telur dengan saus kacang) seharga $ 8,50 seporsi, atau rendang sapi seharga $ 12,95, yang hingga kini masih bertahan.

Pada hari tertentu, seperti dikutip Wall Street Journal (Online), 10 Apr 2013 silam, restoran - dihiasi dengan beberapa kerajinan kayu dari Jawa yang didesain sedemikian rupa sehingga seakan  menampilkan perpaduan antara pelanggan Indonesia dan non-Indonesia. Bagi pelanggan yang baru mengenal makanan Indonesia, yang biasanya banyak, Nyonya Gouw menggambarkan makanannya sebagai "seperti setengah Thailand dan setengah Malaysia," dan akan sering menyarankan mereka untuk mencoba Rendang sapi.

Salah satu penggemar Rendang milik Nyonya Gouw adalah Jim Vitek, seorang pengusaha Michigan yang telah makan malam di Borobudur beberapa kali saat berkunjung ke San Francisco. "Borobudur telah membuat saya terpikat pada makanan Indonesia," kata Vitek, yang sangat menikmati penggunaan saus kacang, cabe dan santan secara leluasa di banyak piring. "Tidak perlu biaya mahal, dan di atas itu saya tidak bisa mendapatkannya kembali di rumah." Restoran Borobudur, yang terletak di 700 Post St., menyajikan makan siang Senin sampai Jumat dari pukul 11.30 sampai 03.00. Restoran itu mungkin bukan yang terbaik, tapi telah memberikan kesan tertentu kepada pengunjungnya.

Sering muncul pernyataan bahwa kita harus menjadi yang terbaik. Keliru? Tidak. Sebab bagaimanapun menjadi yang terbaik adalah baik. Tapi, hal itu bukanlah satu-satunya yang ingin dicapai. Sebab, ketika sesuatu menjadi paritas - menjadi sebaik orang lain – itu adalah pertanda bahwa sesuatu tadi  buruk.

Lalu apakah tidak menjadi yang terbaik itu sesuatu yang buruk? Mungkin tidak. Berjuang untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal, untuk menjadi yang terbaik dalam industri Anda, saat ini menjadi salah langkah yang sudah terlalu umum. Ini karena semua orang melakukan itu sehingga bila produk Anda misalnya tidak menjadi yang terbaik kemungkinan besar akan tergilas.

Masalahnya adalah Anda mungkin tidak bisa menjadi yang terbaik dalam segala hal. Selain itu, menjadi yang terbaik sangat bergantung pada siapa yang melakukan menyatakan bahwa Anda adalah yang terbaik. Kalau diri Anda sendiri yang mengatakan, itu adalah menghibur diri. Orang lain yang menyatakan juga tergantung pada siapa mereka itu sebenarnya. Pelajar SMA dan baby boomer kaya akan memiliki pendapat yang berbeda tentang apakah mi bakso Es Teler 77 itu merupakan yang terenak.

Belum lagi bila kita berbicara tentang pengalaman. Balik lagi ke retoran mi Es Teler 77. Apakah restoran mi Es Teler 77 memberikan pengalaman yang terbaik bagi pelanggannya. Dalam konteks inilah terbaik bagi target market Anda merupakan yang terbaik buat strategi Anda. Pertanyaannya adalah bagaimana mengkomunikasikan bahwa produk atau merek Anda merupakan sesuatuyang memberikan pengalaman terbaik. 

Alih-alih hanya mengatakan Anda ingin menjadi yang terbaik, pakar persaingan Michael Porter mengatakan, ada baiknya pemasar menanyakan pada diri sendiri, "Bagaimana saya bisa memberikan nilai yang unik untuk memenuhi seperangkat penting kebutuhan untuk pelanggan penting saya?"

