Minggu, 26 Februari 2023

MANIPULATOR MEDIA


Manipulator media adalah seseorang yang memanipulasi media untuk kepentingan pribadi atau organisasi yang diwakilinya. Mereka menggunakan berbagai trik, antara lain membuat konten kontroversial atau sensasional, dan sememanipulasi algoritma mesin pencarian, dan memalsukan informasi atau citra, untuk mempengaruhi perhatian media dan opini publik.

 

Tahun 2012, Ryan Holiday, mantan praktisi media yang kontroversial dan penulis buku "Trust Me, I'm Lying: Confessions of a Media Manipulator", diwawancara dalam podcast Communication Lab yang berbasis di Inggris. Dalam wawancara itu, dia mengaku telah memanipulasi media selama bertahun-tahun. Dia juga menjelaskan bagaimana media modern rentan terhadap praktik tersebut, dan bagaimana situasi dimanfaatkan oleh manipulator media.

 

Manipulator media adalah seseorang yang memanipulasi media untuk kepentingan pribadi atau organisasi yang diwakilinya. Mereka menggunakan berbagai trik, termasuk membuat konten yang kontroversial atau sensasional, memanipulasi algoritma mesin pencarian, memalsukan informasi atau citra, dan melakukan berbagai tindakan lainnya untuk mempengaruhi perhatian media dan opini publik. Praktek-praktek apalagi yang diungkap Holiday?

 

Menurut Holiday, mantan ahli strategi media, dalam lansekap media modern taktik manipulatif yang digunakan oleh profesional media dapat menyebabkan penyebaran berita palsu dan informasi yang salah. Yang menarik adalah, “kemarahan publik” bisa membaut suatu cerita mendapatkan liputan yang tinggi.

 

Pada intinya, wawancara tersebut menyoroti pentingnya transparansi dan etika dalam praktik public relations, serta kebutuhan untuk menghindari praktik manipulatif yang merugikan semua pihak yang terlibat. Untuk memperkuat argumentasinya, Holiday mengungkapkan, dia sering membuat cerita palsu atau memperbesar fakta untuk mendapatkan perhatian media.

 

Berbagai teknik   -- termasuk "payola" untuk memperoleh liputan media yang lebih baik untuk kliennya -- dia lakukan. "Payola" adalah istilah yang merujuk pada praktik memberikan suap atau imbalan kepada media dalam pertukaran pemberitaan atau promosi. Dalam konteks public relations, payola dapat digunakan untuk memperoleh cakupan media yang lebih baik atau untuk mempromosikan produk atau layanan tertentu. Praktik ini dianggap tidak etis dan melanggar kode etik PR karena dapat menimbulkan konflik kepentingan dan merusak integritas media.

 

Remaja (saat diwawancara) berusia 25 tahun yang rahasia itu mengatakan bahwa dia telah mengeksploitasi apa yang dia klaim sebagai kelemahan utama dalam dunia jurnalisme online, yang pada gilirannya mendorong agenda berita global. Di antaranya, perlunya sebuah cerita yang harus disesuaikan  dengan istilah dalam mesin pencarian. Yang tak kalah menariknya, adanya insentif bayar per klik untuk blogger. Ini, menurut dia, membuat seluruh sistem media menjadi semakin rentan terhadap manipulasi.

 

Dalam wawancara yang dilakukan bertepatan dengan penerbitan buku, “Trust Me, I'm Lying: Confessions of a Media Manipulator" (Penerbit Penguin), Holiday mengungkapkan banyak hal tentang pratek yang dia lakukan. Misalnya, bagaimana dia mengatur kampanye kotor dan gerakan protes terhadap salah satu kliennya, penulis kontroversial Tucker Max, yang menghasilkan liputan mulai dari Chicago Tribune hingga The Washington Post.

 

Tucker Max adalah seorang penulis buku dan blog terkenal asal Amerika Serikat yang kerap mengkritik industri penerbitan tradisional. Dia juga mempromosikan dirinya secara agresif melalui media sosial dan blog.

 

Holiday menyebut Tucker Max sebagai salah satu klien yang menggunakan taktik manipulatif untuk memperoleh perhatian media, termasuk membuat kontroversi palsu, menipu wartawan, dan memanipulasi algoritma mesin pencarian Google.

