Edhy Aruman - Wartawan Utama (2868-PWI/WU/DP/VI/2012...), pernah menjadi redaktur di majalah SWA. Aruman pernah meniti karier kewartawanan di harian Jawa Pos, Berita Buana, majalah Prospek, Harian Republika dan editor eksekutif di Liputan 6 SCTV, sebelum pindah ke SWA (http://www.detik.com/berita/199902/990212-1319.html). Lulus S3 Komunikasi IPB, Redaktur Senior Majalah MIX, dosen LSPR Jakarta, dosen PR FISIP UI (2015-2022), dan salah satu ketua BPP Perhumas periode 2011-2014.
Selasa, 29 Desember 2015
Mengemas Pesan itu Penting, Apalagi Dalam Komunikasi Krisis
Ini Dia Trend Corporate Social Responsibility 2016
Suka Tidak Suka, Bagi Perguruan Tinggi Image itu Penting
Tahun ini Departemen
Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) kembali meraih “The Best School
of Communication” dari Majalah MIX. Sebagai perguruan tinggi negeri yang
sudah terakreditasi A, bahkan sudah memiliki nama besar di dunia pendidikan, UI
tercatat menjadi pilihan yang paling diminati oleh lulusan SMA di Indonesia.
Meski sudah memiliki nama besar dan tingkat trust yang tinggi, bukan berarti Departemen Ilmu Komunikasi UI tak melakukan branding. Upaya branding yang dilakukan UI memang nyaris tak memanfaatkan iklan konvensional. Sebaliknya, UI memilih branding melalui berbagai aktivasi kemahasiswaan sekaligus sepak terjang sang alumni.
Salah satu aktivasi kemahasiswaan yang cukup bergengsi dan sudah punya nama adalah “Pekan Komunikasi” yang digelar setiap tahun. Pada “Pekan Komunikasi 2015” yang dihelat selama lima hari, UI menghadirkan rangkaian kegiatan seperti lomba #PRVaganza: Creating Lasting Impact, workshop #AdWar, gala dinner, Festival Film #Crebo, seminar Journalight, hingga company/community visit.
Amplifikasi lewat social media dipilih panitia “Pekan Komunikasi”, antara lain lewat akun Facebook Pekan Komunikasi UI dan Twitter @pekankomunikasi. Tagar #Pekom2015 juga senantiasa digunakan di sepanjang acara demi memperoleh amplifikasi yang besar di media sosial.
Departemen Komunikasi UI yang berada di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Politil (Fisip) juga terhitung kampus yang cukup aktif memanfaatkan saluran digital. Pengelola kampus aktif meng-up date situs www.commdept.fisip.ui.ac.id. Sementara mahasiswanya aktif mengup date www.anakui.com. Pada situs www.anakui,com, jurusan ilmu komunikasi UI pernah dibahas tuntas. Artikel tentang ilmu komunikasi UI ini dilihat sebanyak 3.846 kali.
Untuk kegiatan yang melibatkan alumni, Departemen Komunikasi UI memiliki program “Tokoh dan Selebriti Alumni Fisip Bicara” serta “Life After Campus”. Pada kegaitan itu, penyanyi papan atas seperti Andin, yang juga alumni lmu Komunikasi UI, turut ambil bagian.
Yang kita pikirkan, percayai, dan rasakan tentang sesuatu merupakan citra, meskipun citra atau image bisa saja tidak sesuai dengan kenyataan. Satu perusahaan penerbangan mungkin memiliki banyak masalah keterlambatan, perilaku awaknya atau serringnya kecelakaan.
Akan tetapi perusahaan penerbangan tersebut masih dianggap lebih aman karena citranya sebagai bisnis yang ramah lingkungan, jumlah armadanya paling besar sehingga destinasinya paling luas. Citra bisa saja mengatakan "berbeda dan lebih baik" meskipun pada kenyataannya "sama."
Menurut Weidlich (1999), kabar baiknya adalah bahwa setiap wilayah, perusahaan atau merek, tidak peduli ukuran, dapat berdampak pada citra. Kabar buruknya adalah bahwa jika Anda tidak berupaya membangun kesadaran positif dalam mempengaruhi citra Anda, kemungkinan yang muncul adalah pengaruh negatif yang diam-diam hadir di tempat kerja Anda.
Banyak ahli pemasaran merasa bahwa citra lebih penting daripada kenyataan karena citra – yang merupakan kumpulan-kumpulan dari persepsi, sikap, keyakinan, ide, dan perasaan yang muncul sekitar obyek - membuat orang bertindak dengan cara tertentu dan membentuk sikap terhadap produk, jasa, bisnis, korporasi , organisasi, atau bahkan sistem perguruan tinggi.
Bagi banyak orang, citra berdasarkan yang mereka lihat, sentuh, dengar, rasakan, percayai, dan pikirkan adalah nyata. Begitu kompleksnya sebuah citra, Twineham (1996) mengingatkan bahwa hanya dibutuhkan satu krisis buruk yang tidak ditangani secara benar untuk merusak reputasi sekolah, perusahaan, wilayah, atau tempat.
Karena itu, membangun citra yang baik secara aktif merupakan tindakan sangat penting untuk kesehatan dan pertumbuhan sistem sebuah perusahaan, perguruan tinggi atau seseorang.
Sebagaimana Carey (1993) tunjukkan bahwa dalam konteks perguruan tinggi, "Seperti kerikil jatuh ke dalam kolam citra publik Anda dapat berdampak pada karir, komunitas, dan pendidikan Anda dan pada akhirnya public. Ruar biasanya, riak pengaruh menjalar ke orang tua, masyarakat dan pembayar pajak."
Citra adalah bagian penting dari persepsi publik tentang perguruan tinggi dan memegang peran yang sangat penting bagi kesuksesan perguruan tinggi. Beberapa alasan mengapa citra sangat penting bagi perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
- Mempengaruhi pilihan calon mahasiswa:
Citra perguruan tinggi akan mempengaruhi pilihan calon mahasiswa saat
memutuskan untuk mendaftar. Calon mahasiswa akan lebih memilih perguruan
tinggi yang memiliki citra positif dan terpercaya.
- Meningkatkan daya tarik bagi para donor:
Perguruan tinggi yang memiliki citra yang baik dan terpercaya akan lebih
menarik bagi para donor untuk berinvestasi dan memberikan dukungan
finansial.
- Meningkatkan kredibilitas: Citra positif
akan membantu meningkatkan kredibilitas perguruan tinggi dan mempermudah
bagi mereka untuk memperoleh dukungan dari pemerintah, industri, dan
masyarakat.
- Menjaga kepercayaan alumni: Alumni akan
lebih percaya dan bangga terhadap perguruan tinggi mereka jika perguruan
tinggi memiliki citra positif dan terpercaya. Ini akan membantu menjaga
hubungan yang baik antara perguruan tinggi dan alumni dan mempermudah bagi
perguruan tinggi untuk memperoleh dukungan dari alumni.
- Menjaga citra publik: Citra perguruan
tinggi akan mempengaruhi citra publik dan membantu membentuk persepsi
publik tentang perguruan tinggi. Ini sangat penting bagi perguruan tinggi
untuk mempertahankan citra positif dan terpercaya.
Secara keseluruhan,
citra adalah bagian penting dari perguruan tinggi dan memegang peran yang
sangat penting dalam mempengaruhi pilihan calon mahasiswa, meningkatkan daya
tarik bagi para donor, meningkatkan kredibilitas, menjaga kepercayaan alumni,
dan menjaga citra publik.
Senin, 28 Desember 2015
Mantra-Mantra Yang Mengubah Orang dari Menolak Menjadi Mendukung Perubahan
Dalam tulisan saya sebelumnya, orang yang menolak perubahan pada dasarnya adalah mereka yang belum siap untuk berubah. Karena itulah, agar mereka menerima atau bersedia untuk berubah, mereka harus disiapkan untuk berubah. Untuk membangun kesiapan orang untuk berubah atau melakukan perubahan, Bandura (1977) dan Fishbein dan Azjen (1975) menawarkan strategi, yakni komunikasi persuasif (baik lisan maupun tertulis), partisipasi aktif, dan pengelolaan sumber-sumber informasi eksternal.
Bagaimana Mengubah Sikap Orang Menolak Menjadi Mendukung Perubahan?
Jika hingga Jumat (3/9) warga menunjukkan sikap apatis dan pasif untuk pindah, maka pihaknya akan memberikan surat peringatan pertama bagi warga. Oded mengatakan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung yang nantinya akan mengurus terkait surat peringatan ini. "Saya sudah perintahkan Satpol PP untuk langsung memberikan surat peringatan pertama (jika warga apatis untuk pindah). Karena prinsipnya mereka sudah sepakat," tegas Oded.
Sabtu, 26 Desember 2015
Sudah Siapkah Karyawan Anda untuk Berubah
Menciptakan kesiapan untuk perubahan dianggap sebagai obat untuk mengurangi resistensi terhadap perubahan dan memperkecil tingkat kegagalan dalam program perubahan (Young Kwang dan Lee, 2008). Oleh karena itu, manajemen harus menciptakan kebutuhan di dalam organisasi untuk mengisi kesenjangan antara kondisi saat ini dan kondisi akhir yang diinginkan (Young Kwang dan Lee, 2008). Jika tidak, beberapa karyawan mungkin secara aktif maupun pasif menolak inisiatif perubahan (Neves dan Caetano, 2006; Diri dan Schraeder, 2009).
Sebagai contoh, orang yang memiliki rasa percaya diri pada kemampuan mereka mengatasi perubahan pekerjaan -- atau mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi -- dilaporkan memiliki kesiapan tinggi untuk perubahan organisasi dan berpartisipasi lebih pada kegiatan merancang ulang rencana perubahan (Cunningham et al., 2002). Peneliti lain menekankan pentingnya membangun keyakinan seorang karyawan terhadap manfaat dari perubahan bagi organisasi dan proses kerja (Jones, Jimmieson, & Griffiths, 2005), dan keyakinan individu bahwa perubahan adalah "penting dan bisa berhasil" (Eby, Adams, Russell, & Gaby, 2000: 422).