Ilustrasinya, bagi orang yang memiliki waktu hanya 15 menit untuk menghabiskan untuk diri mereka sendiri, Starbuck memberikan pengalaan dalam mengkonsumsi kopi yang terbaik. Melalui sistem dan kerja yang terkoordinasi, ribuan toko Starbucks menawarkan keunikan rasa dan pengalaman sesuatu yang penting bagi pelanggan penting mereka.


Jumat, 03 Maret 2017

Strategi Arby's Membuat Percakapan


Bagi Arby’s, Twitter bukan hanya sebuah platform di mana mereka bisa beriklan melainkan juga sebagai media untuk menyenangkan orang lain. Untuk itu, melalui Twitter, restoran cepat saji itu tidak mempromosikan menu baru sandwichnya atau tambahan terbaru mereka. Sebaliknya, Arby fokus pada usaha bagaimana melibatkan pelanggan dalam percakapan, mengidentifikasi daerah-daerah niche dan bersenang-senang dengan para followernya.
"Rumus bekerja kami sekarang mengurangi jualan atau mengiklankan produk kami melalui media sosial," kata Josh Martin, direktur media sosial Arby’s. "Ini lebih tentang memanfaatkan apa yang audience, penggemar dan foolower sukai dan mencoba untuk membuat mereka tersenyum," katanya. (http://www.prnewsonline.com/arbors-twitter-zelda)
Strategi itu berhasil. Tahun lalu, perusahaan melihat adanya peningkatan jumlah follower sebesar 34%  dan peningkatan sebesar 13% dalam percakapan merek secara keseluruhan.

Membidik Khalayak Niche
Sekitar 18 bulan lalu, strategi konten media sosial Arby’s berubah bergeser dari berbicara soal sekadar bicara soal harga dan promosi menu makanan cepat saji ke daerah yang niche. Mereka kini makin banyak menampilkan berbagai gambar baru, GIF dan video dengan referensi dari game, anime dan buku komik.
"Jika Anda melihat ruang kompetitif kami, banyak dari konten sosial sangat mirip. Kami mendorong postingan yang berbeda dengan yang merek lain lakukan dan keterlibatan yang lebih besar, "kata Martin. "Jadi kami menantang tim kami untuk datang dengan sesuatu yang berbeda, dan kami mulai menguji area niche."

Arby menguji strategi dengan memposting permainan Nintendo "The Legend of Zelda" pada September 2015. Itu sederhana namun efektif. Dengan hanya menampilkan tiga potong kentang yang posisinya terlihat seperti permainan "Triforce", postingan itu mendapat respon lebih dari 17.000 orang tertarik,  73.000 suka dan 5.900 komentar. "Reaksinya luar biasa," kata Martin.
Mereka lalu mengembangkan dengan postingan-postingan yang lebih rumit berupa video pendek yang terinspirasi dari karakter Transformer. Mereka menyusun karakter itu dari mozzarella sticks, atau sebuah gambar kapal kardus dari anime One Piece berlayar di lautan yang disusun dari curly fries
Banyak referensi menyebutkan bahwa sebagian besar orang tidak akan memahami mereka, tapi justru itulah yang Arby inginkann. "Keindahan sebagian besar konten kami adalah mungkin 70% dari orang-orang yang mengikuti halaman kami tidak mendapatkannya," kata Martin. "Tapi 30% yang kami target benar-benar menyukainya."
Setiap bulan, tim Martin bertemu untuk mendiskusikan rilis berikutnya di hiburan dan game untuk menyusun strategi gerakan mereka berikutnya. Tweets budaya pop telah membawa penggemar fanatic menjadi aktif. Twitter Transformers Arby’s sekarang makin mereka minati. Mereka mengharapkan Arby’s untuk terus menampilkan video game atau film yang berbeda.

Mengajak Ngobrol
Bagi Arby’s, Twitter bukan hanya platform untuk menampilkan konten kreatif, melainkan juga merupakan kesempatan untuk mendengar apa yang dikatakan para followernya. Bila kebanyakan merek melakukan kesalahan dengan melihat Twitter sebagai "push" platform, tetapi bagi Arby’s, konten adalah cara lain untuk memacu percakapan dua arah. "Masih banyak yang memperlakukan Twitter sebagai  platform satu-satu," kata Martin. "Kami memiliki beberapa percakapan dengan tamu kami setiap hari, dan menanggapi mereka secara real time."
Tim media sosial membutuhkan komentar pengikutnya untuk didengar. Mereka juga sering mengingatkan tim PR merek tentang sesuatu yang berpotensi masalah, atau memberikan saran kepada  tim operasi tentang cara untuk membuat Arby’s menjadi lebih baik. "Kami mendapatkan wawasan dari  pengalaman mereka tentang hal-hal yang dapat perlu restoran perbaiki berdasarkan komentar mereka," kata Martin. "Percakapan mereka sangat berharga bagi kami."

Jangan Memaksa
Kesalahan umum penggunaan Twitter oleh merek adalah mencoba untuk memaksa dirinya menjadi percakapan, menunggangi buntut hashtag yang menjadi tren, dan sebagainya. Ini akan jauh lebih baik bila mereka diundang. Tim media sosial terus memantau peristiwa besar dan mencari kesempatan untuk terlibat. Tetapi hanyal itu dilakukan hanya apabila masuk akal. Contoh kasus: Ketika Pharrell Williams berjalan di karpet merah di 2014 Grammy Awards, massa pengguna Twitter yang kritis mencatat kemiripan antara topi dan logo Arby’s.

Saat itu Martin berada di rumah dan tegah mendengarkan buku teks (bentuk audio) tentang media sosial, melihat tayangan Grammy itu, dia lalu memposting, "Hei @Pharrell, dapatkah kami memiliki topi kami kembali?" Tweet itu mendapatkan lebih dari 78.000 retweets, lebih dari 61.000 orang suka dan menerima dorongan ketika Williams menjawab dengan “Y’all tryna start a roast beef?”
"Moment itu benar-benar menempatkan Arby di peta dalam hal percakapan sosial dan menempatkan  kami ke tempat seperti kita sekarang," kata Martin. "Ini salah satu momen di mana merek tersebut memberikan kepercayaan penuh kepada saya dan tim saya untuk menanggapi apa pun yang kita anggap perlu."

Rabu, 01 Maret 2017

Ada Pergeseran dari Peminum Teh ke Kopi


Pasar kopi kemasan di Indonesia tumbuh paling pesat di dunia. Pasar kopi kemasan eceran di Indonesia dalam lima tahun terakhir tumbuh 19,6%  atau lebih tinggi dari India yang tumbuh 15,1% dan Vietnam (14,9%). Yang menarik, sebagian besar konsumen kopi di Indonesia lebih memilih kualitas ketimbang kemudahan cara pembuatan kopi.

Riset yang dilakukan Mintel menunjukkan bahwa pasar kopi global terus tumbuh terus, dengan pertumbuhan volume ritel diperkrakan lebih dari 2,7% pada tahun 2016, menyusul kenaikan 2,5% pada tahun 2015. Pasar kopi Asia memainkan peran kunci dalam pertumbuhan. Ini karena pasar Asia tumbuh cepat sementara pasar Eropa dan Australia melambat. Penelitian Mintel itu juga menunjukkan bahwa selama 2011-2016, industri kopi matang Finlandia turun sebesar -3,7%, diikuti oleh Australia (0%), Polandia (0,1%), Belanda (0,5%) dan Belgia (0,5%).

Ledakan di pasar kopi di Asia telah didorong oleh lonjakan inovasi produk kopi. Menurut Mintel’s Global New Products Database (GNPD), selama 2011 - 2016 jumlah produk kopi baru yang diluncurkan di Asia  meningkat sebesar 95%. Sebagai perbandingan, jumlah produk teh yang diluncurkan juga meningkat, namun selama periode yang sama, peningkatannya relatif rendah, hanya 55%.


Jonny Forsyth, Global Drinks Analyst Mintel mengatakan, industri kopi global terus mengalami pertumbuhan. Asia memiliki potensi pertumbuhan yang jauh lebih karena pergeseran konsumen teh tradisional secara pelahan tapi pasti menjadi peminum kopi. Pada 2016, ada juga peningkatan jumlah produk kopi yang diluncurkan, namun budaya minum teh masih menghalangi pertumbuhan cepat produk kopi di Asia. Karenanya, hibrida teh-kopi dapat digunakan untuk menggoda konsumen teh.

Dalam hal selera lokal, saat ini di Asia Pasifik mulai marak peluncuran produk kopi dingin siap minum. Pada tahun 2016, varian produk kopi dingin siap minum yang diluncurkan mencapai 29% dari semua peluncuran kopi di Asia Pasifik. Trend produk kopi dingin siap minum juga mulai marak di Eropa. Namun perkembangannya tidak sepesat Asia Pasifik. Produk kopi dingin siap minum di Eropa hanya 10% dari total produk kopi secara keseluruhan. Selain itu, campuran kopi adalah bagian besar dari lanskap kopi ritel. Pada tahun yang sama, 'x-in-1', (yaitu 2-in-1, 3-in-1 atau 4-in-1 campuran) menyumbang 16% dari semua produk kopi eceran yang diluncurkan di Asia. Itu berate terjadi kenaikan 12% pada tahun 2014.

Jenis kopi yang mendominasi pasar ritel Asia adalah kopi instan. Dua dari lima (42%) produk kopi yang diluncurkan di Asia Pasifik adala produk kopi granul cepat larut. Sementara di Eropa proporsinya hanya  satu berbanding lima (20%), dan hanya 6% dari peluncuran di Amerika Utara pada tahun 2016. Fenomena ini menunjukkan bahwa inovasi memainkan peran penting dalam mendongkrak penjualan kopi dunia. Inovasi tersebut terutama makin berkembangnya premiumisation di pasar kopi global. Meski harus diakui bahwa komodifikasi kopi - butiran kopi cepat larut - tetap merupakan segmen yang sangat penting, terutama di Asia.

Namun demikian, diperkirakan pertumbuhan pasar kopi tubruk akan tinggi, terutama di pasar Indonesia, mengingat makin banyaknya konsumen kopi yang lebih memilih kualitas ketimbang kecepatan dalam pembuatan kopi. Penelitian Mintel mengungkapkan bahwa 67% dari konsumen metro Indonesia percaya bahwa kualitas kopi lebih penting daripada kemudahan dalam membuat, sementara 22% percaya bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang kopi dan lebih dari setengah (53%) mengatakan itu adalah penting bagi mereka untuk belajar lebih banyak tentang kopi.
  
Ke depan, biji kopi yang rendah hati cenderung menerima makeover premium. Sementara pertumbuhan sudah terlihat di pasar ini, dengan 15% dari produk kopi diluncurkan di Asia pada tahun 2016 membawa premi klaim naik dari 11% pada tahun 2013, gerakan kopi 'gelombang ketiga' kemungkinan akan mendorong ini lebih lanjut. Seperti yang didefinisikan oleh Mintel, gerakan kopi 'gelombang ketiga' adalah mengambil apresiasi kopi melangkah lebih jauh, dengan fokus intens pada di mana biji bersumber dan bagaimana mereka dipanggang, dengan fokus baru pada metode pembuatan bir.
  
Saat ini, Amerika memimpin gerakan ini, terhitung lebih dari seperempat (27%) dari semua global yang ritel 'gelombang ketiga' kopi meluncurkan *. Sementara 16% dari konsumen AS menggambarkan diri mereka sebagai 'kopi sok', konsumen di seluruh Asia juga sekarang menunjukkan cinta berkembang untuk kopi kualitas.