 

Dia memaparkan bagaimana dia menggunakan sistem untuk menipu blog berita online besar, bukan hanya sekali melainkan berkali-kali. Informasi-informasi yang sampaikan dan masuk ke mesin pencarian, kemudian diktutip oleh media online utama, termasuk Gawker.com dan The Huffington Post.

 

Dalam buku "Trust Me, I'm Lying: Confessions of a Media Manipulator", Holiday mengungkapkan beberapa trik atau taktik yang digunakan untuk mendapatkan liputan media. Misalnya dengan cara membuat membuat kontroversi palsu. Disini manipulator media menciptakan kontroversi palsu dengan memproduksi atau menyebarkan berita palsu atau provokatif yang menarik perhatian media dan publik.

 

Menurut Holiday, media cenderung memperoleh keuntungan dari kontroversi dan skandal yang menarik perhatian publik. Ketika berita bohong menyebar dan menciptakan kemarahan publik, media akan meliput dan membahas berita tersebut untuk memberikan pembaruan kepada khalayaknya. Hal ini juga dapat memicu reaksi dari pihak yang terlibat, dan media akan meliput tanggapan atau bantahan yang diberikan, yang kemudian dapat meningkatkan eksposur dan liputan media terhadap topik tersebut.

 

Manipulator media memanfaatkan situasi tersebut dengan memperoleh lebih banyak liputan media dan eksposur publik dengan menyebarluaskan berita bohong atau kontroversial yang akan menarik perhatian publik dan menciptakan kemarahan. Namun, tindakan semacam ini dapat merugikan kepercayaan publik terhadap media dan manipulator media itu sendiri, serta dapat berdampak negatif pada kepercayaan dan reputasi merek atau perusahaan yang terlibat dalam praktik manipulasi media tersebut.

 

Yang kedua adalah menyebarkan rumor atau hoaks. Menurut Holday, untuk menciptakan liputan media, manipulator media menyebarkan rumor atau hoaks melalui blog, media sosial, atau jaringan pengaruh yang mereka miliki untuk memperoleh perhatian media dan menarik perhatian publik.

 

Hal lain yang dilakukan adalah dengan cara menipu wartawan. Disini, manipulator media memanipulasi wartawan dengan memberikan informasi yang menyesatkan atau palsu untuk memperoleh liputan yang diinginkan.

 



Ryan Holiday, 25, adalah ahli strategi media untuk klien terkenal seperti Tucker Max dan Dov Charney. Setelah putus kuliah pada usia 19 tahun, Holiday magang di bawah mentoring Robert Greene, penulis The 48 Laws of Power. Holiday kemdian berprofesi sebagai advisor banyak penulis buku laris dan musisi multiplatinum. Dia juga pernah menjadi direktur pemasaran di American Apparel. Kampanye-kampanye kontroversialnya telah ditulis di AdAge, New York Times, Gawker dan Fast Company. Dia tinggal di New Orleans.

 

Dalam "Trust Me, I'm Lying: Confessions of a Media Manipulator", Holiday memberikan beberapa contoh cara manipulator media bisa memperdaya wartawan. Salah satu contohnya adalah dengan membuat "pseudo-event" atau peristiwa buatan yang dibuat dengan tujuan mendapatkan perhatian media.

 

Menurut Holiday, dirinya pernah membuat sebuah poster palsu yang bertuliskan "My Senator Is a Pig" dan memajangnya di sejumlah tempat di kota. Poster tersebut berhasil menarik perhatian media lokal dan membuat sebuah outlet berita menempatkan berita tentang poster tersebut di halaman depan. Padahal, sebenarnya poster tersebut bukanlah aksi protes masyarakat melainkan bagian dari upaya manipulator media untuk menipu wartawan dan menciptakan buzz yang diinginkan.

 

Manipulator media juga bisa memanipulasi data dan fakta untuk mendapatkan liputan yang diinginkan. Salah satu contohnya adalah ketika Holiday menyebarkan sebuah press release palsu tentang adanya protes besar-besaran terhadap perusahaan yang menjadi kliennya. Dalam press release tersebut, ia mencantumkan sejumlah angka yang berlebihan dan menyesatkan sehingga membuat wartawan tertarik untuk menulis berita tentang protes tersebut. Padahal kenyataannya, protes tersebut hanya diikuti oleh beberapa orang saja.

