Selasa, 30 Januari 2024

SALAH PILIH



Keputusan dalam dunia bisnis sering kali membawa konsekuensi jangka panjang yang bisa mengubah arah perusahaan. Kisah unik antara Sony Vaio dan Apple, seperti yang dilaporkan oleh The Verge, menawarkan contoh menarik tentang bagaimana pilihan yang tampaknya kecil dapat memiliki dampak signifikan pada masa depan sebuah produk.


Seperti diceritakan The Verge, ada kesamaan Visi dan benang merah antara pendiri Sony, Akio Morita dan pendiri Apple, Steve Jobs. Keduanya punya dream membuat produk yang orang lain belum membuatnya dan memasarkan produk tersebut. Mereka berdua tidak takut untuk mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru.

“_Create your product and then create your market_", bukan sekedar mengikuti pasar saja.

Walkman menjadi contoh kesuksesan Sony dan iPod yang kemudian iPhone dll menjadi contoh kreasi Steve Jobs.

Tahun 1996, Sony mendirikan Vaio, merek komputer pribadi. Nama Vaio merupakan akronim dari Video Audio Integrated Operation. Vaio adalah komputer portabel pertama dari Vaio, dirancang untuk pengguna yang mengutamakan kepraktisan dan gaya.

Pada tahun 1997, Vaio mengenalkan seri SXP, yang ditargetkan untuk profesional dengan fitur canggih seperti prosesor Intel Pentium M dan layar beresolusi tinggi. Keduanya sukses di pasaran dan membantu Vaio menjadi merek terkemuka. Tahun 2000, Vaio meluncurkan seri VAIO P, komputer sangat tipis dengan layar sentuh, menambah daftar inovasi Vaio.

Namun, penjualan Vaio menurun mulai tahun 2006 karena persaingan yang ketat dan pergeseran ke perangkat mobile. Kerugian finansial yang dialami Sony mencapai 4,5 miliar dolar AS pada tahun 2013.

Pada tahun 2014, Sony menjual bisnis PC Vaio ke Japan Industrial Partners untuk meminimalkan kerugian. Meskipun masih beroperasi, Vaio tidak kembali ke popularitas sebelumnya dan pada tahun 2023 hanya memiliki 2,5% pangsa pasar komputer pribadi di Jepang.

Bisnis PC Vaio yang dilepas oleh Sony ternyata juga punya sejarah unik yang melibatkan Apple dan pendirinya, Steve Jobs. Nobuyuki Hayashi, seorang penulis lepas dari Jepang yang sudah lebih dari dua puluh tahun melaporkan tentang Apple – seperti dikutip The Verge – mengungkapkan cerita tentang ketertarikan Jpbs pada Vaio.

Merujuk keterangan Kunitake Ando, eks presiden Sony, Hayashi menceritakan sebuah pertemuan yang diadakannya dengan Jobs di Hawaii pada tahun 2001.

Setelah bermain golf bersama eksekutif Sony lainnya, kata Ando, "Steve Jobs dan seorang eksekutif Apple lainnya menunggu kami di akhir lapangan golf dengan memegang VAIO yang menjalankan Mac OS."

Tahun 1997, Jobs menutup bisnis "klon" Mac. Jobs menutup bisnis "kloning" Macintosh yang melisensi sistem operasi Apple untuk dipakai di komputer buatan perusahaan lain. Jobs menilai bisnis ini merusak ekosistem dan brand Mac. Seluruh produsen komputer selain Apple pun tak boleh memakai Mac OS lagi, “kecuali Sony Vaio”. Menurut Ando, ini karena Jobs mengagumi lini notebook Vaio sehingga "bersedia membuat pengecualian".

Namun, waktunya tidak tepat. Saat itu penjualan laptop berbasis Windows perusahaan baru saja mulai meningkat. Negosiasi antara Sony dan Apple tidak mencapai titik temu karena sebagian besar managemen Sony lebih memilih Windows sebagai basis OS nya, gagal membuahkan kolaborasi laptop Vaio dan Mac OS.

Keputusan ini menunjukkan bagaimana preferensi manajemen dan kondisi pasar saat itu dapat mengarah pada kesempatan yang hilang. Steve Jobs, yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Sony dan mengagumi Akio Morita, bahkan menggunakan laptop Vaio untuk pengujian selama transisi Apple dari hardware berbasis PowerPC ke prosesor Intel.

Jika saja Sony memilih untuk "mengizinkan" Vaio menggunakan Mac OS, mungkin nasib Vaio akan sangat berbeda, menjadi produk yang tetap relevan dan bersaing di pasar bersama produk-produk Apple.

Cerita ini menekankan bahwa keputusan bisnis yang dibuat bukanlah berdasarkan keuntungan atau manfaat jangka pendek, melainkan visi jangka panjang dan keberanian untuk membuat atau memilih keputusan.

Walaupun upaya kolaborasi antara Sony Vaio dan Mac OS akhirnya tidak terwujud, pengalaman ini tetap menyisakan pelajaran penting tentang nilai inovasi dan pentingnya membina kemitraan strategis.

Di tengah dinamika bisnis yang terus berubah dengan cepat, keberanian untuk mengeksplorasi kolaborasi baru dan mengambil risiko menjadi faktor penting dalam memastikan sebuah merek tetap relevan dan berhasil.

Sumber:

https://www.theverge.com/2014/2/5/5380832/sony-vaio-apple-os-x-steve-jobs-meeting-report

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar