Jumat, 21 Februari 2020

Korban Kehebatan Sendiri





Hati-hati. Meski Anda eksekutif hebat, bila salah melangkah, gampang dijatuhkan. Pengalaman Jose Ignacio Lopez de Arriortua, mantan eksekutif General Motors tampaknya perlu disimak.


Kelahiran Spanyol itu dikenal sangat revolusioner. Karena langkah-langkahnya itu, tahun 1993, Lopez dinobatkan sebagai *Man of The Year* oleh Majalah *Automotive Industries*. Dialah Dewa Penyelamat General Motors di Eropa.


Lopez mengawali kariernya di GM, ketika raksasa otomotif Detroit itu membuka perusahaan perakitan di Zaragosa, selatan Spanyol, 1980. Dia membuat para eksekutif GM tercengang, ketika memperkenalkan metode penghematan biaya melalui pembuangan tahap-tahap pekerjaan yang tak perlu. Dia juga memperbaiki sistem pengadaan barang, yang memaksa para pemasok memangkas harga jualnya ke GM.


Kerja Lopez menarik perhatian Jack Smith, yang saat itu memimpin GM Eropa. Bagi GM, orang seperti Lopez sangat diperlukan, karena posisi GM dalam persaingan bisnis mobil di Amerika Serikat di ujung tanduk. Biaya produksi mobil-mobil GM rata-rata US$ 450 lebih mahal ketimbang Chrysler, dan US$ 750 di atas Ford. Belum lagi, di Eropa, GM juga menghadapi tantangan VW.


Tahun 1987, Smith meminta Lopez pindah ke Frankfurt, Jerman, ikut membenahi Opel, anak perusahaan GM di Eropa. Dia bersedia. Lopez yang selalu mengenakan arloji di tangan kanannya, berjanji akan memindahkan kebiasaannya itu, bila berhasil membenahi Opel. Tiga tahun berkutat di Opel, Lopez berhasil menekan biaya produksi sampai 30%.


Ketika Smith pindah ke Detroit dan menjadi CEO, Lopez pun ditarik. Misi utamanya juga memotong biaya operasional GM. Pekan pertama setelah kepindahannya ke Detroit, Lopez menghapus 27 departemen pembelian yang ada di GM, dan membentuk divisi langsung di bawah kontrolnya. Smith setuju-setuju saja. Sementara itu, dalam operasional, melalui sistem PICOS, Lopez bisa memaksa para pemasok memangkas harga sampai 10%. Dengan cara itu, GM bisa menghemat US$ 4 miliar. Itu sebabnya, orang terkagum-kagum.


Lalu tibalah awal bencana. Tahun 1992, Ferdinand Piech diangkat sebagai CEO VW Jerman. Seperti produsen mobil Eropa lainnya, VW juga mulai kedodoran menghadapi serbuan Jepang. Itu sebabnya, program utama Piech adalah pemangkasan biaya produksi. Dia membutuhkan orang seperti Lopez.


Diam-diam, dia mengontak Lopez. Kebetulan sekali Lopez sedang kecewa. Lopez yang lahir di Amoreibieta, Provinsi Basque, Spanyol Utara, ternyata menyimpan keinginan untuk memandirikan bangsa Basque. Kepada Smith, dia mengajukan proposal kerjasama pengusaha keturunan Basque dengan GM untuk membangun pabrik perakitan mobil di Amoreibieta.

Lopez berambisi membangun pabrik perakitan yang sangat efisien. Kalau perusahaan Jepang mampu memproduksi mobil 14 jam/unit, Lopez berani bertaruh bisa membuatnya dalam 10 jam/unit. Smith awalnya setuju. Namun, tiba-tiba dia membatalkannya, sehingga Lopez kecewa.


Setahun setelah pertemuannya dengan Piech, Lopez, 52 tahun, melayangkan surat pengunduran diri dari GM. Smith tentu saja kaget. Dia berusaha mencegahnya dengan menawarkan posisi *vice president* dan memimpin GM Amerika Utara. Itu membuat Lopez mendapat kenaikan pangkat dua kali hanya dalam empat bulan.


Namun, Lopez tetap pada pendiriannya: mundur dari GM dan bergabung dengan VW. Tentu saja, para bos GM berang. Sebab, selain membawa 7 pembantu dekatnya selama di GM, Lopez juga memboyong dokumen GM setebal 10 ribu halaman -- antara lain berisi strategi optimasi pembelian barang di Eropa, rencana produk baru Opel, dan sebagainya. Bahkan salah seorang putrinya, Begona, ikut memboyong cetak biru rencana pemangkasan biaya pembuatan Chevrolet model baru dari GM.


Di tempatnya yang baru ini, Lopez kembali mengukir prestasi. Kalau tahun 1994, pendapatan VW masih minus 73 juta mark, tahun 1995 menjadi surplus 185 juta mark. Kinerja ini -- menurut *The Economist* -- tak lepas dari peran Lopez. Namun, harap maklum, musuh bebuyutan GM di Eropa adalah VW. Itu sebabnya, GM lalu menggugat VW menerima bocoran dokumen rahasia GM dari Lopez.


Setelah melalui proses pengadilan dan negosiasi, VW setuju membayar US$ 100 juta kepada GM. VW juga setuju membeli komponen dari GM senilai US$ 1 miliar selama 7 tahun. Lopez sendiri akhirnya mengundurkan diri. Sekaligus, itu mengakhiri karier cemerlangnya di dunia otomatif.


Kini, Lopez kembali ke tanah kelahiran di Basque, Spanyol. Bersama para pembantu dekatnya di GM, Lopez mendirikan perusahaan konsultan -- Lopez de Arriorta & Co. -- yang khusus memberi nasihat ke perusahaan sekitar pemangkasan biaya. Beberapa perusahaan di wilayah Basque kini menjadi kliennya. "Bagi bangsa Basque, Lopez adalah *superhero*," kata Mr. Zaldo, salah seorang pengajar Universitas Deusto, Spanyol.


Edition : No. 04 / 1997, Tanggal 13 Mar 1997 
Desk/Category : SWA
Rubrik : Sajian Utama
Penulis : Aruman
Sent by : admin @ 29/Jun/2013 11:44:01


Tidak ada komentar:

Posting Komentar