 

Trik lain untuk manipulasi wartawan adalah cara memberikan informasi eksklusif atau "off the record" yang membuat wartawan merasa memiliki keunggulan atas outlet media lainnya. Dengan cara ini, manipulator media bisa memastikan bahwa berita yang akan diterbitkan akan sesuai dengan narasi yang mereka inginkan.

 

Cara lain, untuk mendapatkan lebih banyak liputan media adalah denga memanipulasi algoritma mesin pencarian. Untuk tujuan mempertinggi liputan media, manipulator media dapat memanipulasi algoritma pencarian mesin pencari seperti Google untuk memperoleh liputan media yang lebih banyak dan meningkatkan visibilitas online mereka.

 

Caranya adalah dengan membuat konten yang dibuat khusus untuk mesin pencari. Hal ini dilakukan dengan mencari kata kunci populer dan menulis artikel dengan kata kunci tersebut agar mudah terindeks oleh mesin pencari. Manipulator media juga dapat membuat situs web palsu atau menggunakan situs web yang sudah ada dan menambahkan konten yang direkayasa untuk meningkatkan peringkat di mesin pencari. Dengan cara ini, manipulator media dapat memanipulasi algoritma mesin pencari sehingga konten mereka muncul di posisi atas hasil pencarian.

 

Selain cara-cara tadi, untukmendapat liputan media lebih banyak, manipulator media membuat press release yang menarik. Disini, manipulator media membuat press release dengan judul atau pernyataan yang kontroversial atau sensasional untuk menarik perhatian media.

 

Untuk menarik perhatian media, manipulator media mencari isu atau topik yang sedang hangat diperbincangkan. Kemudian cerita itu dibuatkan judul atau pernyataan yang lebih provokatif atau kontroversial daripada yang sebenarnya.

 

Contohnya, manipulator media lebih suka dan sering membuat press release misalnya dengan judul "Industri Makanan Menjual Produk Beracun kepada Konsumen" daripada judul yang lebih netral seperti "Produk Makanan Ditemukan Mengandung Zat Berbahaya". Dengan cara ini, manipulator media dapat menarik perhatian media dan mendorong mereka untuk memberitakan isu tersebut dengan judul yang lebih kontroversial atau sensasional.

 

Dalam wawancara itu, Holiday menyalahkan sistemnya, bukan penulisnya sendiri. Menurut Holiday, blogger berada di bawah tekanan luar biasa untuk menghasilkan cerita. Tekanan itu menyisakan sedikit waktu untuk verifikasi, apalagi untuk berbicara dengan siapa pun. Postingan yang meninggalkan fakta-fakta kunci atau membuat pembaca marah menghasilkan lebih banyak komentar - dan karena itu tampilan di halaman – lebih dipntingkan ketimbang konten yang akurat atau seimbang.

 

Holiday juga mengingatkan bahwa cara-cara manipulatif seperti yang dia paparkan itu tidaklah etis dan dapat merugikan banyak pihak, terutama wartawan yang seharusnya bertanggung jawab untuk menyajikan berita yang akurat dan terpercaya. Holiday menggarisbawahi tentang bahaya dan dampak negatif dari taktik manipulatif semacam itu, termasuk hilangnya kepercayaan publik terhadap media dan manipulasi yang berpotensi merugikan masyarakat secara keseluruhan.

 

Holiday mengkritik praktik manipulatif dan menekankan pentingnya kejujuran, transparansi, dan integritas dalam praktik PR dan media. Disini, Holiday menekankan pentingnya transparansi dan etika dalam praktik public relations. Dia mengatakan bahwa praktisi PR harus bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan dan harus memastikan bahwa informasi yang mereka berikan adalah benar dan jujur.

 

Referensi:

 

 

Holiday, R.(2012). Trust Me, I'm Lying: Confessions of a Media Manipulator. New York: Portfolio/Penguin.

 

Controversial Media Manipulator Confesses all in First UK Interview. (2012, Jul 19). PR Newswire https://www.proquest.com/wire-feeds/controversial-media-manipulator-confesses-all/docview/1026829682/se-2

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar