Jumat, 28 September 2018

Benarkah Koneksi Budaya Mampu Meningkatkan Daya Saing?




Pada awalnya, U2 adalah kelompok band rock yang dicemooh dan ditertawakan orang. Sekarang, setelah menerima Grammy Award ke-22 pada tahun 2005, U2 jauh lebih banyak mendapatkan pujian dari kelompok band manapun dalam sejarah. Rekor tur dan konsernya jauh melampui Rolling Stones, terlaris dan tercatat sebagai kelompok band dengan pendapatan tertinggi diantara kelompok band yang pernah ada.

Para kritikus memuji musik band, dan penggemar di seluruh dunia seakan khawatir tidak mendapatkan cukup banyak album lagu dan penampilan konsernya. Semua pujian itu menunjukkan bahwa U2 berada di puncak permainannya dan kuat di masa mendatang. Bagaimana kelompok ini bisa naik ke puncak ketinggian, dan apa yang bisa kita pelajari dari keberhasilannya?

Jalan U2 menuju ke puncak seakan lebih luar biasa daripada musiknya. Empat anggota band; penulis lirik dan penyanyi utamanya Bono, pemain gitar utamanya "Edge," pemain gitar bassnya Adam Clayton, dan drummer Larry Mullen Jr. - sudah saling kenal sejak mereka remaja di Dublin, Irlandia.

Yang dilakukan Bono da teman-temannya seakan memberikan gambaran tentang band lebih dari sebuah organisme ketimbang organisasi. Beberapa atributnya berkontribusi pada budaya unik ini. Masing-masing anggotanya menghargai setiap kemampuan untuk mencapai potensi mereka sendiri. Mereka selalu mempertahankan pandangan bahwa mereka dapat menjadi lebih baik.

Anggota-anggota U2 selalu berbagi visi misi dan nilai mereka. Anda mungkin mempunyai ekspektasi  misi band adalah meraih kesuksesan komersial dengan ukuran hit nomor 1 dan kehadirannya dalam konser. Namun, misi U2 bukan itu. Misi U2 adalah untuk meningkatkan kehidupan dunia melalui musik dan pengaruhnya.

Bono menggambarkan dirinya sebagai penjual ide keliling dalam lagu. Pesan-pesan dalam lagu membahas tentang tema yang diyakini anggota band sebagai sesuatu yang penting untuk dipromosikan. Disini termasuk tentang hak asasi manusia, keadilan sosial, dan masalah keyakinan. Bono dan istrinya, Ali, membantu orang miskin, khususnya di Afrika, melalui filantropi mereka dan organisasi yang mereka ciptakan.

Anggota U2 menghargai satu sama lain sebagai orang yang tidak hanya memikirkan satu sama lain sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Bono pernah mengatakan bahwa meskipun dia mendengar melodi di kepalanya, dia tidak dapat menerjemahkannya ke dalam tulisan musik. Dia sadar bahwa dirinya itu pemain gitar dan keyboard yang buruk. Karenanya, dia mengandalkan anggota lain untuk membantunya menulis lagu dan melemparkan pujian ke mereka karena bakat yang mereka miliki yang merupakan bagian integral dari kesuksesan U2.

Bono juga seakan menjadi tiang penyangga anggota bandnya ketika mereka mendapatkan cobaan.  Ketika Larry kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan mobil beberapa lama setelah band terbentuk, Bono ada di sana untuk mendukungnya. Bono, yang telah kehilangan ibunya, memahami rasa sakit Larry.

Ketika U2 ditawari kontrak rekaman pertamanya dengan menggunakan drummer pengganti Larry yang lebih konvensional, Bono mengatakan kepada eksekutif perusahaan rekaman: Tidak ada kesepakatan tanpa Larry. Ketika Edge harus melewati masa-masa paska perceraian, teman-teman bandnya ada di sana untuk mendukungnya. 

Ketika Adam muncul di konser  dan dilempari batu sehingga dia tidak bisa tampil, yang lain bisa saja melemparkannya atau membiarkannya jatuh. Tetapi, mereka meminta seseorang untuk melindunginya, dan kemudian melanjutkan untuk membantu Adam mengatasi kecanduan narkoba dan alkoholnya.

Di buku Fired Up or Burned Out (Thomas Nelson, 2007), Michael L. Stallard, Carolyn Dewing-Hommes, Jason Pankau menulis, ancaman terbesar bagi ekonomi Amerika bukanlah praktik perusahaan yang tidak etis atau pasar yang bergejolak yang memaksa perampingan. Survei yang dilakukan Gallup terhadap lebih dari satu juta orang Amerika menunjukkan bahwa hampir 75 persen pekerja tidak merasa memiliki keterikatan dan keterlibatan dalam perusahaan (disengaged).

Disengaged adalah penyakit yang menyebar luas di organisasi-organisasi Amerika, dan telah menyebabkan hilangnya miliaran dolar, ketidakpuasan, dan kehidupan kerja yang kurang memiliki nilai yang sebenarnya. Tantangan sekarang – seperti yang ditulis di buku itu adalah mengubahnya dengan  tindakan penting, yaknu menjadikan tempat kerja yang penuh semangat, inovatif, dan berkembang.

Stallard berfokus pada enam kebutuhan universal yang dimiliki manusia untuk berkembang: rasa hormat, pengakuan, kepemilikan, otonomi, pertumbuhan pribadi, dan makna. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, sistem saraf merespon dengan kemarahan, ketakutan, atau keadaan pasif “putuskan” untuk mengembalikan rasa kesejahteraan.

Di tempat kerja yang sehat, emosi ini berfungsi untuk salah dan membangun kembali lingkungan yang berkembang di mana sistem saraf otonom dan sistem endokrin mempromosikan rasa kesejahteraan dan kesehatan yang baik. Namun, ketika interaksi dan lingkungan kantor umum tidak memenuhi enam kebutuhan tersebut, mereka dapat menyebabkan respons emosional yang tidak sehat oleh karyawan dan manajer. Perasaan putus hubungan ini membuat orang lebih rentan terhadap stres, kecemasan, depresi, dan kecanduan.

Dalam buku Connection Culture (ATD Press, 2015), Michael Lee Stallard menulis bahwa sebuah organisasi akan berkembang ketika karyawan merasa dihargai, lingkungannya diberi energi, dan menjadikan produktivitas serta inovasi tinggi sebagai norma. Ini membutuhkan pemimpin baru yang menumbuhkan budaya koneksi di dalam organisasi.

Menurut Stallard ada enam kebutuhan universal yang dimiliki manusia agar bisa berkembang: rasa hormat, pengakuan, kepemilikan, otonomi, pertumbuhan pribadi, dan makna. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, sistem saraf merespon dengan kemarahan, ketakutan, atau keadaan pasif dan keputusasaan untuk mengembalikan perasaan sejahtera. Di tempat kerja yang sehat, emosi ini berfungsi sebagai salah satu hal yang dapat membangun kembali lingkungan menjadi berkembang.

Sistem saraf otonom dan sistem endokrin mempromosikan rasa kesejahteraan dan kesehatan yang baik. Namun, ketika interaksi dan lingkungan kantor secara umum tidak memenuhi enam kebutuhan tersebut, mereka dapat memunculkan respons emosional yang tidak sehat baik pada karyawan maupun  manajer. Perasaan disengaged ini membuat orang lebih rentan terhadap stres, kecemasan, depresi, dan kecanduan.

Yang dibutuhkan adalah koneksi budaya yang dibangun dari identitas, empati, dan pemahaman bersama. Dalam konteks U2 tadi meisalnya, Bono menggambarkan band ini sebagai keluarga dan komunitas yang erat. Komitmen mereka untuk mendukung satu sama lain melampaui empat anggota band ke komunitas yang lebih besar yang mencakup keluarga mereka, personel, dan kolaborator yang diantara mereka telah saling kenal selama beberapa dekade.

Rahasia kesuksesan U2 adalah kepemimpinan dan budayanya. Bono seakan memposisikan dirinya  sebagai pemimpin di antara secara egaliter dan sederajat. Dia selalu mengkomunikasikan visi yang mengilhami dan menghidupinya, dia menghargai orang sebagai individu, dan dia memberi mereka suara dalam pengambilan keputusan. Ini adalah budaya visi, nilai, dan suara yang telah membantu U2 mencapai dan mempertahankan kinerja superiornya.

Dalam koneksi budaya, orang peduli tentang orang lain dan peduli dengan pekerjaan mereka karena menguntungkan manusia lain. Mereka menginvestasikan waktunya untuk lebih mengembangkan hubungan yang sehat dan berusaha membantu orang lain yang membutuhkan, daripada bersikap acuh tak acuh terhadap mereka. Ikatan ini membantu mengatasi perbedaan yang secara historis memisahkan orang, menciptakan rasa koneksi, komunitas, dan kesatuan yang inklusif dan berenergi, serta memacu produktivitas dan inovasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar