Bagi Steve Jobs,
public relations sangatlah penting, seperti design produk. Dua hal itu yang
membuat Apple seakan maju selangkah ketimbang pesaingnya. Jadi seberapa
pentingkan PR bagi Apple?
Walt Mossberg dari
Wall Street Journal bercerita betapa Jobs sangat membutuhkan publisitas.
Beberapa hari setelah Jobs kembali sebagai CEO Apple, pada tahun 1997, Jobs
menelpon Mossberg. “Pada Minggu malam, selama empat atau lima akhir pekan
berturut-turut,” kata Mossberg. Telepon pada hari Minggu itu menjadi diskusi
maraton, berdurasi 90 menit, luas, dan tidak direkam.
Perhatian Jobs tidak
terbatas pada Wall Street Journal. Mantan penulis Gizmodo, Brian Lam Walter,
juga bercerita tentang bagaimana Jobs berusaha dekat dengan media. Walter
bercerita entang email pribadi dan panggilan dengan Jobs, meskipun itu berakhir
setelah Gizmodo secara kontroversial membeli prototipe iPhone 4 yang hilang.
Juni 2004, Apple Inc
meluncurkan produk barunya, IPhone 4. Ini adalah iPhone generasi keempat,
menggantikan 3GS dan mendahului 4S. Sebelum peluncuran resminya, dua prototipnya
menjadi perhatian media. Ini karena pada 27 Januari 2010, situs web gadget
Engadget menyiarkan gambar dua iPhone 4
yang sebenarnya belum dirilis.
Sejak itu, iPhone
menjadi pembicaraan. Pada 19 April 2010, situs web gadget Gizmodo melaporkan bahwa
mereka telah membeli prototipe iPhone itu seharga $ 5.000 dari seseorang. Prototipe
ini dilaporkan hilang oleh seorang karyawan Apple, Grey Powell, di Redwood
City, California.
Tidak lama setelah
Gizmodo menerbitkan informasi terperinci tentang prototipe, rekanan hukum Apple
secara resmi meminta telepon untuk dikembalikan ke Apple, dan Gizmodo merespons
dengan maksud untuk bekerja sama.
Masih banyak cerita
tentang bagaimana Jobs melihat pentingnya PR dan publisitas. Akhir tahun 1970-an, Steve Jobs menerima
investasi besar pertamanya untuk perusahaan Apple. Investasi itu datang dari Mark
Markkula senilai $ 250.000. Uang itu dimaksudkan untuk pengembangan produk
Apple II yang baru, produk Apple besar pertama yang benar-benar menggoyang
pasar komupter saat itu.
Ketika Jobs menerima
uang itu, sebelum ia mulai berinvestasi dalam perangkat keras baru, Job
membutuhkan bantuan dari profesional PR terbaik di Silicon Valley, Regis
McKenna. Jobs tahu sebelum dia bisa fokus membangun produk yang diluncurkan
perusahaannya, dia perlu merencanakan kampanye public relations.
Dengan profesional
PR tersebut, Jobs ingin fokus pada beberapa hal yang akan membantu membedakan
merek Apple dengan merek lain sebelum produk utamanya memasuki pasar. Salah
satu hal pertama yang dilakukan adalah wawancara eksklusif dengan jurnalis dan
menciptakan kesadaran merek. Kekuatan wawancara eksklusif itu yang akhirnya membantu
Jobs membangun merek di masa-masa awal Apple.
Intinya, bagi Jobs,
menciptakan Buzz itu penting. Dalam trailer film Steve Jobs, penggemar dapat
melihat gambar kerumunan penggemar Apple yang menginjak-injak kaki dan bersorak.
Mereka bersemangat dan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat mereka
menunggu Jobs berjalan ke panggung dan memperkenalkan produk terbarunya. Ini
adalah gambaran yang banyak orang temukan dan identik dengan nama Steve Jobs.
Gebrakan kegembiraan ini adalah sesuatu yang sangat dihargai oleh Jobs.
Jobs selalu berusaha
menciptakan kegilaan dan kegembiraan di seputar peluncuran produk dan
konferensi pers. Ini adalah sesuatu yang selalu dia lakukan. Banyak yang
menyebut Jobs identik dengan produk yang
diluncurkan. Orang tak peduli dengan berapa banyak produk yang diluncurkan.
Orang selalu saja mendapatkan kegembiraan dan Jobs selalu mendapat perhatian publik
dan media setiap kali sesuatu yang baru dia perkenalkan ke pasar.