Senin, 05 Februari 2024

BELAJAR, LUPA, DAN BELAJAR KEMBALI

 


Orang buta huruf di abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar, melupakan, dan belajar kembali.  Alvin Toffler (1970)

Alvin dan Heidi Toffler adalah pasangan suami istri yang terkenal sebagai futuris, penulis, dan pemikir sosial Amerika. Alvin Toffler (1928-2016) dikenal luas karena karyanya yang mempelajari perubahan dalam masyarakat, terutama terkait dengan perkembangan teknologi dan dampaknya terhadap ekonomi, pekerjaan, dan struktur sosial.

Heidi Toffler (1929-2019), istrinya, sering kali berkolaborasi dengan Alvin dalam penelitian dan penulisan, meskipun kontribusinya kadang kurang dikenal oleh publik.

Alvin Toffler terutama dikenal lewat bukunya "Future Shock" (1970), yang mencetuskan istilah "future shock" untuk menggambarkan perasaan ketidakstabilan dan disorientasi yang dialami orang-orang akibat perubahan cepat dalam masyarakat.

Awalnya, "Future Shock" adalah buku yang ditulis oleh futuris Alvin dan Heidi Toffler pada tahun 1970. Dalam buku ini, penulis mendefinisikan "future shock" sebagai kondisi psikologis yang dialami oleh individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Definisi paling sederhana dari istilah tersebut adalah persepsi pribadi tentang "terlalu banyak perubahan dalam waktu yang terlalu singkat".

Buku ini, yang menjadi bestseller internasional, berawal dari sebuah artikel berjudul "_The Future as a Way of Life_" yang dimuat dalam majalah Horizon edisi musim panas tahun 1965. "Future Shock" telah terjual lebih dari 6 juta kopi dan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.

Dalam era abad ke-21, sebuah kutipan dari Alwin Toffler mengemuka, The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn, (Orang buta huruf di abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar, melupakan, dan belajar Kembali,  Future Shock, Chapter 12 hal. 427) menggambarkan transformasi paradigma pembelajaran.

Toffler menegaskan bahwa buta huruf di era kontemporer bukan lagi ditandai oleh ketidakmampuan membaca dan menulis, melainkan oleh ketidakmampuan untuk belajar, melupakan, dan belajar kembali. Pernyataan ini memicu refleksi tentang esensi pembelajaran di zaman yang serba cepat dan penuh dengan perubahan ini.

Pembelajaran konvensional yang sekedar mengandalkan kemampuan literasi dasar kini terasa kurang relevan. Yang lebih signifikan adalah kemampuan individu untuk secara konstan memperbarui pengetahuan mereka sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya, pemahaman tentang identitas gender yang terus berkembang menuntut kemampuan untuk memperbarui pemahaman lama dengan informasi terkini.

Fenomena ini mengindikasikan bahwa kekakuan dalam pemikiran atau ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dapat menjadi hambatan besar dalam era pasca-modern. Dengan perubahan yang terjadi begitu cepat, terutama di bidang teknologi, setiap konsep atau "fakta" yang dianggap benar hari ini, bisa jadi sudah usang esok hari.

Pertanyaan tentang bagaimana seseorang dapat efektif dalam proses belajar untuk melupakan dan belajar kembali menjadi relevan. Pendekatan yang disarankan adalah mencari sumber informasi yang kredibel dan dapat diandalkan, yang dapat membantu memperbarui pengetahuan dengan informasi terkini dan akurat.

Hal ini menuntut kemampuan kritis dalam memilih sumber informasi dan kesadaran untuk terus mengasah kemampuan berpikir.

Platform pembelajaran seperti Pathways menjadi contoh bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran yang dinamis, menawarkan akses ke sumber daya yang kredibel dan relevan dengan minat serta kebutuhan pengguna.

Ini menandai evolusi dalam cara pembelajaran dilakukan, di mana pembelajaran menjadi proses yang berkelanjutan, adaptif, dan selaras dengan kebutuhan zaman.

Perubahan psikologis dalam pendekatan pembelajaran menunjukkan bahwa era ini membutuhkan lebih dari sekedar pengetahuan; diperlukan kemampuan untuk secara fleksibel menavigasi perubahan, mempertanyakan ulang kebenaran yang dianggap mutlak, dan secara aktif mencari pembelajaran baru.

Ini bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang untuk pertumbuhan dan adaptasi di dunia yang terus berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar