Selasa, 02 Januari 2024

DISAGREE AND COMMIT - BERBEDA PENDAPAT TAPI SATU TUJUAN


Dalam dunia yang sering kali terbelah oleh perbedaan, ada satu prinsip yang mendobrak tembok pemisah: *Disagree and commit*. Pemikiran revolusioner ini bukan hanya mengubah cara kita berdiskusi, tapi juga bagaimana kita bersatu demi mencapai tujuan bersama.

Di tengah dinamika kerja tim yang sering kali diwarnai oleh perdebatan panjang dan melelahkan, muncul sebuah prinsip yang menawarkan solusi efisien: _"Disagree and commit"_ atau _"Setuju untuk tidak setuju dan berkomitmen"._ Prinsip ini bukan sekadar jargon, melainkan filosofi praktis yang mengajarkan kita untuk menghargai proses pembelajaran dari ketidaksepakatan sambil tetap bergerak maju bersama.

Dalam sebuah organisasi atau tim, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah. Namun, pada titik tertentu, keputusan harus diambil. Di sinilah "setuju untuk tidak setuju dan berkomitmen" berperan sebagai jembatan yang memungkinkan transisi dari perbedaan menuju aksi kolektif.

Dalam hierarki perusahaan, seringkali individu dengan posisi lebih tinggi yang membuat keputusan terakhir. Namun, kebijaksanaan tidak selalu berpihak pada mereka yang berada di puncak. Terkadang, mereka yang lebih dekat dengan 'kebenaran lapangan' memiliki perspektif yang lebih akurat terhadap situasi yang dihadapi.

Jeff Bezos, pendiri Amazon, dalam masterclassnya tentang resolusi konflik, memaparkan betapa seringnya dia harus berada dalam posisi dimana dia tidak sepenuhnya setuju dengan usulan timnya. Namun, bukannya menghalangi, dia memilih untuk memberi kepercayaan—berkomitmen—pada keputusan tersebut.

Komitmen ini bukanlah tanpa syarat; itu adalah taruhan pada kepercayaan dan pengalaman kolega yang memungkinkan tim untuk bergerak maju, meski dalam ketidakpastian.

Prinsip ini juga mencerminkan pengakuan bahwa tidak semua keputusan hitam dan putih. Ada momen-momen dimana kebenaran tidak sepenuhnya terungkap, dan dalam situasi seperti itu, kompromi atau kekerasan kepala tidak akan membawa kita pada solusi yang efektif.

 "Setuju untuk tidak setuju dan berkomitmen" menjadi pendekatan yang mengedepankan pencarian kebenaran melalui aksi bersama, bukan melalui kelelahan atau setengah-setengah.

Dalam praktiknya, "setuju untuk tidak setuju dan berkomitmen" menghimbau kita untuk melampaui ego, mengakui bahwa ada saatnya pandangan kita mungkin tidak lengkap, dan bahwa keputusan kolektif—dibuat dengan cepat dan tanggung jawab—adalah kunci untuk mempertahankan kecepatan dan efisiensi.

Ini adalah tentang membangun budaya kerja dimana keputusan diambil tidak hanya atas dasar konsensus semu, tetapi melalui komitmen bersama untuk mencapai hasil yang optimal.

Amazon, sebagai contoh, dengan karyawan sejuta lebih, tetap cepat dan tangkas bukan karena kurangnya perbedaan, melainkan karena adanya komitmen untuk maju bersama meski terdapat perbedaan. Ini adalah pembuktian bahwa kecepatan dan keputusan berkualitas tinggi bukanlah produk dari keseragaman pendapat, tetapi hasil dari prinsip "setuju untuk tidak setuju dan berkomitmen" yang telah tertanam dalam budaya mereka.

Prinsip ini, pada intinya, adalah sebuah pujian terhadap kerja sama, sebuah pengakuan bahwa dalam keragaman pendapat terdapat potensi sinergi yang besar, asalkan kita berani berkomitmen untuk mengejar tujuan bersama.

*Rempoa, 3 Januari 2024*Bagian Atas Formulir

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar